Banyumas (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto Agus Chusaini menilai para penderes nira kelapa dan pengolah gula kelapa khususnya yang ada di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, merupakan pahlawan devisa negara.

"Kami sungguh ingin mengapresiasi setinggi-tingginya kepada bapak-bapak, ibu-ibu yang ada di depan saya ini, beliau para petani penderes, pengolah gula kelapa. Saya kira tidak berlebihan ketika kami menyebut bapak-ibu semua sebagai pahlawan di era modern, yaitu pahlawan devisa negara," katanya saat penyerahan bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa alat keselamatan bagi penderes nira kelapa anggota Kelompok Tani Cikal Mas di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, Senin.

Ia mengatakan dari air nira yang disadap oleh para penderes itulah awal mula gula yang akan diekspor dan hasil penjualan gula di mancanegara itulah negara menerima devisa.

"Devisa dapat sebagai penggerak roda ekonomi. Bapak-bapak para penderes harus bangga dan sangat berterima kasih kepada bapak sekalian," tegasnya.

Lebih lanjut, Agus mengatakan gula kelapa merupakan produk yang sangat potensial di Kabupaten Banyumas dan menjadi salah satu sentra industri gula kelapa di Indonesia karena sekitar 27 ribu keluarga menggantungkan hidupnya dari mengolah air nira menjadi gula kelapa.

Menurut dia, gula kelapa merupakan salah satu produk unggulan di Kabupaten Banyumas dan ditetapkan sebagai kompetensi inti daerah menurut Kementerian Perindustrian pada tahun 2013.

"Berdasarkan data, jumlah industri rumahan gula kelapa di Kabupaten Banyumas sekitar 31.521 unit usaha dengan kapasitas produksi 87.569,2 ton. Angka yang tidak sedikit, volume produksi gula kelapa di Kota Satria ini juga merupakan yang terbesar di antara daerah lain di Jawa Tengah," katanya.

Akan tetapi di sisi lain, kata dia, terdapat beberapa permasalahan utama yang dialami oleh industri gula kelapa di Kabupaten Banyumas, khususnya di sisi hulu, yaitu tingginya angka kecelakaan kerja.

Menurut dia, kecelakaan kerja tersebut disebabkan petani penderes terjatuh dari pohon kelapa pada saat pengambilan nira hasil penyadapan.

Ia mengatakan angka kecelakaan kerja bagi para penderes gula kelapa di Kabupaten Banyumas sangat tinggi terutama saat musim hujan karena sekurang-kurangnya satu orang penderes mengalami kecelakaan kerja dalam satu hari atau rata-rata sebanyak 50 orang per tahun.

"Kami sangat yakin pasti di antara bapak-ibu yang di sini ada yang pernah mengalami kecelakaan kerja dimaksud. Kami menyadari devisa penting tapi itu tidak sebanding dengan nyawa bapak-ibu semua," katanya.

Agus mengatakan upaya yang telah dilakukan berbagai pihak dalam mencari solusi permasalahan ini, termasuk dari Pemerintah Kabupate Banyumas yang telah melakukan uji coba berbagai macam alat keselamatan.

"Alhamdulillah di awal 2019 ini, kami dipertemukan dengan Kelompok Tani Cikal Mas dan inovator alat pengaman penderes, yaitu saudara Agus Triono, yang melakukan inovasi alat pengaman berupa safety belt bagi penderes yang mengadopsi dari alat pengaman panjat gunung," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan KPw BI Purwokerto melalui PSBI memberikan bantuan berupa 50 unit alat keselamatan penderes tersebut kepada anggota Kelompok Tani Cikal Mas, dengan harapan dapat membantu mengurangi angka kecelakaan penderes dan turut mendukung produk unggulan Kabupaten Banyumas.

"Kepada bapak-bapak penderes, kami berpesan untuk komitmen selalu merawat dan mengenakan alat pengaman yang telah diberikan. Luangkan sedikit saja waktu untuk memakai, biarlah lebih lama 5-10 menit tapi nyawa bapak-bapak terselamatkan. Apalagi bapak-bapak semua punya keluarga, anak-istri di rumah menunggu pulang dalam keadaan sehat," katanya.

Baca juga: BI Purwokerto salurkan bantuan alat keselamatan bagi penderes nira kelapa

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024