Banjarnegara (ANTARA) - Ratusan pelajar Sekolah Menengah Pertama Cokroaminoto, Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengikuti kegiatan Gerakan Makan 100 Juta Telur sebagai upaya meningkatkan kebutuhan vitamin dan protein bagi mereka.

Kegiatan yang digelar di Aula SMP Cokroaminoto, Wanadadi, Banjarnegara, Selasa siang, diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Pertanian, dan didukung PT Charoen Pokphand Indonesia.

Dari pantauan, para pelajar sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Mereka tampak menikmati satu butir telur rebus dan dua buah sosis yang disediakan untuk masing-masing peserta.

Baca juga: Kemendikbud sosialisasikan Rumah Peradaban Kalinyamat kepada pelajar

Usai mengikuti kegiatan tersebut, setiap peserta mendapat satu kantong plastik berisi 10 butir telur mentah untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing.

Salah seorang siswi Kelas IX SMP Cokroaminoto, Susi Amalia Riski mengaku senang makan telur ayam.

"Telur mengandung vitamin yang kita butuhkan sehari-hari. Dengan mengikuti kegiatan ini, saya mendapat banyak pengetahuan secara jelas tentang telur, misalnya untuk kesehatan dan kecerdasan," katanya.

Sementara itu, Bisnis Unit Head Poultry Breeder Wilayah Jawa Tengah dan Kalimantan PT Charoen Pokphand Indonesia Agus Kadarisman mengatakan kegiatan tersebut digelar untuk menindaklanjuti program dari Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Pertanian dalam rangka Gerakan Makan 100 Juta Telur.

"Alhamdulillah hari ini giliran di Banjarnegara bekerja sama dengan Syarikat Islam Wilayah Banjarnegara. Kegiatan ini digelar di seluruh wilayah Indonesia, hanya yang bekerja sama dengan Syarikat Islam ini yang kedua, yang pertama tanggal 11 September di Solo," katanya.
   
Lebih lanjut, dia mengatakan telur merupakan bahan salah satu bahan yang tinggi proteinnya, mudah didapat, dan harganya lebih murah dibanding sumber protein hewani lainnya.

"Kebetulan perusahaan kami, salah satu produknya adalah telur. Jadi, kita bekerja sama dengan Kementerian," jelasnya.

Menurut dia, tingkat konsumsi telur oleh masyarakat Indonesia masih ketinggalan jauh dengan negara lain seperti Malaysia.

Ia mengatakan berdasarkan data, tingkat konsumsi telur di Indonesia baru 25 butir per kapita per tahun, sedangkan Malaysia sudah hampir 340 butir per kapita per tahun.

"Kegiatan ini sebenarnya menindaklanjuti program Dirjen Peternakan untuk menjaga kestabilan harga telur maupun harga ayam di pasaran. Jadi, ini adalah telur fertil yang masih fresh, dilakukan penundaan setting, menindaklanjuti surat dari Dirjen Peternakan," katanya.

Dalam hal ini, telur yang dibagikan untuk peserta kegiatan merupakan telur fertil segar yang berwarna putih, hasil penundaan setting sebagaimana surat edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nomor 095009/SE/PK.010/F/09/2019 pada tanggal 2 September 2019 tentang Pengurangan Day Old Chick Final Stock (DOC FS) Broiler tahun 2019 sebagai respons pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan terhadap kondisi perunggasan. 

Baca juga: Belasan pelajar duta seni Boyolali ke Eropa
Baca juga: Cukup jauh, pelajar antusias kunjungi Rail Library di Stasiun Karangsari Banyumas

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024