Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mencatat telah terjadi 66 kali gempa susulan di Ambon, Maluku, hingga pukul 12.30 WIB, setelah gempa berkekuatan magnitudo (M) 6,5 yang diduga kuat dipicu aktivitas sesar Kairatu pada Kamis pukul 06.46 WIB.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta mengatakan dari hasil monitoring terdeteksi aktivitas gempa bumi susulan atau aftershocks dengan magnitudo terbesar 5,6 dan yang terkecil M 3.0.
Baca juga: Gempa Ambon, enam tewas dan empat korban luka
Adapun gempa susulan yang guncangannya signifikan dan dirasakan masyarakat terjadi empat kali. Gempa susulan M 3.2 pada pukul 09.41 WIB, gempa M 4.0 pukul 10.37 WIB, gempa M 3.7 pada pukul 10.50 WIB, serta gempa M 4.0 yang terjadi pada pukul 12.28 WIB.
Dampak guncangan gempa utama Kamis pagi yang mencapai skala intensitas V hingga VI MMI di Ambon, Haruku dan Kairatu, menurut dia, telah menimbulkan kerusakan rumah di beberapa tempat dan beberapa orang mengalami luka-luka.
Pembangkit gempa itu diduga kuat adalah struktur sesar yang melintas di wilayah Kecamatan Kairatu Selatan. Dalam peta tektonik Pulau Seram tampak struktur sesar ini berarah barat daya-timur laut. Sesar ini juga memiliki pergerakan mendatar-mengiri atau sinistral strike-slip.
"Sayangnya struktur sesar yang melintas di Kairatu Selatan itu belum memiliki nama, sehingga untuk memudahkan menyebutnya dapat kita namai 'Sesar Kairatu'," kata Daryono.
Baca juga: Gempa Ambon, Hajah Kebo meninggal saat selamatkan diri
Dari hasil monitoring tersebut BMKG juga mendapati ternyata sebelum terjadi gempa M 6,5 Kamis pagi, tampak di Kairatu Selatan sudah terjadi sejumlah rentetan aktivitas gempa pembuka (foreshocks) berkekuatan kecil sejak sekitar sebulan lalu.
Peta seismisitas Maluku menunjukkan bahwa di sekitar episenter gempa Kamis pagi terdapat klaster aktivitas gempa dengan magnitudo antara 1,5 hingga 3,5 sebanyak 30 kali sejak 28 Agustus 2019 hingga 25 September 2019.
Sehingga, gempa ini menjadi contoh nyata mengenai keberadaan “Gempa Tipe 1” menurut Kiyoo Mogi (1963) ahli gempa Jepang, yaitu tipe gempa utama yang didahului oleh gempa pendahuluan atau pembuka dan selanjutnya diikuti oleh serangkaian gempa susulan.
"Harapan kami, semoga gempa susulan terus meluruh energinya dan kondisi kembali normal," ujar dia.
Baca juga: Gempa Ambon, satu tewas tertimbun longsor
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta mengatakan dari hasil monitoring terdeteksi aktivitas gempa bumi susulan atau aftershocks dengan magnitudo terbesar 5,6 dan yang terkecil M 3.0.
Baca juga: Gempa Ambon, enam tewas dan empat korban luka
Adapun gempa susulan yang guncangannya signifikan dan dirasakan masyarakat terjadi empat kali. Gempa susulan M 3.2 pada pukul 09.41 WIB, gempa M 4.0 pukul 10.37 WIB, gempa M 3.7 pada pukul 10.50 WIB, serta gempa M 4.0 yang terjadi pada pukul 12.28 WIB.
Dampak guncangan gempa utama Kamis pagi yang mencapai skala intensitas V hingga VI MMI di Ambon, Haruku dan Kairatu, menurut dia, telah menimbulkan kerusakan rumah di beberapa tempat dan beberapa orang mengalami luka-luka.
Pembangkit gempa itu diduga kuat adalah struktur sesar yang melintas di wilayah Kecamatan Kairatu Selatan. Dalam peta tektonik Pulau Seram tampak struktur sesar ini berarah barat daya-timur laut. Sesar ini juga memiliki pergerakan mendatar-mengiri atau sinistral strike-slip.
"Sayangnya struktur sesar yang melintas di Kairatu Selatan itu belum memiliki nama, sehingga untuk memudahkan menyebutnya dapat kita namai 'Sesar Kairatu'," kata Daryono.
Baca juga: Gempa Ambon, Hajah Kebo meninggal saat selamatkan diri
Dari hasil monitoring tersebut BMKG juga mendapati ternyata sebelum terjadi gempa M 6,5 Kamis pagi, tampak di Kairatu Selatan sudah terjadi sejumlah rentetan aktivitas gempa pembuka (foreshocks) berkekuatan kecil sejak sekitar sebulan lalu.
Peta seismisitas Maluku menunjukkan bahwa di sekitar episenter gempa Kamis pagi terdapat klaster aktivitas gempa dengan magnitudo antara 1,5 hingga 3,5 sebanyak 30 kali sejak 28 Agustus 2019 hingga 25 September 2019.
Sehingga, gempa ini menjadi contoh nyata mengenai keberadaan “Gempa Tipe 1” menurut Kiyoo Mogi (1963) ahli gempa Jepang, yaitu tipe gempa utama yang didahului oleh gempa pendahuluan atau pembuka dan selanjutnya diikuti oleh serangkaian gempa susulan.
"Harapan kami, semoga gempa susulan terus meluruh energinya dan kondisi kembali normal," ujar dia.
Baca juga: Gempa Ambon, satu tewas tertimbun longsor