Semarang (ANTARA) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai lembaga kemanusiaan ikut ambil peran dalam pembangunan keluarga salah satunya dengan menginisiasi program Humanity Parenting Class.

Kegiatan yang digelar di outlet Rabbani Semarang, Sabtu, tersebut menghadirkan Darosy Endah Hyoscyamina, selaku pemateri dan masyarakat umum sebagai peserta.

Head of Partnership ACT Jawa Tengah Giyanto mengakui pihaknya prihatin dengan banyaknya ketidakharmonisan keluarga yang berujung gugatan perceraian dan menunjukkan tren yang selalu menanjak dari tahun ke tahun.

Pengadilan Agama Kelas I A Kota Semarang, lanjut dia, mencatat 345 perkara gugatan cerai per Januari 2019 dan Semarang menduduki peringkat ketiga di Jawa Tengah dengan kasus gugatan cerai tertinggi setelah Cilacap dan Brebes.

“Banyaknya gugatan perceraian tersebut,  karena faktor ekonomi seperti di Cilacap tercatat 1.400 kasus yang penyebabnya faktor ekonomi. Lalu apa hubungannya dengan ACT? Ya karena ACT juga memiliki program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan," katanya.

Baca juga: ACT berikhtiar meluaskan maslahat ke masyarakat

Di Jawa Tengah, lanjut Giyanto, ACT sudah memiliki desa binaan tersebar di 14 kecamatan yang akan difasilitasi agar sejahtera secara ekonomi dan masyarakatnya mendapatkan edukasi Humanity Parenting Class agar terangkat moralitasnya.

Darosy Endah Hyoscyamina dalam kesempatan tersebut menegaskan bahwa negara yang sejahtera dimulai dari harmonisnya keluarga.

“Keluarga adalah fondasi yang paling utama, saya yakin di dalam keluarga yang baik, akan melahirkan masyarakat yang baik, masyarakat yang baik budi pekerti dan akhlaknya akan menjadikan Indonesia jauh lebih baik,” jelasnya.

Dosen yang akrab dipanggil Bunda Darosy itu berharap ke depan para orang tua wajib mengerti ilmu parenting.

"Kerap kita dengar istilah anak yang durhaka kepada orang tua, kalau dilihat lebih dalam banyak juga kasus orang tua yang durhaka terhadap anaknya. Misalnya saja, orangtua memberikan makanan, pakaian yang tidak sesuai syariat itu sudah bagian dari kedurhakaan orang tua kepada anaknya. Kalau cara untuk mendapatkannya tidak benar, maka semua hasilnya juga tidak benar,” tambanya.

Salah seorang peserta kegiatan Rihadatul Aisy (22) mengaku tertarik ikut Parenting Class meskipun belum berkeluarga, karena ilmu yang diperolehnya dapat sebagai modal awal persiapan berumah tangga.

Baca juga: MRI-ACT berbagi kegembiraan dengan napi dan penghuni rusun di Salatiga
Baca juga: ACT bantu air bersih di Solo dan sekitarnya
 

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024