Purwokerto (ANTARA) - Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyatakan siaga terhadap serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang berpotensi merebak pada musim hujan.
"Kami sudah bersurat ke seluruh puskesmas untuk waspada menghadapi musim hujan, terutama penyakit-penyakit yang bisa terjadi di musim hujan, salah satunya yang membuat kita repot adalah DBD," kata Kepala Dinkes Kabupaten Banyumas Sadiyanto di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Oleh karena itu, dia mengimbau kepala puskesmas untuk berkoordinasi di tingkat kecamatan guna menggerakkan masyarakat melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin.
Baca juga: Lima kecamatan di Semarang peroleh atensi soal demam berdarah
Menurut dia, hal itu disebabkan hujan mulai turun sehingga mulai ada genangan air yang berpotensi menjadi tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti yang dapat menyebarkan penyakit DBD.
"Penyakit yang lain juga ada di samping demam berdarah. Biasanya di musim hujan, lalat makin banyak, berarti penyakit-penyakit yang memungkinkan ditularkan melalui vektor seperti lalat itu harus diantisipasi, kebersihan makanan dan sebagainya, sehingga tidak sampai menyebabkan penyakit diare dan lain-lain," ujarnya.
Lebih lanjut mengenai penyakit DBD, dia mengatakan berdasarkan data, demam berdarah di Kabupaten Banyumas sepanjang tahun 2019 telah mencapai kisaran 200 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak empat orang.
Baca juga: 14 kasus demam berdarah dengue terjadi di Batang
Menurut dia, pihaknya berupaya mengantisipasi penyebaran penyakit DBD tersebut meskipun dengan keterbatasan anggaran.
"Jumlah tersebut sampai bulan April, kemudian saat musim kemarau tidak ada lagi. Sekarang menghadapi musim hujan, justru nanti bulan Januari-Februari kalau tidak kita lakukan pencegahan dengan sebaik-baiknya melalui PSN, nanti bisa ada lagi penyakit-penyakit DBD," kata dia menambahkan.
Berdasarkan data, pada akhir tahun 2018 di Kabupaten Banyumas terdapat 16 desa/kelurahan endemis DBD, namun hingga bulan April 2019 meluas hingga 50 desa/kelurahan.
Selain itu, Pemkab Banyumas pada tahun 2016 juga sempat menyatakan kejadian luar biasa demam berdarah karena penyakit DBD tersebut mengalami lonjakan yang signifikan dari tahun 2015 yang sebanyak 264 kasus menjadi lebih dari 1.000 kasus.
"Kami sudah bersurat ke seluruh puskesmas untuk waspada menghadapi musim hujan, terutama penyakit-penyakit yang bisa terjadi di musim hujan, salah satunya yang membuat kita repot adalah DBD," kata Kepala Dinkes Kabupaten Banyumas Sadiyanto di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Oleh karena itu, dia mengimbau kepala puskesmas untuk berkoordinasi di tingkat kecamatan guna menggerakkan masyarakat melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin.
Baca juga: Lima kecamatan di Semarang peroleh atensi soal demam berdarah
Menurut dia, hal itu disebabkan hujan mulai turun sehingga mulai ada genangan air yang berpotensi menjadi tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti yang dapat menyebarkan penyakit DBD.
"Penyakit yang lain juga ada di samping demam berdarah. Biasanya di musim hujan, lalat makin banyak, berarti penyakit-penyakit yang memungkinkan ditularkan melalui vektor seperti lalat itu harus diantisipasi, kebersihan makanan dan sebagainya, sehingga tidak sampai menyebabkan penyakit diare dan lain-lain," ujarnya.
Lebih lanjut mengenai penyakit DBD, dia mengatakan berdasarkan data, demam berdarah di Kabupaten Banyumas sepanjang tahun 2019 telah mencapai kisaran 200 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak empat orang.
Baca juga: 14 kasus demam berdarah dengue terjadi di Batang
Menurut dia, pihaknya berupaya mengantisipasi penyebaran penyakit DBD tersebut meskipun dengan keterbatasan anggaran.
"Jumlah tersebut sampai bulan April, kemudian saat musim kemarau tidak ada lagi. Sekarang menghadapi musim hujan, justru nanti bulan Januari-Februari kalau tidak kita lakukan pencegahan dengan sebaik-baiknya melalui PSN, nanti bisa ada lagi penyakit-penyakit DBD," kata dia menambahkan.
Berdasarkan data, pada akhir tahun 2018 di Kabupaten Banyumas terdapat 16 desa/kelurahan endemis DBD, namun hingga bulan April 2019 meluas hingga 50 desa/kelurahan.
Selain itu, Pemkab Banyumas pada tahun 2016 juga sempat menyatakan kejadian luar biasa demam berdarah karena penyakit DBD tersebut mengalami lonjakan yang signifikan dari tahun 2015 yang sebanyak 264 kasus menjadi lebih dari 1.000 kasus.