Temanggung (ANTARA) - Istri mendiang KH. Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah, berpesan kepada masyarakat untuk tidak terpecah belah dalam kehidupan kebangsaan karena ruang kebangsaan adalah ruang kebersamaan yang saling bersatu dalam perbedaan.
Shinta di Temanggung, Jumat (17/5), mengatakan perbedaan harus dianggap sebagai berkah yang menjadikan satu sama lain sebagai saudara, bukan musuh.
"Kalau berbeda, berarti kita saudara. Bukan berbeda kemudian kita terpisah dan memisahkan diri. Bersatu dan bersaudara dalam perbedaan," katanya saat makan sahur bersama petani tembakau di Dusun Tempuran, Desa Losari, Kecamatan Tlogomulyo, Jumat dini hari.
Ia menuturkan perbedaan, termasuk perbedaan dalam berpolitik harus disikapi secara arif. Tidak boleh perbedaan dianggap sebagai benteng pemisah antara satu dengan yang lainnya. Batas perbedaan dimaknai sebagai ruang perjumpaan untuk mempererat persaudaraan.
"Kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan itu. Kita satu bangsa yang berbeda-beda tetapi tetap satu," katanya.
Shinta menyampaikan makna dari puasa adalah melatih untuk bersabar, tahan terhadap godaan dan saling menghormati satu sama lain. Menghormati di sini juga berarti menghormati perbedaan antarumat beragama serta antarpilihan politik.
"Jangan sampai puasa kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja karena kita tidak memahami dengan baik makna puasa. Di antaranya itu, saling menghormati dan menghargai," katanya.
Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan Noer Ahsan mengatakan kegiatan sahur bersama selain diisi oleh tausiyah dari Shinta Nuriyah juga diisi sejumlah hiburan, antara lain hiburan bernuansa religi yang paling menonjol adalah salah seorang suster Katholik dari Susteran Penyelenggara Ilahi menyanyikan lagu berjudul Alhamdulillah. Juga sekelompok ibu-ibu paduan suara Queen Marry yang mendendangkan sejumlah lagu shalawat.
"Kami sangat berharap kehadiran Ibu Shinta di lereng Gunung Sumbing ini mampu memberikan berkah dan manfaat bagi para warga. Berkah juga bagi petani tembakau agar hasilnya optimal," kata Ahsan.
Shinta di Temanggung, Jumat (17/5), mengatakan perbedaan harus dianggap sebagai berkah yang menjadikan satu sama lain sebagai saudara, bukan musuh.
"Kalau berbeda, berarti kita saudara. Bukan berbeda kemudian kita terpisah dan memisahkan diri. Bersatu dan bersaudara dalam perbedaan," katanya saat makan sahur bersama petani tembakau di Dusun Tempuran, Desa Losari, Kecamatan Tlogomulyo, Jumat dini hari.
Ia menuturkan perbedaan, termasuk perbedaan dalam berpolitik harus disikapi secara arif. Tidak boleh perbedaan dianggap sebagai benteng pemisah antara satu dengan yang lainnya. Batas perbedaan dimaknai sebagai ruang perjumpaan untuk mempererat persaudaraan.
"Kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan itu. Kita satu bangsa yang berbeda-beda tetapi tetap satu," katanya.
Shinta menyampaikan makna dari puasa adalah melatih untuk bersabar, tahan terhadap godaan dan saling menghormati satu sama lain. Menghormati di sini juga berarti menghormati perbedaan antarumat beragama serta antarpilihan politik.
"Jangan sampai puasa kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja karena kita tidak memahami dengan baik makna puasa. Di antaranya itu, saling menghormati dan menghargai," katanya.
Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan Noer Ahsan mengatakan kegiatan sahur bersama selain diisi oleh tausiyah dari Shinta Nuriyah juga diisi sejumlah hiburan, antara lain hiburan bernuansa religi yang paling menonjol adalah salah seorang suster Katholik dari Susteran Penyelenggara Ilahi menyanyikan lagu berjudul Alhamdulillah. Juga sekelompok ibu-ibu paduan suara Queen Marry yang mendendangkan sejumlah lagu shalawat.
"Kami sangat berharap kehadiran Ibu Shinta di lereng Gunung Sumbing ini mampu memberikan berkah dan manfaat bagi para warga. Berkah juga bagi petani tembakau agar hasilnya optimal," kata Ahsan.