Cilacap (ANTARA) - Nelayan di pesisir selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mulai melaut seiring dengan kondisi gelombang yang relatif kondusif, kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono.

"Berdasarkan informasi dari nelayan yang saat ini berada di tengah laut, kondisi gelombang relatif stabil. Angin di wilayah perairan arahnya dari selatan tapi kalau di tengah laut masih dari timur, jadi arah angin masih berputar-putar," katanya di Cilacap, Senin.

Kendati demikian, dia mengatakan hasil tangkapan nelayan tergolong bagus terutama bagi nelayan yang menggunakan kapal di atas 20 grosston (GT).

Baca juga: Nelayan Jateng bakal terima "Fish On" permudah tangkap ikan

Menurut dia, hal itu juga dirasakan oleh nelayan yang menggunakan kapal berukuran kecil karena di wilayah perairan tidak ada gelombang tinggi sehingga mereka bisa mendapatkan hasil tangkapan berupa ikan.

"Jadi, nelayan sudah banyak yang mulai melaut dan alhamdulillah juga dikasih hasil tangkapan yang bagus. Nelayan yang menggunakan jaring arad kecil yang ditarik dengan tenaga manusia, hasilnya lumayan bagus, kemudian nelayan yang mencari ikan di jalur 1 dan jalur 2 juga bisa mendapatkan layur, ada yang 10 boks, ada yang 20 boks," katanya.

Ia mengatakan volume ikan layur dalam satu boks bisa mencapai 35 kilogram dan harganya saat ini sekitar Rp30 ribu per kilogram.

Dia mengharapkan gelombang di perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta tetap landai hingga datangnya musim angin baratan.

Baca juga: HNSI minta nelayan tak terprovokasi pembangunan PLTU Batang

"Kalau cuaca seperti sekarang kan cuaca angin dari timur, gelombang itu ya standar-standar saja, agak besar sedikit ya wajar kalau anginnya kencang. Kalau arusnya kencang juga sama, gelombangnya agak tinggi, namun itu hal yang biasa bagi nelayan," katanya.

Akan tetapi kalau sudah memasuki musim angin baratan, kata dia, sekali datang gelombangnya besar sekali sehingga berbahaya bagi nelayan.

Ia memperkirakan musim angin baratan akan datang sekitar bulan Desember sehingga nelayan memiliki waktu yang cukup panjang untuk mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah.

"Mudah-mudahan angin baratan datangnya bulan Desember sehingga kondisi gelombang pada masa peralihan ini tetap landai dan hasil tangkapan nelayan lebih bagus lagi," katanya.

Lebih lanjut, Sarjono menyampaikan terima kasih kepada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah memperluas wilayah layanan informasi maritim yang disajikan Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung (sebelumnya Stasiun Meteorologi Cilacap).

Menurut dia, layanan informasi maritim tersebut saat sekarang tidak sebatas pada perairan selatan Jateng-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jateng-DIY, juga wilayah perairan selatan Jawa Barat maupun Samudra Hindia selatan Jabar.

Baca juga: Masyarakat diingatkan pentingnya pengelolaan sumber daya ikan

"Hanya saja, kalau ada peringatan dini gelombang tinggi, belum bisa menunjukkan potensi tersebut berpeluang terjadi di lintang dan bujur berapa posisinya. Kami berharap ke depan bisa lebih lengkap lagi," katanya.

Ia mengaku selama ini selain memantau prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, juga mengandalkan aplikasi Windy melalui telepon pintar karena dapat mengetahui posisi terkini gelombang tinggi yang sedang terjadi.

Dengan demikian, dia dapat segera menginformasikan kepada nelayan yang sedang di tengah laut agar menggeser posisi kapalnya agar terhindar dari gelombang tinggi.

"Kami berterima kasih sekali kepada pemerintah melalui BMKG yang telah menginformasikan prakiraan cuaca meskipun kadang cocok dan kadang tidak cocok, karena namanya prakiraan, tapi sudah sangat membantu," katanya. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024