Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan dari 16 blok eksplorasi hanya tiga blok yang berhasil ditemukan kandungan minyak dan gas atau tingkat kesuksesannya kurang dari 20 persen.
"Memakai kacamata statistik, dari 16 blok eksplorasi kalau itu berhasil berapa? Hanya tiga," ujar Arcandra saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Bisnis Energi 2 di Wisma Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Sabtu.
Arcandra mengatakan pemerintah terus berupaya mengejar defisit kebutuhan migas agar tidak mengandalkan pasokan dari luar negeri demi menciptakan kedaulatan energi.
Kebutuhan minyak Indonesia saat ini mencapai 1,4 juta barel perhari. Sementara produksi dari blok-blok yang sudah ada kurang dari 800 ribu barel perhari. Artinya, Indonesia harus mengimpor sebesar 600 ribu barel perhari.
Pemerintah, kata dia, terus berupaya meletakkan pondasi kedaulatan energi dengan penambahan eksplorasi migas. Meski hasil yang didapatkan membutuhkan waktu yang tidak singkat.
"Setelah ekplorasi kita discovery butuh berapa waktu? 5 sampai 10 tahun. Dan akan muncul oil-nya 15 sampai 20 tahun yang akan datang. Artinya pemerintah sekarang meletakkan pondasi untuk memulai kembali kegiatan eksplorasi yang akan dinikmati hasilnya oleh anak dan cucu kita," kata dia.
Meski terkesan lama, ia yakin upaya ini dapat meminimalisasi terjadinya krisis energi seperti yang dialami Amerika Serikat. Penyebabnya karena adanya gangguan pasokan dari Timur Tengah akibat pergolakan politik.
Apabila Indonesia mampu berdaulat secara energi, kata dia, maka krisis energi akibat adanya faktor eksternal dapat diatasi dan Indonesia tidak akan bergantung lagi pada pasokan dari luar.
"Jadi kita bicara bukan dari source energy-nya, tapi dari terganggunya rantai suplai. Kita bicara tentang kedaulatan energi," kata dia.
Baca juga: Harga minyak anjlok di tengah serangan tanker
"Memakai kacamata statistik, dari 16 blok eksplorasi kalau itu berhasil berapa? Hanya tiga," ujar Arcandra saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Bisnis Energi 2 di Wisma Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Sabtu.
Arcandra mengatakan pemerintah terus berupaya mengejar defisit kebutuhan migas agar tidak mengandalkan pasokan dari luar negeri demi menciptakan kedaulatan energi.
Kebutuhan minyak Indonesia saat ini mencapai 1,4 juta barel perhari. Sementara produksi dari blok-blok yang sudah ada kurang dari 800 ribu barel perhari. Artinya, Indonesia harus mengimpor sebesar 600 ribu barel perhari.
Pemerintah, kata dia, terus berupaya meletakkan pondasi kedaulatan energi dengan penambahan eksplorasi migas. Meski hasil yang didapatkan membutuhkan waktu yang tidak singkat.
"Setelah ekplorasi kita discovery butuh berapa waktu? 5 sampai 10 tahun. Dan akan muncul oil-nya 15 sampai 20 tahun yang akan datang. Artinya pemerintah sekarang meletakkan pondasi untuk memulai kembali kegiatan eksplorasi yang akan dinikmati hasilnya oleh anak dan cucu kita," kata dia.
Meski terkesan lama, ia yakin upaya ini dapat meminimalisasi terjadinya krisis energi seperti yang dialami Amerika Serikat. Penyebabnya karena adanya gangguan pasokan dari Timur Tengah akibat pergolakan politik.
Apabila Indonesia mampu berdaulat secara energi, kata dia, maka krisis energi akibat adanya faktor eksternal dapat diatasi dan Indonesia tidak akan bergantung lagi pada pasokan dari luar.
"Jadi kita bicara bukan dari source energy-nya, tapi dari terganggunya rantai suplai. Kita bicara tentang kedaulatan energi," kata dia.
Baca juga: Harga minyak anjlok di tengah serangan tanker