Banyumas (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto menyalurkan bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa alat keselamatan bagi penderes nira kelapa yang tergabung dalam Kelompok Cikal Mas, Desa Pageraji, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
"Alhamdulillah tadi sudah dicoba dan berjalan dengan baik. Tadi juga ada testimoni dari teman-teman penderes dan bisa dijalankan," kata Kepala KPw BI Purwokerto Agus Chusaini kepada wartawan saat penyerahan bantuan PSBI tersebut di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Senin.
Kendati demikian, dia mengakui alat keselamatan tersebut masih memerlukan pengembangan, salah satunya bagaimana agar alatnya bisa mengunci sendiri.
Ia mengharapkan pencetus alat tersebut bisa menambahkan pengunci seperti halnya sabuk pengaman pada mobil maupun pesawat.
"Moga-moga bisa menambahkan sehingga lebih memudahkan penderes. Namun menurut Pak Bupati (Bupati Banyumas Achmad Husein, red.), nanti akan dievaluasi, dalam satu bulan akan ada evaluasi, moga-moga ada kelanjutan," katanya.
Selain itu, dia mengharapkan ke depan, makin banyak pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan alat keselamatan bagi penderes nira kelapa tersebut karena berdasarkan data, jumlah penderes yang meninggal dunia akibat jatuh dari pohon kelapa lebih dari 50 orang.
Sementara itu, Bupati Banyumas Achmad Husein memberikan apresiasi inovasi alat keselamatan bagi penderes nira kelapa yang justru muncul dari masyarakat, bukan dari pemerintah daerah.
"Tadi kita melihat sendiri, praktik di (pohon kelapa yang) lurus bisa, terus di (pohon) bengkok bisa, terus naik ke atas juga bisa, dan aman. Tadi juga ada yang mengatakan, mereka itu sudah pernah coba naik ke pohon dan terpeleset, ternyata tidak jatuh sampai bawah," katanya.
Menurut dia, hal itu berarti alat keselamatan bagi penderes nira kelapa tersebut sudah teruji andal di lapangan.
Lebih lanjut, dia mengatakan KPw BI Purwokerto baru memberikan bantuan PSBI berupa alat keselamatan tersebut sebanyak 50 unit.
"Harganya ternyata mahal, Rp750 ribu per unit, tapi aku dhuwe (punya, red.) akal sehingga nanti tidak akan mahal. Itu harus kita perbanyak kalau sudah andal," katanya.
Ia mengakui alat keselamatan tersebut sangat diperlukan bagi penderes nira kelapa karena berdasarkan data, angka kecelakaan yang dialami penderes karena terjatuh dari pohon kelapa mencapai kisaran 160 orang per tahun. "Yang meninggal separuhnya, sisanya cacat," jelasnya.
Terkait dengan hal itu, Bupati mengatakan pihaknya akan berusaha menyiapkan alat keselamatan bagi penderes sebanyak mungkin, baik dari pemerintah daerah maupun bantuan melalui program pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR).
Menurut dia, hal itu disebabkan jumlah penderes nira kelapa yang memegang kartu penderes di Kabupaten Banyumas mencapai kisaran 20.000 orang.
"Akan tetapi kalau dari penderes yang tahu alat itu memiliki manfaat dan ingin mengusahakan sendiri, ya kita bantu, mungkin dengan cara mencicil dan segala macam," katanya.
Saat berdialog dengan Bupati, penderes nira kelapa yang tergabung dalam Kelompok Cikal Mas mengaku sudah nyaman menggunakan alat keselamatan tersebut meskipun saat menggunakan maupun melepasnya butuh waktu sekitar 2 menit.
"Alhamdulillah tadi sudah dicoba dan berjalan dengan baik. Tadi juga ada testimoni dari teman-teman penderes dan bisa dijalankan," kata Kepala KPw BI Purwokerto Agus Chusaini kepada wartawan saat penyerahan bantuan PSBI tersebut di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Senin.
Kendati demikian, dia mengakui alat keselamatan tersebut masih memerlukan pengembangan, salah satunya bagaimana agar alatnya bisa mengunci sendiri.
Ia mengharapkan pencetus alat tersebut bisa menambahkan pengunci seperti halnya sabuk pengaman pada mobil maupun pesawat.
"Moga-moga bisa menambahkan sehingga lebih memudahkan penderes. Namun menurut Pak Bupati (Bupati Banyumas Achmad Husein, red.), nanti akan dievaluasi, dalam satu bulan akan ada evaluasi, moga-moga ada kelanjutan," katanya.
Selain itu, dia mengharapkan ke depan, makin banyak pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan alat keselamatan bagi penderes nira kelapa tersebut karena berdasarkan data, jumlah penderes yang meninggal dunia akibat jatuh dari pohon kelapa lebih dari 50 orang.
Sementara itu, Bupati Banyumas Achmad Husein memberikan apresiasi inovasi alat keselamatan bagi penderes nira kelapa yang justru muncul dari masyarakat, bukan dari pemerintah daerah.
"Tadi kita melihat sendiri, praktik di (pohon kelapa yang) lurus bisa, terus di (pohon) bengkok bisa, terus naik ke atas juga bisa, dan aman. Tadi juga ada yang mengatakan, mereka itu sudah pernah coba naik ke pohon dan terpeleset, ternyata tidak jatuh sampai bawah," katanya.
Menurut dia, hal itu berarti alat keselamatan bagi penderes nira kelapa tersebut sudah teruji andal di lapangan.
Lebih lanjut, dia mengatakan KPw BI Purwokerto baru memberikan bantuan PSBI berupa alat keselamatan tersebut sebanyak 50 unit.
"Harganya ternyata mahal, Rp750 ribu per unit, tapi aku dhuwe (punya, red.) akal sehingga nanti tidak akan mahal. Itu harus kita perbanyak kalau sudah andal," katanya.
Ia mengakui alat keselamatan tersebut sangat diperlukan bagi penderes nira kelapa karena berdasarkan data, angka kecelakaan yang dialami penderes karena terjatuh dari pohon kelapa mencapai kisaran 160 orang per tahun. "Yang meninggal separuhnya, sisanya cacat," jelasnya.
Terkait dengan hal itu, Bupati mengatakan pihaknya akan berusaha menyiapkan alat keselamatan bagi penderes sebanyak mungkin, baik dari pemerintah daerah maupun bantuan melalui program pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR).
Menurut dia, hal itu disebabkan jumlah penderes nira kelapa yang memegang kartu penderes di Kabupaten Banyumas mencapai kisaran 20.000 orang.
"Akan tetapi kalau dari penderes yang tahu alat itu memiliki manfaat dan ingin mengusahakan sendiri, ya kita bantu, mungkin dengan cara mencicil dan segala macam," katanya.
Saat berdialog dengan Bupati, penderes nira kelapa yang tergabung dalam Kelompok Cikal Mas mengaku sudah nyaman menggunakan alat keselamatan tersebut meskipun saat menggunakan maupun melepasnya butuh waktu sekitar 2 menit.