Magelang (ANTARA) - Pemerintah Kota Magelang, Jawa Tengah, hingga saat ini terus meningkatkan kesadaran warga setempat untuk membangun sistem sanitasi yang baik dalam rangka mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat.
"Sampai saat ini belum semua warga punya kesadaran untuk membuat sistem sanitasi sesuai standar serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Oleh karena itu pemkot terus berupaya meningkatkan kesadaran warga," kata Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina di Magelang, Rabu.
Ia mengatakan hal itu usai membuka temu warga untuk tindakan sadar bersanitasi air minum dan budaya PHBS di Aula Kantor Kelurahan Rejowinangun Utara, Kecamatan Magelang Tengah.
Baca juga: Penyerahan hadiah lomba sanitasi warnai HUT Jateng di Kota Magelang
Kegiatan itu bagian dari Program Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene-Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH) Plus Regional Jawa Tengah. Indonesia, Amerika Serikat, dan Swiss membangun kerja sama dalam bentuk Program IUWASH Plus.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Magelang menjadi salah satu di antara tujuh PDAM yang mendapat dukungan dari United States Agency for International Development (USAID) dan The Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO) melalui Program IUWASH PLUS periode 2019-2021.
Windarti mengatakan bahwa pemkot memberikan dorongan untuk terwujud program pembangunan lingkungan dan sanitasi dengan pola 100-0-100 hingga akhir 2019. Pola itu, artinya 100 persen akses air bersih, nol persen kawasan kumuh, dan 100 persen akses sanitasi.
Pemkot Magelang menggandeng perusahaan luar negeri, dalam negeri, berbagai sektor, dan semua masyarakat untuk mewujudkan pola 100-0-100 itu, terlebih program terkait hal itu sebenarnya sudah tertuang dalam RPJMD 2016-2021.
Baca juga: Kredit sanitasi bunga rendah diluncurkan di Kota Magelang
Ia menjelaskan program pembangunan sebaik apapun, termasuk terkait dengan upaya mewujudkan pola 100-0-100, tidak akan sesuai harapan tanpa peran serta masyarakat.
Terkait dengan pembangunan lingkungan dan sanitasi, katanya, Kota Magelang mengalami perkembangan cukup pesat sejak beberapa tahun sebelumnya. Pada 2015, daerah itu memiliki 120 hektare kawasan kumuh, sedangkan akses air bersih baru sedikit di atas 80 persen dan masalah sanitasi bersih enam persen.
Berbagai program pembangunan lingkungan dan sanitasi yang telah dilakukan pemkot setempat selama ini, katanya, membuat pada awal tahun lalu kawasan kumuh tercatat hanya 32 hektare.
"Harapan kami tentu Kota Magelang bisa bebas dari kawasan kumuh, mudah akses sanitasi, dan air minum. PHBS juga terus berkembang, termasuk dalam hal-hal yang sepele sekali pun," kata dia dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Ia mengatakan pembangunan lingkungan dan sanitasi tidak hanya dari sisi pemberdayaan masyarakat, akan tetapi juga fasilitas fisik pun mulai dipenuhi hingga tingkat masyarakat. Pemkot Magelang sudah menganggarkan Rp7,4 miliar untuk mengurangi kawasan kumuh tersebut sejak 2016.
Ia mencontohkan kondisi Kelurahan Rejowinangun Utara sekarang, berbeda dengan 3-5 tahun lalu karena sudah tidak ada lagi warga yang buang air besar sembarangan.
Bahkan, kata dia, di Kelurahan Gelangan sudah mempunyai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal sebagai bukti bahwa masyarakat semakin sadar PHBS.
Dia berharap masyarakat setempat mereplikasi hal-hal positif tentang PHBS, termasuk untuk Rejowinangun Utara di mana 67 keluarga yang masih belum mempunyai jamban higienis, bisa segera diatasi.
Manager Regional IUWASH Plus Jawa Tengah Jefry Budiman mengatakan Kota Magelang salah satu kota padat penduduk yang menjadi target pelaksanaan LSIC (Local Sustainability and Innovation Component), suatu program pemberian kesempatan masyarakat mengatasi tantangan pelaksanaan berbagai program air minum, sanitasi, dan perilaku higienis yang adil serta setara.
Ia menyebut pembangunan SPALD (Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik) merupakan wujud dari program kerja IUWASH yang sudah dilakukan di beberapa kelurahan di Kota Magelang. Sebanyak 13 di antara 17 kelurahan di kota itu sudah dibangun 20 unit SPALD dengan 160 sambungan rumah, sedangkan dana untuk konstruksi SPALDS Rp734 juta.
Ia menyebut Program IUWASH Plus efektif membantu masyarakat mengatasi masalah air bersih dan sanitasi. Program itu berjalan dua tahap, yakni tahap pertama pada 2011 bernama IUWAH dan tahap kedua pada 2019 bernama IUWASH Plus. (hms)
Baca juga: PMI gandeng Korean Red Cross bangun akses sanitasi
"Sampai saat ini belum semua warga punya kesadaran untuk membuat sistem sanitasi sesuai standar serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Oleh karena itu pemkot terus berupaya meningkatkan kesadaran warga," kata Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina di Magelang, Rabu.
Ia mengatakan hal itu usai membuka temu warga untuk tindakan sadar bersanitasi air minum dan budaya PHBS di Aula Kantor Kelurahan Rejowinangun Utara, Kecamatan Magelang Tengah.
Baca juga: Penyerahan hadiah lomba sanitasi warnai HUT Jateng di Kota Magelang
Kegiatan itu bagian dari Program Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene-Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH) Plus Regional Jawa Tengah. Indonesia, Amerika Serikat, dan Swiss membangun kerja sama dalam bentuk Program IUWASH Plus.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Magelang menjadi salah satu di antara tujuh PDAM yang mendapat dukungan dari United States Agency for International Development (USAID) dan The Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO) melalui Program IUWASH PLUS periode 2019-2021.
Windarti mengatakan bahwa pemkot memberikan dorongan untuk terwujud program pembangunan lingkungan dan sanitasi dengan pola 100-0-100 hingga akhir 2019. Pola itu, artinya 100 persen akses air bersih, nol persen kawasan kumuh, dan 100 persen akses sanitasi.
Pemkot Magelang menggandeng perusahaan luar negeri, dalam negeri, berbagai sektor, dan semua masyarakat untuk mewujudkan pola 100-0-100 itu, terlebih program terkait hal itu sebenarnya sudah tertuang dalam RPJMD 2016-2021.
Baca juga: Kredit sanitasi bunga rendah diluncurkan di Kota Magelang
Ia menjelaskan program pembangunan sebaik apapun, termasuk terkait dengan upaya mewujudkan pola 100-0-100, tidak akan sesuai harapan tanpa peran serta masyarakat.
Terkait dengan pembangunan lingkungan dan sanitasi, katanya, Kota Magelang mengalami perkembangan cukup pesat sejak beberapa tahun sebelumnya. Pada 2015, daerah itu memiliki 120 hektare kawasan kumuh, sedangkan akses air bersih baru sedikit di atas 80 persen dan masalah sanitasi bersih enam persen.
Berbagai program pembangunan lingkungan dan sanitasi yang telah dilakukan pemkot setempat selama ini, katanya, membuat pada awal tahun lalu kawasan kumuh tercatat hanya 32 hektare.
"Harapan kami tentu Kota Magelang bisa bebas dari kawasan kumuh, mudah akses sanitasi, dan air minum. PHBS juga terus berkembang, termasuk dalam hal-hal yang sepele sekali pun," kata dia dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Ia mengatakan pembangunan lingkungan dan sanitasi tidak hanya dari sisi pemberdayaan masyarakat, akan tetapi juga fasilitas fisik pun mulai dipenuhi hingga tingkat masyarakat. Pemkot Magelang sudah menganggarkan Rp7,4 miliar untuk mengurangi kawasan kumuh tersebut sejak 2016.
Ia mencontohkan kondisi Kelurahan Rejowinangun Utara sekarang, berbeda dengan 3-5 tahun lalu karena sudah tidak ada lagi warga yang buang air besar sembarangan.
Bahkan, kata dia, di Kelurahan Gelangan sudah mempunyai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal sebagai bukti bahwa masyarakat semakin sadar PHBS.
Dia berharap masyarakat setempat mereplikasi hal-hal positif tentang PHBS, termasuk untuk Rejowinangun Utara di mana 67 keluarga yang masih belum mempunyai jamban higienis, bisa segera diatasi.
Manager Regional IUWASH Plus Jawa Tengah Jefry Budiman mengatakan Kota Magelang salah satu kota padat penduduk yang menjadi target pelaksanaan LSIC (Local Sustainability and Innovation Component), suatu program pemberian kesempatan masyarakat mengatasi tantangan pelaksanaan berbagai program air minum, sanitasi, dan perilaku higienis yang adil serta setara.
Ia menyebut pembangunan SPALD (Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik) merupakan wujud dari program kerja IUWASH yang sudah dilakukan di beberapa kelurahan di Kota Magelang. Sebanyak 13 di antara 17 kelurahan di kota itu sudah dibangun 20 unit SPALD dengan 160 sambungan rumah, sedangkan dana untuk konstruksi SPALDS Rp734 juta.
Ia menyebut Program IUWASH Plus efektif membantu masyarakat mengatasi masalah air bersih dan sanitasi. Program itu berjalan dua tahap, yakni tahap pertama pada 2011 bernama IUWAH dan tahap kedua pada 2019 bernama IUWASH Plus. (hms)
Baca juga: PMI gandeng Korean Red Cross bangun akses sanitasi