Garut (ANTARA) - Perempuan penerima uang kerohiman atau uang ganti rugi dari PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) untuk yang terdampak reaktivasi jalur kereta api Stasiun Garut-Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, jadi korban penipuan sehingga bingung mendapatkan tempat tinggal baru.
"Saya bingung mau ke mana. Uang yang sudah saya terima habis karena saya kena tipu," kata Iis Lisda (46), penerima uang untuk mengganti bangunan rumah yang berdiri di lahan PT KAI di Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Minggu.
Ia menuturkan PT KAI telah mentransfer uang kerohiman sebesar Rp18 juta.
Pemberian uang dilakukan lebih dulu sebelum pembongkaran bangunan yang terdampak reaktivasi kereta api di jalur rel Garut Kota.
Karena pembongkaran rumah masih lama, Iis memanfaatkan uang tersebut untuk modal berdagang agar mendapatkan keuntungan.
Dari keuntungan itu akan digunakan sebagai uang muka pembelian rumah baru.
"Uang itu seharusnya dipakai uang muka rumah, tapi dibawa kabur orang lain," katanya.
Ia mengungkapkan kisahnya setelah uang yang diterimanya dari PT KAI, pada Maret 2019 duit diberikan kepada seseorang yang mengaku dari Kabupaten Pangandaran untuk membeli barang gula, kelapa, dan pisang.
Barang tersebut, kata dia, rencananya untuk memasok ke Pasar Induk Ciawitali, Garut, namun sekian lama ditunggu barang tersebut tidak kunjung datang ke Garut, bahkan orang tersebut tidak diketahui keberadaannya.
"Janjinya mau kirim barang satu truk, tapi sampai sekarang tidak datang juga, saya sudah cari ke Pangandaran, tapi katanya kabur ke Lampung," katanya.
Kini Iis harus meninggalkan rumah di lahan PT KAI dan tinggal sementara di rumah saudaranya di kawasan Kerkof, Garut Kota, sambil mencari usaha untuk keluar dari masalahnya itu.
"Sekarang rumah di sini sudah dikosongkan, enggak tahu mau pindah ke mana, mudah-mudahan ada rezeki yang lain," katanya.
Sementara itu, PT KAI sudah hampir selesai membongkar seluruh bangunan yang berdiri di sepanjang jalur kereta api Stasiun Cibatu-Garut. Saat ini yang masih proses pembongkaran di kawasan perkotaan Garut atau sekitar Stasiun Garut.
Reaktivasi kereta api di Garut itu ditargetkan selesai pembangunannya akhir 2019, dan bisa dilintasi kereta api dan digunakan masyarakat pada 2020.
"Saya bingung mau ke mana. Uang yang sudah saya terima habis karena saya kena tipu," kata Iis Lisda (46), penerima uang untuk mengganti bangunan rumah yang berdiri di lahan PT KAI di Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Minggu.
Ia menuturkan PT KAI telah mentransfer uang kerohiman sebesar Rp18 juta.
Pemberian uang dilakukan lebih dulu sebelum pembongkaran bangunan yang terdampak reaktivasi kereta api di jalur rel Garut Kota.
Karena pembongkaran rumah masih lama, Iis memanfaatkan uang tersebut untuk modal berdagang agar mendapatkan keuntungan.
Dari keuntungan itu akan digunakan sebagai uang muka pembelian rumah baru.
"Uang itu seharusnya dipakai uang muka rumah, tapi dibawa kabur orang lain," katanya.
Ia mengungkapkan kisahnya setelah uang yang diterimanya dari PT KAI, pada Maret 2019 duit diberikan kepada seseorang yang mengaku dari Kabupaten Pangandaran untuk membeli barang gula, kelapa, dan pisang.
Barang tersebut, kata dia, rencananya untuk memasok ke Pasar Induk Ciawitali, Garut, namun sekian lama ditunggu barang tersebut tidak kunjung datang ke Garut, bahkan orang tersebut tidak diketahui keberadaannya.
"Janjinya mau kirim barang satu truk, tapi sampai sekarang tidak datang juga, saya sudah cari ke Pangandaran, tapi katanya kabur ke Lampung," katanya.
Kini Iis harus meninggalkan rumah di lahan PT KAI dan tinggal sementara di rumah saudaranya di kawasan Kerkof, Garut Kota, sambil mencari usaha untuk keluar dari masalahnya itu.
"Sekarang rumah di sini sudah dikosongkan, enggak tahu mau pindah ke mana, mudah-mudahan ada rezeki yang lain," katanya.
Sementara itu, PT KAI sudah hampir selesai membongkar seluruh bangunan yang berdiri di sepanjang jalur kereta api Stasiun Cibatu-Garut. Saat ini yang masih proses pembongkaran di kawasan perkotaan Garut atau sekitar Stasiun Garut.
Reaktivasi kereta api di Garut itu ditargetkan selesai pembangunannya akhir 2019, dan bisa dilintasi kereta api dan digunakan masyarakat pada 2020.