Jakarta (ANTARA) - Universitas Terbuka menggandeng 10 perguruan tinggi top Indonesia untuk menyelenggarakan perkuliahan daring. 10 PT yang diajak bekerja sama itu Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Sumatera, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Malang, Universitas Pendidikan Ganesha, Politeknik Negeri Madiun, dan Politeknik Negeri Bandung.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof Mohamad Nasir dalam siaran pers kementerian di Jakarta, Jumat, mengatakan pembelajaran daring dan universitas siber merupakan terobosan penting yang harus diterapkan perguruan tinggi untuk meningkatkan akses masyarakat ke pendidikan tinggi dengan tetap menjaga kualitas.
Ia mengatakan perguruan tinggi juga harus menyesuaikan program studi dengan tuntutan perkembangan era Revolusi Industri 4.0 serta menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif dan kompetitif.
Selain itu perguruan tinggi dituntut untuk melakukan revolusi dan transformasi secara digital dalam penyelenggaraan Tri Dharma perguruan tinggi dan pengelolaan perguruan tinggi.
Nasir menekankan perlunya inovasi dan terobosan untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi. APK pendidikan tinggi Indonesia saat ini pada angka 34,58 persen. Dengan demikian masih ada sekitar 65,5 persen penduduk usia kuliah belum bisa menikmati pendidikan tinggi.
Sementara Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat mengatakan melalui pembelajaran daring universitas bisa memberikan layanan pendidikan tinggi kepada semua lapisan masyarakat tanpa adanya batasan ruang dan waktu.
"Dalam kurun waktu setahun terakhir, kami telah melakukan kerja sama dengan 158 perguruan tinggi dalam penyelenggaraan pembelajaran daring," kata Ojat.
Ia berharap Universitas Terbuka bisa menjalin kerja sama dengan lebih banyak perguruan tinggi untuk menyelenggarakan perkuliahan daring.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof Mohamad Nasir dalam siaran pers kementerian di Jakarta, Jumat, mengatakan pembelajaran daring dan universitas siber merupakan terobosan penting yang harus diterapkan perguruan tinggi untuk meningkatkan akses masyarakat ke pendidikan tinggi dengan tetap menjaga kualitas.
Ia mengatakan perguruan tinggi juga harus menyesuaikan program studi dengan tuntutan perkembangan era Revolusi Industri 4.0 serta menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif dan kompetitif.
Selain itu perguruan tinggi dituntut untuk melakukan revolusi dan transformasi secara digital dalam penyelenggaraan Tri Dharma perguruan tinggi dan pengelolaan perguruan tinggi.
Nasir menekankan perlunya inovasi dan terobosan untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi. APK pendidikan tinggi Indonesia saat ini pada angka 34,58 persen. Dengan demikian masih ada sekitar 65,5 persen penduduk usia kuliah belum bisa menikmati pendidikan tinggi.
Sementara Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat mengatakan melalui pembelajaran daring universitas bisa memberikan layanan pendidikan tinggi kepada semua lapisan masyarakat tanpa adanya batasan ruang dan waktu.
"Dalam kurun waktu setahun terakhir, kami telah melakukan kerja sama dengan 158 perguruan tinggi dalam penyelenggaraan pembelajaran daring," kata Ojat.
Ia berharap Universitas Terbuka bisa menjalin kerja sama dengan lebih banyak perguruan tinggi untuk menyelenggarakan perkuliahan daring.