Kudus (ANTARA) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berupaya menambah sumur produksi untuk memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kudus mengingat sumur produksi yang ada sekarang belum ideal.
"Dari total 56 sumur produksi yang kami miliki, air bersih yang dihasilkan belum memenuhi kebutuhan semua pelanggan," kata Direktur PDAM Kudus Ayatullah Humaini di Kudus, Selasa.
Ia mencatat dengan debit air sekitar 360 liter per detik, asumsinya hanya mampu melayani 19.000 sambungan rumah. Sementara jumlah pelanggan PDAM Kudus saat ini mencapai 47.000 pelanggan.
Baca juga: PDAM bantu pembuatan 10.000 biopori di Kudus
Untuk itulah, lanjut dia, PDAM Kudus berupaya menambah sumur produksi dengan membangun di beberapa titik untuk keandalan suplai air bersih ke pelanggan, di antaranya, membangun sumur baru di kompleks Pendopo Kabupaten Kudus, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Bae, Kecamatan Undaan dan Karangsambung.
Keberadaan sumur baru tersebut untuk memperkuat keandalan suplai air bersih ke pelanggan di kecamatan sekitar.
Belum idealnya jumlah sumur produksi yang ada, berdampak pada pemutusan sementara 400 pelanggan PDAM di Kecamatan Undaan, meliputi Desa Lambangan, Kutuk dan Glagahwaru pada tanggal 25 Oktober 2019.
Hal itu, kata dia, lantaran pelanggannya tidak mendapatkan suplai air bersih secara maksimal.
"Di tiga desa tersebut, pelanggan PDAM baru bisa teraliri pukul 05.00 WIB, namun karena banyaknya pelanggan yang membutuhkan akhirnya tidak bisa dinikmati secara maksimal," ujarnya.
Khusus Kecamatan Undaan terdapat 13.000 pelanggan yang mengandalkan suplai air langsung dari delapan sumur produksi dari beberapa daerah di Kudus.
Hanya saja, kata dia, air bersih yang dihasilkan hanya 50 liter per detik dan ketika dialirkan hingga Desa Undaan Lor sudah habis dinikmati 6.000 pelanggan, sedangkan untuk desa lainnya harus menunggu malam hari ketika masyarakat tidak lagi begitu membutuhkan air dalam jumlah besar.
"Ketika didorong untuk dialirkan ke desa lainnya, terdapat tiga desa yang tidak bisa menikmati suplai air secara maksimal. Bahkan ditunggu hingga pagi hari sekalipun tidak menetes," ujarnya.
Untuk melayani Kecamatan Undaan, idealnya dibutuhkan 16 unit sumur produksi yang baru, sedangkan pembangunannya tentu menunggu ketersediaan anggaran yang rencananya akan ada penyertaan modal dari pemda setempat.
Terkait dengan suplai air baku dari Bendungan Logung Kudus, untuk sementara masih menunggu proses sertifikasi bangunan bendungan, sedangkan program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Dadi Muria yang digagas pemerintah hingga sekarang belum juga terealisasi.
Air baku yang diperoleh dari Bendungan Logung diperkirakan mencapai 200 liter per detik dengan estimasi bisa mengaliri pelanggan hingga 12.000 sambungan rumah.
Baca juga: PDAM optimalkan pemerataan aliran air di Banyumas
"Dari total 56 sumur produksi yang kami miliki, air bersih yang dihasilkan belum memenuhi kebutuhan semua pelanggan," kata Direktur PDAM Kudus Ayatullah Humaini di Kudus, Selasa.
Ia mencatat dengan debit air sekitar 360 liter per detik, asumsinya hanya mampu melayani 19.000 sambungan rumah. Sementara jumlah pelanggan PDAM Kudus saat ini mencapai 47.000 pelanggan.
Baca juga: PDAM bantu pembuatan 10.000 biopori di Kudus
Untuk itulah, lanjut dia, PDAM Kudus berupaya menambah sumur produksi dengan membangun di beberapa titik untuk keandalan suplai air bersih ke pelanggan, di antaranya, membangun sumur baru di kompleks Pendopo Kabupaten Kudus, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Bae, Kecamatan Undaan dan Karangsambung.
Keberadaan sumur baru tersebut untuk memperkuat keandalan suplai air bersih ke pelanggan di kecamatan sekitar.
Belum idealnya jumlah sumur produksi yang ada, berdampak pada pemutusan sementara 400 pelanggan PDAM di Kecamatan Undaan, meliputi Desa Lambangan, Kutuk dan Glagahwaru pada tanggal 25 Oktober 2019.
Hal itu, kata dia, lantaran pelanggannya tidak mendapatkan suplai air bersih secara maksimal.
"Di tiga desa tersebut, pelanggan PDAM baru bisa teraliri pukul 05.00 WIB, namun karena banyaknya pelanggan yang membutuhkan akhirnya tidak bisa dinikmati secara maksimal," ujarnya.
Khusus Kecamatan Undaan terdapat 13.000 pelanggan yang mengandalkan suplai air langsung dari delapan sumur produksi dari beberapa daerah di Kudus.
Hanya saja, kata dia, air bersih yang dihasilkan hanya 50 liter per detik dan ketika dialirkan hingga Desa Undaan Lor sudah habis dinikmati 6.000 pelanggan, sedangkan untuk desa lainnya harus menunggu malam hari ketika masyarakat tidak lagi begitu membutuhkan air dalam jumlah besar.
"Ketika didorong untuk dialirkan ke desa lainnya, terdapat tiga desa yang tidak bisa menikmati suplai air secara maksimal. Bahkan ditunggu hingga pagi hari sekalipun tidak menetes," ujarnya.
Untuk melayani Kecamatan Undaan, idealnya dibutuhkan 16 unit sumur produksi yang baru, sedangkan pembangunannya tentu menunggu ketersediaan anggaran yang rencananya akan ada penyertaan modal dari pemda setempat.
Terkait dengan suplai air baku dari Bendungan Logung Kudus, untuk sementara masih menunggu proses sertifikasi bangunan bendungan, sedangkan program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Dadi Muria yang digagas pemerintah hingga sekarang belum juga terealisasi.
Air baku yang diperoleh dari Bendungan Logung diperkirakan mencapai 200 liter per detik dengan estimasi bisa mengaliri pelanggan hingga 12.000 sambungan rumah.
Baca juga: PDAM optimalkan pemerataan aliran air di Banyumas