Kudus (ANTARA) - Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, siap memberikan pendampingan terhadap peternak kalkun di Kabupaten Kudus hingga dagingnya nanti siap untuk dipasarkan di pasar internasional sebagai komoditas ekspor.
"Kekhawatiran pengusaha kalkun di Kabupaten Kudus, ketika usahanya berkembang dan produksinya juga meningkat untuk memasarkannya ke mana lagi. Jika kebutuhan di dalam negeri sudah terpenuhi, tentunya bisa masuk ke pasar ekspor," kata Dekan Fakultas Undip Semarang Bambang Waluyo ditemui usai membuka forum diskusi kelompok terarah di Rumah Makan Ulam Sari Kudus, Rabu.
Jika memiliki alternatif pasar, kata dia, harga jual daging kalkun tidak akan jatuh, seperti halnya yang terjadi saat ini ketika suatu komoditas mengalami kenaikan produksi dan permintaan tetap akan mengakibatkan harga jual di pasaran turun.
Untuk bisa masuk ke pasar ekspor, kata dia, perlu banyak hal yang harus dipersiapkan, terutama dari sisi kualitasnya harus berstandar internasional dan ada pengendalian mutu.
"Nantinya, tidak hanya Standar Nasional Indonesia (SNI), melainkan juga diupayakan mendapatkan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO," ujarnya.
Undip, kata dia, juga siap mendampingi pelaku usaha kalkun dalam mengurus izin usaha, badan POM, hingga pengurusan sertifikat dari PT Sucofindo juga akan dipenuhi.
Baca juga: Daging Ayam Kalkun Memiliki Khasiat Sebagai Obat Antikanker
Kalaupun nantinya ada pengolahan daging kalkun, maka Undip Semarang juga siap memberikan pendampingan karena Undip sendiri memiliki fakultas yang mendukung pengembangan tersebut.
Adapun negara yang bisa menjadi sasaran pemasaran daging kalkun, yakni Amerika Serikat dan Jepang.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Catur Sulistiyanto mengakui sangat berterima kasih karena Undip Semarang bersedia memberikan pendampingan terhadap pelaku usaha kalkun.
"Jika nantinya kebutuhan dalam negeri, seperti Bali dan Kalimantan terpenuhi, tentunya bisa mulai memikirkan pasar ekspor," ujarnya.
Salah satu desa yang didorong untuk pengembangan kalkun, yakni Desa Undaan Tengah dan menjadi rintisan sebagai kampung kalkun.
Di Kudus sendiri sudah banyak peternak kalkun dengan jumlah mencapai ratusan ekor kalkun.
Untuk ayam kalkun yang sudah bisa dikonsumsi dan laku itu di usia 6-7 bulan, harganya mencapai Rp200 ribuan, sedangkan untuk bibit berkisar Rp25.000- Rp30.000 per ekor.
"Kekhawatiran pengusaha kalkun di Kabupaten Kudus, ketika usahanya berkembang dan produksinya juga meningkat untuk memasarkannya ke mana lagi. Jika kebutuhan di dalam negeri sudah terpenuhi, tentunya bisa masuk ke pasar ekspor," kata Dekan Fakultas Undip Semarang Bambang Waluyo ditemui usai membuka forum diskusi kelompok terarah di Rumah Makan Ulam Sari Kudus, Rabu.
Jika memiliki alternatif pasar, kata dia, harga jual daging kalkun tidak akan jatuh, seperti halnya yang terjadi saat ini ketika suatu komoditas mengalami kenaikan produksi dan permintaan tetap akan mengakibatkan harga jual di pasaran turun.
Untuk bisa masuk ke pasar ekspor, kata dia, perlu banyak hal yang harus dipersiapkan, terutama dari sisi kualitasnya harus berstandar internasional dan ada pengendalian mutu.
"Nantinya, tidak hanya Standar Nasional Indonesia (SNI), melainkan juga diupayakan mendapatkan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO," ujarnya.
Undip, kata dia, juga siap mendampingi pelaku usaha kalkun dalam mengurus izin usaha, badan POM, hingga pengurusan sertifikat dari PT Sucofindo juga akan dipenuhi.
Baca juga: Daging Ayam Kalkun Memiliki Khasiat Sebagai Obat Antikanker
Kalaupun nantinya ada pengolahan daging kalkun, maka Undip Semarang juga siap memberikan pendampingan karena Undip sendiri memiliki fakultas yang mendukung pengembangan tersebut.
Adapun negara yang bisa menjadi sasaran pemasaran daging kalkun, yakni Amerika Serikat dan Jepang.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Catur Sulistiyanto mengakui sangat berterima kasih karena Undip Semarang bersedia memberikan pendampingan terhadap pelaku usaha kalkun.
"Jika nantinya kebutuhan dalam negeri, seperti Bali dan Kalimantan terpenuhi, tentunya bisa mulai memikirkan pasar ekspor," ujarnya.
Salah satu desa yang didorong untuk pengembangan kalkun, yakni Desa Undaan Tengah dan menjadi rintisan sebagai kampung kalkun.
Di Kudus sendiri sudah banyak peternak kalkun dengan jumlah mencapai ratusan ekor kalkun.
Untuk ayam kalkun yang sudah bisa dikonsumsi dan laku itu di usia 6-7 bulan, harganya mencapai Rp200 ribuan, sedangkan untuk bibit berkisar Rp25.000- Rp30.000 per ekor.