Purwokerto (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku tidak keberatan jika pemerintah mengimpor bawang putih dan komoditas impor tersebut masuk wilayah Jateng sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi khususnya menjelang bulan Ramadhan.
"Saya sih tidak pernah keberatan umpama bawang putih (impor), kita kan produksi bawang putihnya kurang. Kalau memang harus impor, ya impor saja, enggak apa-apa, tapi saran saya harus terbuka saja," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Ganjar mengatakan hal itu kepada wartawan usai menghadiri peringatan Hari Buruh Internasional di halaman Kantor Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (Dinnakerkop-UKM) Kabupaten Banyumas.
Akan tetapi, dia mengaku keberatan jika impor tersebut dilakukan terhadap produk-produk pertanian yang hingga saat ini masih mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.
"Produk-produk pertanian yang memang hari ini kita mampu menyuplai dan cukup, ya jangan impor. Persebarannya mesti kita dorong," tegas Ganjar yang selalu menolak beras impor masuk wilayah Jateng.
Selain itu, kata dia, sistem transportasi untuk mengantar pasokan komoditas pertanian harus terpantau dan pihaknya sedang mencoba untuk melakukan pemantauan tersebut.
Terkait dengan datangnya bulan Ramadan, dia mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah maupun TPID kabupaten/kota se-Jateng berjalan terus untuk mengendalikan inflasi
"Kita monitor tiap hari dengan aplikasi 'Si Hati' kita. Memang beberapa yang kurang, harus kita pasok," katanya.
Ia mengatakan operasi-operasi pasar menjadi cara yang paling baik untuk pengendalian kebutuhan, memantau keberadaan pasokan, termasuk mengendalikan inflasinya.
"Nah, yang berikutnya, menjelang Ramadan kita sudah mulai menyiapkan mudik (gratis). Sekarang kita siapkan lebih awal lagi agar tidak ada kemacetan dan kemudian masyarakat bisa dilayani dengan baik," katanya.
Ganjar mengatakan bagi pihak-pihak yang ingin menyumbang atau terlibat dalam penyelenggaraan mudik gratis, saat sekarang akan dikoordinasikan.
"Mudah-mudahan ini jadi harapan yang baik untuk masyarakat dan aman untuk mereka di jalan," katanya.
"Saya sih tidak pernah keberatan umpama bawang putih (impor), kita kan produksi bawang putihnya kurang. Kalau memang harus impor, ya impor saja, enggak apa-apa, tapi saran saya harus terbuka saja," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Ganjar mengatakan hal itu kepada wartawan usai menghadiri peringatan Hari Buruh Internasional di halaman Kantor Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (Dinnakerkop-UKM) Kabupaten Banyumas.
Akan tetapi, dia mengaku keberatan jika impor tersebut dilakukan terhadap produk-produk pertanian yang hingga saat ini masih mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.
"Produk-produk pertanian yang memang hari ini kita mampu menyuplai dan cukup, ya jangan impor. Persebarannya mesti kita dorong," tegas Ganjar yang selalu menolak beras impor masuk wilayah Jateng.
Selain itu, kata dia, sistem transportasi untuk mengantar pasokan komoditas pertanian harus terpantau dan pihaknya sedang mencoba untuk melakukan pemantauan tersebut.
Terkait dengan datangnya bulan Ramadan, dia mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah maupun TPID kabupaten/kota se-Jateng berjalan terus untuk mengendalikan inflasi
"Kita monitor tiap hari dengan aplikasi 'Si Hati' kita. Memang beberapa yang kurang, harus kita pasok," katanya.
Ia mengatakan operasi-operasi pasar menjadi cara yang paling baik untuk pengendalian kebutuhan, memantau keberadaan pasokan, termasuk mengendalikan inflasinya.
"Nah, yang berikutnya, menjelang Ramadan kita sudah mulai menyiapkan mudik (gratis). Sekarang kita siapkan lebih awal lagi agar tidak ada kemacetan dan kemudian masyarakat bisa dilayani dengan baik," katanya.
Ganjar mengatakan bagi pihak-pihak yang ingin menyumbang atau terlibat dalam penyelenggaraan mudik gratis, saat sekarang akan dikoordinasikan.
"Mudah-mudahan ini jadi harapan yang baik untuk masyarakat dan aman untuk mereka di jalan," katanya.