Jakarta (ANTARA) - Malam menginjak larut, Ade Gunawan sedang menikmati waktu bersantainya selepas berdagang bakso keliling di depan warung kelontong di kawasan Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat.
Sejenak, Ade mengeluarkan ponselnya untuk bermain game online, menumpang Wifi gratis di sekitar warung kelontong itu. Namun ia tak pernah menyangka peristiwa Selasa (5/11) malam yang menimpanya membuatnya trauma.
"Saya lagi nongkrong sambil main hape, enggak lama datang mobil polisi nyergap. Saya yang namanya orang awam ya takut....apalagi ditodong senjata," ujar Ade kepada wartawan, Kamis (7/11).
Ade mengaku setelah ditodong senjata laras panjang, ia diborgol dan dituduh memiliki narkoba jenis sabu oleh dua polisi bersenjata api dan berpakaian sipil.
Berkali-kali bersaksi ia hanya bermain game online di sekitar wilayah situ, dua anggota polisi yang menyergap masih mencurigainya sebagai salah satu pengedar narkoba, yang beroperasi tak jauh dari tempatnya.
Kedua polisi itu kemudian mengambil foto untuk dijadikan bahan pemeriksaan di Mapolsek Cengkareng Jakarta Barat.
Ade kemudian digelandang bersama dua pelaku pengedaran narkoba yang ditangkap sebelumnya, tak jauh dari lokasinya.
Di dalam mobil, sudah ada orang lain yang sudah lebih dulu ditangkap UK dan PP, pengedar yang lebih dulu ditangkap. Ade mengakui sama sekali tak mengenal keduanya.
"Saya bilang enggak kenal," kata Ade saat ditanyakan sosok dua tersangka yang telah lebih dulu ditangkap.
Setelah menjalani interogasi dan lolos pemeriksaan tes urine, Ade akhirnya dibebaskan. Ia akhirnya mengetahui berada di lokasi yang salah saat anggota Polsek Cengkareng dalam tugas memburu pengedar narkoba.
"Mereka takutnya saya ada kontekan dengan yang lain ternyata di hape saya itu keluarga aja sama temen," ujar dia.
"Iya ketiban sial saya. Saya kalau ketemu polisi juga jadi takut, syok, saya enggak mau ke sana lagi....trauma," ujar AG.
Jadi viral
Ade tak menyangka kejadian yang menimpanya menjadi viral di media sosial setelah kamera CCTV di dekat warung itu merekam kejadian naasnya.
Oleh akun Facebook Munx Guevara, video berdurasi lima menit tersebut tersebar di dunia maya dan menggalang dukungan untuk dia.
Dalam akun tersebut, Munx Guevara mengaku Ade sebagai temannya. Namun dia sendiri tidak mengenal akun penyebar videonya saat ditangkap aparat.
Kapolsek Cengkareng Komisaris Polisi Khoiri membenarkan video penangkapan yang viral itu dilakukan oleh anggotanya saat pengembangan kasus narkoba.
Khoiri menjelaskan sebelum penahanan Ade, pihaknya menangkap dua pengedar narkoba yang disebut kerap bertransaksi di wilayah tersebut.
Karenanya, anggota Unit Narkoba Polsek Cengkareng mendatangi lokasi untuk memburu seseorang yang diduga sebagai kurir dari dua pengedar tersebut.
"Saat tim melakukan observasi dan ternyata memang benar di lokasi barang itu ada di situ. Dan di dekat lokasi itu ada seorang pria yang sedang bermain ponsel makanya turut kami amankan," kata Khoiri.
Khoiri menuturkan diamankannya Ade memang sudah sesuai prosedur. Sebab, polisi memiliki waktu 3x24 jam untuk melakukan pemeriksaan.
"Kalau tidak kita amankan, dikhawatirkan yang sudah kita amankan dua orang ini akan curiga. Kenapa orang itu tidak kita amankan? Karena lokasinya di dekat barang bukti dan kita tidak mengenal orang itu," ujar dia.
Namun Khoiri membantah pihaknya sengaja menjebak Ade. "Kami akan pertanggungjawabkan dunia akhirat. Saya pastikan tidak ada yang namanya jebakan, jadi bisa dikonfirmasi itu," kata Khoiri.
Ia menjelaskan sore sebelum penangkapan Ade, polisi telah menghentikan langkah UK dan PP di kawasan Perumahan Mutiara Taman Palem Cengkareng. Dari keduanya, polisi mengamankan tiga paket sabu seberat 0,49 gram.
Kepada polisi, keduanya mengaku mendapat sabu dari seseorang berinisial S yang berada di dalam Lapas Tangerang.
Polisi kemudian mengulik memancing jaringan tersebut melalui UK dan PP, yang seolah-olah akan kembali membeli narkoba sehingga S memerintahkan kurirnya untuk mengirimkan barang tersebut.
"Kebiasan mereka tidak ketemu langsung, tapi menggunakan kurir yang memang tak dikenal untuk menaruh barang haram tersebut di lokasi yang disepakati," ujarnya.
Tidak direkayasa
Khori kembali memastikan tudingan adanya rekayasa dibalik penangkapan terhadap seorang pemuda di kawasan Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat terkait dengan kasus narkoba adalah tidak benar sama sekali.
Ia menjelaskan sabu yang sudah dipesan sebelumnya dan disepakati akan dikirim dengan cara yang sudah biasa yaitu dengan sistem tempel, tersangka UJ hanya tinggal mengambil di depan Toko Marmo Tegal Alur Jalan Lingkungan 3 Kali Deres.
Dengan diterima informasi itu, aparat langsung melakukan pengecekan ke lokasi. Dalam perjalanannya, pelaku S menelpon bahwa sabu pesanan dua tersangka lainnya sudah diletakan didalam bungkus rokok di bawah rantai pagar.
"Pada saat team narkoba observasi dengan mendekati lokasi tersebut tidak ada siapa-siapa dan hanya dilakukan pemantauan saja, dengan menunggu situasi beberapa lama dan tidak ada orang yang mendekati lokasi tersebut," ujar dia.
Menurut Khoiri, selanjutnya disepakati mengecek benar tidaknya ada bungkusan rokok dibawah rantai pagar. Setelah diperiksa ternyata memang benar ada bungkusan dengan dua paket sabu.
"Selanjutnya Tim Narkoba kembali ke lokasi depan Toko Marmo untuk mengecek lagi, memastikan dan menyisir lokasi dengan tujuan mencari pelaku yang telah meletakan sabu dibawah rantai pagar suruhan S.
"Sewaktu mendekati lokasi ada seseorang yang sedang duduk sambil memainkan hape dan atas petunjuk tersangka UJ, orang tersebut adalah kurirnya," papar dia.
Oleh karenanya, Ade langsung diamankan dan disuruh mengambil bungkusan rokok yang didalamnya berisi narkoba jenis sabu.
Namun, menurut Khoiri, setelah dilakukan pemeriksaan intensif, pria bernama Ade Gunawan itu tidak terkait dengan ketiga para pelaku tersebut. Saat ini, dia sudah dipulangkan ke pihak keluarga.
"Untuk memastikan kebenaran dan tidak adanya rekayasa terhadap Ade Gubawan dengan kesadarannya datang ke Polsek Cengkareng membuat Testimoni pengakuan yang sebenarnya bahwa tidak adanya rekayasa, tekanan dan paksaan dari penyidik Polsek Cengkareng serta tidak mempermasalahkan bahwa sebelumnya dirinya diamankan," ujar dia.
Khoiri mengatakan dengan viralnya video tersebut di media sosial, hal tersebut menjadi bahan introspeksi dalam giat penindakan selanjutnya.
Ia meminta masyarakat lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan atau sikap dalam melontarkan sesuatu terhadap video tersebar yang menurutnya hanya penggalan bagian saja.
Ceroboh
Kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon berpendapat kejadian salah tangkap tersebut merupakan bukti polisi ceroboh. Meski demikian, melihat video yang tersebar, Josias menilai penindakan sesuai standar operasional dan prosedur (SOP.
“Tentu untuk penindakan harus di teliti dulu. Profilling pelaku harus dilakukan, supaya tidak terjadi salah tangkap,” kata Josias.
Josias melihat apa yang menimpa Ade merupakan hal yang wajar. Sebagai yang diduga, polisi akan bersikap respresif terhadap penyalahgunaan narkoba.
Ia melihat penyalahgunaan narkoba, baik kurir ataupun bandar, cenderung melawan karena beratnya hukuman.
“Sayangnya anggota di lapangan kurang hati-hati,” kata dia.
Dalam kejadian ini, Josias melihat perlu adanya evaluasi dari tindakan aparat kepolisian. Penindakan terhadap pelaku kriminal harus berhati-hati agar tidak terulang kembali.
Sejenak, Ade mengeluarkan ponselnya untuk bermain game online, menumpang Wifi gratis di sekitar warung kelontong itu. Namun ia tak pernah menyangka peristiwa Selasa (5/11) malam yang menimpanya membuatnya trauma.
"Saya lagi nongkrong sambil main hape, enggak lama datang mobil polisi nyergap. Saya yang namanya orang awam ya takut....apalagi ditodong senjata," ujar Ade kepada wartawan, Kamis (7/11).
Ade mengaku setelah ditodong senjata laras panjang, ia diborgol dan dituduh memiliki narkoba jenis sabu oleh dua polisi bersenjata api dan berpakaian sipil.
Berkali-kali bersaksi ia hanya bermain game online di sekitar wilayah situ, dua anggota polisi yang menyergap masih mencurigainya sebagai salah satu pengedar narkoba, yang beroperasi tak jauh dari tempatnya.
Kedua polisi itu kemudian mengambil foto untuk dijadikan bahan pemeriksaan di Mapolsek Cengkareng Jakarta Barat.
Ade kemudian digelandang bersama dua pelaku pengedaran narkoba yang ditangkap sebelumnya, tak jauh dari lokasinya.
Di dalam mobil, sudah ada orang lain yang sudah lebih dulu ditangkap UK dan PP, pengedar yang lebih dulu ditangkap. Ade mengakui sama sekali tak mengenal keduanya.
"Saya bilang enggak kenal," kata Ade saat ditanyakan sosok dua tersangka yang telah lebih dulu ditangkap.
Setelah menjalani interogasi dan lolos pemeriksaan tes urine, Ade akhirnya dibebaskan. Ia akhirnya mengetahui berada di lokasi yang salah saat anggota Polsek Cengkareng dalam tugas memburu pengedar narkoba.
"Mereka takutnya saya ada kontekan dengan yang lain ternyata di hape saya itu keluarga aja sama temen," ujar dia.
"Iya ketiban sial saya. Saya kalau ketemu polisi juga jadi takut, syok, saya enggak mau ke sana lagi....trauma," ujar AG.
Jadi viral
Ade tak menyangka kejadian yang menimpanya menjadi viral di media sosial setelah kamera CCTV di dekat warung itu merekam kejadian naasnya.
Oleh akun Facebook Munx Guevara, video berdurasi lima menit tersebut tersebar di dunia maya dan menggalang dukungan untuk dia.
Dalam akun tersebut, Munx Guevara mengaku Ade sebagai temannya. Namun dia sendiri tidak mengenal akun penyebar videonya saat ditangkap aparat.
Kapolsek Cengkareng Komisaris Polisi Khoiri membenarkan video penangkapan yang viral itu dilakukan oleh anggotanya saat pengembangan kasus narkoba.
Khoiri menjelaskan sebelum penahanan Ade, pihaknya menangkap dua pengedar narkoba yang disebut kerap bertransaksi di wilayah tersebut.
Karenanya, anggota Unit Narkoba Polsek Cengkareng mendatangi lokasi untuk memburu seseorang yang diduga sebagai kurir dari dua pengedar tersebut.
"Saat tim melakukan observasi dan ternyata memang benar di lokasi barang itu ada di situ. Dan di dekat lokasi itu ada seorang pria yang sedang bermain ponsel makanya turut kami amankan," kata Khoiri.
Khoiri menuturkan diamankannya Ade memang sudah sesuai prosedur. Sebab, polisi memiliki waktu 3x24 jam untuk melakukan pemeriksaan.
"Kalau tidak kita amankan, dikhawatirkan yang sudah kita amankan dua orang ini akan curiga. Kenapa orang itu tidak kita amankan? Karena lokasinya di dekat barang bukti dan kita tidak mengenal orang itu," ujar dia.
Namun Khoiri membantah pihaknya sengaja menjebak Ade. "Kami akan pertanggungjawabkan dunia akhirat. Saya pastikan tidak ada yang namanya jebakan, jadi bisa dikonfirmasi itu," kata Khoiri.
Ia menjelaskan sore sebelum penangkapan Ade, polisi telah menghentikan langkah UK dan PP di kawasan Perumahan Mutiara Taman Palem Cengkareng. Dari keduanya, polisi mengamankan tiga paket sabu seberat 0,49 gram.
Kepada polisi, keduanya mengaku mendapat sabu dari seseorang berinisial S yang berada di dalam Lapas Tangerang.
Polisi kemudian mengulik memancing jaringan tersebut melalui UK dan PP, yang seolah-olah akan kembali membeli narkoba sehingga S memerintahkan kurirnya untuk mengirimkan barang tersebut.
"Kebiasan mereka tidak ketemu langsung, tapi menggunakan kurir yang memang tak dikenal untuk menaruh barang haram tersebut di lokasi yang disepakati," ujarnya.
Tidak direkayasa
Khori kembali memastikan tudingan adanya rekayasa dibalik penangkapan terhadap seorang pemuda di kawasan Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat terkait dengan kasus narkoba adalah tidak benar sama sekali.
Ia menjelaskan sabu yang sudah dipesan sebelumnya dan disepakati akan dikirim dengan cara yang sudah biasa yaitu dengan sistem tempel, tersangka UJ hanya tinggal mengambil di depan Toko Marmo Tegal Alur Jalan Lingkungan 3 Kali Deres.
Dengan diterima informasi itu, aparat langsung melakukan pengecekan ke lokasi. Dalam perjalanannya, pelaku S menelpon bahwa sabu pesanan dua tersangka lainnya sudah diletakan didalam bungkus rokok di bawah rantai pagar.
"Pada saat team narkoba observasi dengan mendekati lokasi tersebut tidak ada siapa-siapa dan hanya dilakukan pemantauan saja, dengan menunggu situasi beberapa lama dan tidak ada orang yang mendekati lokasi tersebut," ujar dia.
Menurut Khoiri, selanjutnya disepakati mengecek benar tidaknya ada bungkusan rokok dibawah rantai pagar. Setelah diperiksa ternyata memang benar ada bungkusan dengan dua paket sabu.
"Selanjutnya Tim Narkoba kembali ke lokasi depan Toko Marmo untuk mengecek lagi, memastikan dan menyisir lokasi dengan tujuan mencari pelaku yang telah meletakan sabu dibawah rantai pagar suruhan S.
"Sewaktu mendekati lokasi ada seseorang yang sedang duduk sambil memainkan hape dan atas petunjuk tersangka UJ, orang tersebut adalah kurirnya," papar dia.
Oleh karenanya, Ade langsung diamankan dan disuruh mengambil bungkusan rokok yang didalamnya berisi narkoba jenis sabu.
Namun, menurut Khoiri, setelah dilakukan pemeriksaan intensif, pria bernama Ade Gunawan itu tidak terkait dengan ketiga para pelaku tersebut. Saat ini, dia sudah dipulangkan ke pihak keluarga.
"Untuk memastikan kebenaran dan tidak adanya rekayasa terhadap Ade Gubawan dengan kesadarannya datang ke Polsek Cengkareng membuat Testimoni pengakuan yang sebenarnya bahwa tidak adanya rekayasa, tekanan dan paksaan dari penyidik Polsek Cengkareng serta tidak mempermasalahkan bahwa sebelumnya dirinya diamankan," ujar dia.
Khoiri mengatakan dengan viralnya video tersebut di media sosial, hal tersebut menjadi bahan introspeksi dalam giat penindakan selanjutnya.
Ia meminta masyarakat lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan atau sikap dalam melontarkan sesuatu terhadap video tersebar yang menurutnya hanya penggalan bagian saja.
Ceroboh
Kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon berpendapat kejadian salah tangkap tersebut merupakan bukti polisi ceroboh. Meski demikian, melihat video yang tersebar, Josias menilai penindakan sesuai standar operasional dan prosedur (SOP.
“Tentu untuk penindakan harus di teliti dulu. Profilling pelaku harus dilakukan, supaya tidak terjadi salah tangkap,” kata Josias.
Josias melihat apa yang menimpa Ade merupakan hal yang wajar. Sebagai yang diduga, polisi akan bersikap respresif terhadap penyalahgunaan narkoba.
Ia melihat penyalahgunaan narkoba, baik kurir ataupun bandar, cenderung melawan karena beratnya hukuman.
“Sayangnya anggota di lapangan kurang hati-hati,” kata dia.
Dalam kejadian ini, Josias melihat perlu adanya evaluasi dari tindakan aparat kepolisian. Penindakan terhadap pelaku kriminal harus berhati-hati agar tidak terulang kembali.