Solo (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Fatkhul Laelah akan menjajaki pasar untuk produk Complong asal Kebumen, Provinsi Jawa Tengah mengingat permintaannya yang masih sangat rendah.
"Complong merupakan produk khas Kabupaten Kebumen berupa anyaman setengah jadi yang terbuat dari daun pandan. Saat ini, Kebumen sudah memiliki tiga kawasan sentra yang sudah diresmikan sebagai Kampung Anyaman. Meski demikian, sejauh ini minat masyarakat terhadap produk ini masih rendah, khususnya di kalangan anak muda," kata mahasiswa Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) angkatan 2018 ini di Solo, Rabu.
Oleh karena itu, ia mengaku tertarik untuk mengangkat kearifan lokal dari sisi strategi pemasarannya melalui aplikasi "Pro Coming".
Baca juga: Mahasiswa UNS pasang alat peringatan dini longsor di Purbalingga
"Ini aplikasi sederhana layaknya aplikasi penjualan pada umumnya tetapi khusus menawarkan Complong," katanya.
Selain membantu dari segi strategi pemasaran, ia juga akan menawarkan inovasi pada tampilan Complong Kebumen ini. Jika di beberapa tempat Complong sudah dikembangkan menjadi tas, Fatkhul mencoba untuk menampilkan kekhasan Kebumen melalui hiasan atau gambar pada Complong.
"Misalnya dengan gambar atau tulisan berupa dagelan ngapak. Lalu gambar destinasi wisata di Kebumen yang bagus-bagus, seperti pantai," kata mahasiswa asal Kebumen ini.
Ia mengatakan ide tersebut sudah ditelurkan pada produk esai. Bahkan, dari gagasan tersebut Fatkhul berhasil meraih juara 3 dalam Lomba Esai Nasional Semarak Festival Keilmiahan (SAFIK) 2019 yang diadakan oleh Saseru Study Club (SSC) FIB UNS.
"Dalam proses pembuatan gagasan ini, saya melakukan wawancara di salah satu Kampung Anyaman di Desa Grenggeng, Karanganyar, Kebumen. Selanjutnya saya akan mengembangkan dan merealisasikan gagasan ini melalui empat tahapan, yaitu tahap persiapan, sosialisasi, pelaksanaan, dan evaluasi," katanya.
Untuk tahap persiapan, ia akan mengajukan ide tersebut secara resmi ke pemerintah terkait di Kebumen dan menjalin mitra. Selanjutnya akan dilakukan sosialisasi secara langsung maupun melalui media sosial dengan sasaran masyarakat dan wisatawan.
Sedangkan pada tahap pelaksanaan akan dilakukan dengan pemberian pelatihan bagi SDM yang akan bergabung. Ia mengatakan untuk evaluasi akan dilakukan di setiap tahapan dengan harapan hasilnya akan lebih maksimal.
Baca juga: UNS kerja sama dengan universitas top di China
"Complong merupakan produk khas Kabupaten Kebumen berupa anyaman setengah jadi yang terbuat dari daun pandan. Saat ini, Kebumen sudah memiliki tiga kawasan sentra yang sudah diresmikan sebagai Kampung Anyaman. Meski demikian, sejauh ini minat masyarakat terhadap produk ini masih rendah, khususnya di kalangan anak muda," kata mahasiswa Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) angkatan 2018 ini di Solo, Rabu.
Oleh karena itu, ia mengaku tertarik untuk mengangkat kearifan lokal dari sisi strategi pemasarannya melalui aplikasi "Pro Coming".
Baca juga: Mahasiswa UNS pasang alat peringatan dini longsor di Purbalingga
"Ini aplikasi sederhana layaknya aplikasi penjualan pada umumnya tetapi khusus menawarkan Complong," katanya.
Selain membantu dari segi strategi pemasaran, ia juga akan menawarkan inovasi pada tampilan Complong Kebumen ini. Jika di beberapa tempat Complong sudah dikembangkan menjadi tas, Fatkhul mencoba untuk menampilkan kekhasan Kebumen melalui hiasan atau gambar pada Complong.
"Misalnya dengan gambar atau tulisan berupa dagelan ngapak. Lalu gambar destinasi wisata di Kebumen yang bagus-bagus, seperti pantai," kata mahasiswa asal Kebumen ini.
Ia mengatakan ide tersebut sudah ditelurkan pada produk esai. Bahkan, dari gagasan tersebut Fatkhul berhasil meraih juara 3 dalam Lomba Esai Nasional Semarak Festival Keilmiahan (SAFIK) 2019 yang diadakan oleh Saseru Study Club (SSC) FIB UNS.
"Dalam proses pembuatan gagasan ini, saya melakukan wawancara di salah satu Kampung Anyaman di Desa Grenggeng, Karanganyar, Kebumen. Selanjutnya saya akan mengembangkan dan merealisasikan gagasan ini melalui empat tahapan, yaitu tahap persiapan, sosialisasi, pelaksanaan, dan evaluasi," katanya.
Untuk tahap persiapan, ia akan mengajukan ide tersebut secara resmi ke pemerintah terkait di Kebumen dan menjalin mitra. Selanjutnya akan dilakukan sosialisasi secara langsung maupun melalui media sosial dengan sasaran masyarakat dan wisatawan.
Sedangkan pada tahap pelaksanaan akan dilakukan dengan pemberian pelatihan bagi SDM yang akan bergabung. Ia mengatakan untuk evaluasi akan dilakukan di setiap tahapan dengan harapan hasilnya akan lebih maksimal.
Baca juga: UNS kerja sama dengan universitas top di China