Semarang (ANTARA) - Komite Mata Nasional mendukung penuh langkah-langkah jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam menurunkan angka kebutaan dan gangguan penglihatan di wilayah setempat.
"Kami mengapresiasi langkah dan kebijakan yang telah dilakukan Dinkes Jateng untuk menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan dengan terus aktif menyiapkan tenaga-tenaga medis untuk bidang kesehatan mata," kata Ketua Komite Mata Nasional Andy F. Noya saat beraudiensi dengan jajaran Dinas Kesehatan Jawa Tengah di Semarang, Senin.
Menurut dia, hal tersebut sebagai wujud nyata dalam mendukung rencana kerja pemerintahan yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia berkualitas pada masa mendatang.
Ia menjelaskan bahwa Komite Mata Nasional mendapat tugas dari Kementerian Kesehatan untuk menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia.
Dengan misi dan tugas yang diemban Komatnas itu, Andy mengajak dan menggandeng sejumlah pihak dari berbagai kalangan untuk lebih banyak menggelar operasi katarak guna menurunkan angka kebutaan.
Komatnas juga melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di berbagai daerah.
Baca juga: Pertamina kenalkan pentingnya peduli kesehatan mata pada anak
Ia mengungkapkan tingkat kebutaan di Indonesia berada di poisisi kedua tertinggi di dunia setelah Ethiopia.
"Dengan kondisi seperti itu, maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan merasa harus fokus pada upaya menurunkan angka kebutaan karena ternyata dari angka kebutaan yang ada itu, 80 persen diakibatkan katarak," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo menambahkan data prevalensi kebutaan di Provinsi Jateng tercatat 2,7 persen dengan penyebab kebutaan tertingginya adalah katarak sebesar 73,8 persen berdasarkan hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB).
Menurut dia, upaya pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan di Jateng dimulai dari pengobatan rutin sampai dengan rehabilitasi.
"Dari sisi prevalensi gangguan penglihatan terutama kebutaan ini, memang Jateng salah satu provinsi yang cukup tinggi. Dan dari sisi jumlah, juga banyak karena penduduknya banyak. Secara prevalensi sekitar 2,7 persen penduduk yang umurnya di atas 50 tahun, yang rentan terjadi gangguan penglihatan dan kebutaan," katanya.
Dinkes Jateng, kata dia, akan terus melakukan sosialisasi tentang penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan kepada masyarakat.
Baca juga: Awas, Kebutaan Incar Perokok
"Kami mengapresiasi langkah dan kebijakan yang telah dilakukan Dinkes Jateng untuk menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan dengan terus aktif menyiapkan tenaga-tenaga medis untuk bidang kesehatan mata," kata Ketua Komite Mata Nasional Andy F. Noya saat beraudiensi dengan jajaran Dinas Kesehatan Jawa Tengah di Semarang, Senin.
Menurut dia, hal tersebut sebagai wujud nyata dalam mendukung rencana kerja pemerintahan yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia berkualitas pada masa mendatang.
Ia menjelaskan bahwa Komite Mata Nasional mendapat tugas dari Kementerian Kesehatan untuk menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia.
Dengan misi dan tugas yang diemban Komatnas itu, Andy mengajak dan menggandeng sejumlah pihak dari berbagai kalangan untuk lebih banyak menggelar operasi katarak guna menurunkan angka kebutaan.
Komatnas juga melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di berbagai daerah.
Baca juga: Pertamina kenalkan pentingnya peduli kesehatan mata pada anak
Ia mengungkapkan tingkat kebutaan di Indonesia berada di poisisi kedua tertinggi di dunia setelah Ethiopia.
"Dengan kondisi seperti itu, maka pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan merasa harus fokus pada upaya menurunkan angka kebutaan karena ternyata dari angka kebutaan yang ada itu, 80 persen diakibatkan katarak," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo menambahkan data prevalensi kebutaan di Provinsi Jateng tercatat 2,7 persen dengan penyebab kebutaan tertingginya adalah katarak sebesar 73,8 persen berdasarkan hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB).
Menurut dia, upaya pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan di Jateng dimulai dari pengobatan rutin sampai dengan rehabilitasi.
"Dari sisi prevalensi gangguan penglihatan terutama kebutaan ini, memang Jateng salah satu provinsi yang cukup tinggi. Dan dari sisi jumlah, juga banyak karena penduduknya banyak. Secara prevalensi sekitar 2,7 persen penduduk yang umurnya di atas 50 tahun, yang rentan terjadi gangguan penglihatan dan kebutaan," katanya.
Dinkes Jateng, kata dia, akan terus melakukan sosialisasi tentang penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan kepada masyarakat.
Baca juga: Awas, Kebutaan Incar Perokok