Semarang (ANTARA) - Pakar keamanan siber Doktor Pratama Persadha memandang perlu kesadaran keamanan siber warganet dan pelaku bisnis internet terkait dengan banyaknya peretasan kata sandi (password) pada medsos dan marketplace.
Pratama yang juga Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (Communication and Information System Security Research Center/CISSReC) kepada ANTARA di Semarang, Selasa petang, mengungkapkan bahwa peretasan password pada medsos dan marketplace sudah lama terjadi.
"Namun, memang sulit mengukur seberapa banyak korbannya karena sering korban pun tidak mengetahui bahwa akunnya diretas," kata Pratama ketika menanggapi isu 13 juta pengguna Bukalapak dibobol.
Dari situs the hacker news, lanjut Pratama, diketahui bahwa Gnosticaplayers mengaku meretas 890 juta akun dari 32 situs beberapa waktu lalu. Sebanyak 13 juta akun di antaranya dari Bukalapak. Hal ini tentu sangat berbahaya, apalagi data yang dijual salah satunya adalah password.
Pihak Bukalapak sendiri mengakui bahwa ada upaya peretasan terhadap situsnnya. Akan tetapi, itu terjadi beberapa tahun lalu. Bukalapak mengklaim bahwa tidak ada data penting, seperti user password, finansial, atau informasi pribadi lainnya yang berhasil didapatkan.
Terlepas dari itu, kata Pratama, untuk antisipasi hal buruk yang tidak diinginkan oleh pengguna Bukalapak saat ini adalah mengganti seluruh password akun medsos, marketplace email, dan platform lain di internet. Pasalnya, sering penggunaan password yang sama membuat para peretas dengan mudah mengambil akun medsos dan platform lainnya.
Jika password benar, termasuk data yang dijual, menurut Pratama, akan sangat berbahaya karena sebuah akun medsos maupun marketplace bisa diganti email, alamat, bahkan bisa mengorder sendiri.
Oleh karena itu, Pratama yang juga dosen Etnografi Dunia Maya pada Program Studi S-2 Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, merekomendasikan penggantian password pada semua akun marketpalce, media sosial, dan platform lain di internet.
Menurut dia, sebenarnya paling baik ada setiap platform internet mempunyai password yang berbeda. Untuk mengakali banyaknya password, bisa digunakan password manager agar mudah mengelola password.
Pratama mencontohkan riset Pricewaterhousecoopers (PWC) Indonesia pada tahun 2018. Hasil riset menunjukkan bahwa kerugian dari sektor perbankan akibat ancaman siber mencapai ratusan juta dolar AS, hanya di Indonesia.
"Kelalaian pada faktor sederhana, seperti password, sangat mengancam, apalagi yang diretas adalah pejabat maupun infrastruktur penting di Tanah Air," kata pria kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Oleh karena itu, Pratama memandang perlu kolaborasi serius dari semua pihak, seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kominfo, provider, dan kampus.
Pratama yang juga Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (Communication and Information System Security Research Center/CISSReC) kepada ANTARA di Semarang, Selasa petang, mengungkapkan bahwa peretasan password pada medsos dan marketplace sudah lama terjadi.
"Namun, memang sulit mengukur seberapa banyak korbannya karena sering korban pun tidak mengetahui bahwa akunnya diretas," kata Pratama ketika menanggapi isu 13 juta pengguna Bukalapak dibobol.
Dari situs the hacker news, lanjut Pratama, diketahui bahwa Gnosticaplayers mengaku meretas 890 juta akun dari 32 situs beberapa waktu lalu. Sebanyak 13 juta akun di antaranya dari Bukalapak. Hal ini tentu sangat berbahaya, apalagi data yang dijual salah satunya adalah password.
Pihak Bukalapak sendiri mengakui bahwa ada upaya peretasan terhadap situsnnya. Akan tetapi, itu terjadi beberapa tahun lalu. Bukalapak mengklaim bahwa tidak ada data penting, seperti user password, finansial, atau informasi pribadi lainnya yang berhasil didapatkan.
Terlepas dari itu, kata Pratama, untuk antisipasi hal buruk yang tidak diinginkan oleh pengguna Bukalapak saat ini adalah mengganti seluruh password akun medsos, marketplace email, dan platform lain di internet. Pasalnya, sering penggunaan password yang sama membuat para peretas dengan mudah mengambil akun medsos dan platform lainnya.
Jika password benar, termasuk data yang dijual, menurut Pratama, akan sangat berbahaya karena sebuah akun medsos maupun marketplace bisa diganti email, alamat, bahkan bisa mengorder sendiri.
Oleh karena itu, Pratama yang juga dosen Etnografi Dunia Maya pada Program Studi S-2 Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, merekomendasikan penggantian password pada semua akun marketpalce, media sosial, dan platform lain di internet.
Menurut dia, sebenarnya paling baik ada setiap platform internet mempunyai password yang berbeda. Untuk mengakali banyaknya password, bisa digunakan password manager agar mudah mengelola password.
Pratama mencontohkan riset Pricewaterhousecoopers (PWC) Indonesia pada tahun 2018. Hasil riset menunjukkan bahwa kerugian dari sektor perbankan akibat ancaman siber mencapai ratusan juta dolar AS, hanya di Indonesia.
"Kelalaian pada faktor sederhana, seperti password, sangat mengancam, apalagi yang diretas adalah pejabat maupun infrastruktur penting di Tanah Air," kata pria kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Oleh karena itu, Pratama memandang perlu kolaborasi serius dari semua pihak, seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Kominfo, provider, dan kampus.