Semarang (ANTARA) - PT Dafam Property Indonesia Tbk berhasil membukukan pendapatan bersih (net revenues) pada 2018 sebesar Rp147,07 miliar atau naik Rp30,96 miliar (26,67 persen) dari tahun sebelumnya, dan pada tahun ini diproyeksikan bisa naik 18,93 persen atau Rp175 miliar.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PT Dafam Property Indonesia Tbk Billy Dahlan didampingi seluruh jajaran direksi pada public expose usai pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Dafam Property Indonesia di Hotel Dafam Semarang, Kamis.

Hadir dalam kesempatan tersebut Komisaris Utama Ferdinandus Soleh Dahlan, Komisaris Junaidi Dahlan, Komisaris Independen/Ketua Komite Audit Santoso Widjojo, Direktur Wijaya Dahlan, Direktur Andy Irawan Kristyanto, Direktur Handoko Setijawan, dan Direktur Independen MM Soemarni.

Billy menjelaskan pembukuan laba tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan bersih di hampir seluruh segmen operasi serta pasar geogratis perseroran.

Sejalan dengan pendapatan bersih, beban pokok pendapatan tahun 2018 juta mengalami peningkatan sebesar Rp10,34 miliar atau 19,66 persen menjadi Rp62,96 miliar dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp52,61 miliar.

Kenaikan tersebut dipicu oleh meningkatnya beban pokok pendapatan untuk segmen operasi real estate dan hotel masing-masing sebesar Rp7,67 miliar dan Rp1,77 miliar.

Soleh Dahlan berkesempatan membuka public expose kemudian dilanjutkan dengan pemaparan mengenai profil dan kinerja PT Dafam Property Indonesia yang telah berdiri sejak 2011 secara keseluruhan.

"PT Dafam Property Indonesia Tbk merupakan perusahaan go publik (dengan 20 hotel, satu resort, satu villa, tiga real estate, dan empat perumahan dengan 2.378 kamar) dan semua itu terwujud atas mimpi," kata Soleh Hasan.

Billy menambahkan bahwa PT Dafam Property Indonesia dalam lima tahun ke depan akan fokus pada pengembangan perumahan KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) karena banyaknya kebutuhan abdi negara baik itu aparatur sipil negara (ASN) dan Polri).

Terkait dengan industri pariwisata, Billy melihat pada sektor tersebut menjadi industri yang seksi, apalagi pemerintah terus mendorong potensi pariwisata setiap daerah.

"Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) industri jadi tren dan ke depan dengan spot-spot pariwisata menarik tentu akan meningkatkan MICE. Jadi MICE tetap seksi ke depannya," katanya.

 

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024