Boyolali (ANTARA) - PT. Pertamina Terminal BBM Boyolali melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) meresmikan lokasi workshop untuk pemberdayaan penyandang disabilitas "Sriekandi Patra" di Desa Tawangsari Kabupaten Boyolali, Jumat.

Pada acara peresmian workshop pemberdayaan penyandang disabilitas tersebut dilakukan langsung oleh General Manager MOR IV PT Pertamina Jateng, IIn Febrian, dan disaksikan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi Jateng Tusadar Armunanto, dan Sekda Pemerintah Kabupaten Boyolali, Masruri.

Menurut Noor selaku Community Development Officer Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Teras Boyolali, Sriekandi Patra sendiri merupakan nama kelompok difablepreneur yang telah dirintis oleh CSR TBBM Boyolali sejak April 2018 di Desa Tawangsari, Boyolali.

Baca juga: Kapten timnas sepak bola disabilitas ini cuci piring dengan upah Rp10.000/hari

Menurut dia, berangkat dari keprihatinan tim CSR TBBM Boyolali melihat para difabel di Desa Tawangsari yang berjumlah cukup banyak hingga 29 orang. Tim CSR menemukan fakta di lapangan bahwa saat ini masih banyak warga desa yang menyembunyikan anaknya yang menyandang disabilitas.

Tim CSR dengan dibantu oleh beberapa warga desa lainnya di Boyolali, membukakan jalan bagi para difabel untuk berkarya melalui kerajinan batik tulis.

Yuni Lestari seorang penyandang disablitas celebral palsy yang sebelumnya telah didaftarkan Pertamina untuk menjadi peserta kelas keterampilan batik di PR Yakkum Yogyakarta , tampil menjadi sosok penting dalam mengajak para difabel lainnya untuk berkarya dan mengembangkan motif-motif batik tulis khas Sriekandi Patra. Bahkan, 2018 kelompok itu, mampu mencatatkan omset hingga Rp50 juta dalam setahun.

Melihat adanya peningkatan perkembangan bisnis kelompok usaha binaannya tersebut, CSR Terminal BBM Boyolali mendirikan lokasi workshop bagi difabelpreneur tersebut yaitu , Sanggar Inspirasi Karya Inovasi (Sriekandi) Patra yang berlokasi strategis di tepi jalan Desa Tawangsari.

GM MOR IV PT Pertamina Jateng IIn Febrian menjelaskan bahwa saat awal terbentuk 2018 hingga sekarang kelompok ini membatik di teras rumah salah satu warga desa.

"Kami prihatin dengan kondisi itu, akhirnya membangun lokasi workshop di atas tanah milik desa yang kami lengkapi juga dengan fasilitas penunjang ramah difabel," kata Iin Febrian.

Menurut dia gedung workshop tersebut dilengkapi oleh peralatan penunjang kegiatan membatik, fasilitas alat bantu penyandang disabilitas, kamar mandi ramah disabilitas, hingga showroom produk.

Workshop Sriekandi Patra tersebut telah bergabung 5 orang penyandang disabilitas dan 4 orang masyarakat relawan yang menjadi mitra kegiatan kelompok tersebut. Sebagai kegiatan lanjutan, akan dilaksanakan berbagai kegiatan pelatihan ketrampilan untuk penyandang disabilitas sebagai upaya meningkatkan kapabilitas. 

Baca juga: Kemensos dorong perusahaan rekrut karyawan dari penyandang disabilitas
Baca juga: Peduli difabel, Jateng terapkan desa inklusi

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024