Jakarta (ANTARA) - Pedagang di sentra penjualan mobil bekas WTC Mangga Dua, Jakarta Utara, mengingatkan konsumennya untuk mewaspadai praktik rekayasa odometer atau angka kilometer yang menjadi salah satu pertimbangan konsumen dalam membeli mobil.
Marketing Anov Auto Car, Redy M Rifai (26) mengungkap sejumlah trik oknum pedagang yang merekayasa catatan kilometer kendaraan bekas agar catatan jarak tempuh mobil terlihat lebih sedikit, demi memikat konsumen yang kurang teliti.
"Modusnya mengubah angka kilometer di dashboard kendaraan untuk disesuaikan dengan catatan akhir buku record kendaraan dari terakhir kali pemiliknya keluar dari bengkel resmi," katanya di Jakarta, Kamis.
Contohnya, saat angka riil kilometer perjalanan mobil mencapai 100ribu lebih, pelaku bisa mencurangi dengan menggeser angka ke kilometer terendah sesuai catatan buku servis.
Hal itu bisa digarap pelaku kejahatan dengan mencukil segel kilometer yang tertanam di bagian belakang stir kendaraan untuk memundurkan angka odometer sesuai catatan bengkel resmi.
"Biasanya dilebihkan sedikit dari catatan buku bengkel resmi, berkisar 5-10 kilometer," katanya.
Belakangan modusnya kian canggih, seiring teknologi mobil dengan tampilan odometer yang digital.
Ada juga pelaku yang menawarkan untuk mengurangi catatan kilometer pada odometer. Harga yang dipatok untuk odometer digital pun beragam, mulai Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta tergantung besaran angka yang akan ditampilkan.
Ada pula pelaku yang mematok harga per angka kendaraan odometer konvensional seharga Rp75 ribu hingga Rp100 ribu per sekali putaran angka.
Praktik seperti ini bisa dinyatakan sebagai tindak kriminal karena berpotensi membahayakan konsumen saat tengah berkendara. Tindak kejahatan itu sebenarnya bisa dijerat dengan Undang-Undang Konsemen ataupun dengan KUHP pasal penipuan.
Ratusan pedagang mobil bekas pada sentra terbesar se-Asia Tenggara itu telah bersepakat untuk menghindari kecurangan tersebut.
"Sanksinya jelas, pedagang curang akan didepak keluar dari WTC Mangga Dua karena sudah mencoreng nama baik sentra ini," kata Redy.
Konsumen sebenarnya dapat mendeteksi secara dini praktik tersebut dengan bersikap lebih peka pada kondisi fisik kendaraan, termasuk mesin.
"Cek dulu kondisi mesin, bannya apakah sudah gundul atau belum, apakah ada goresan pada odometer atau tidak dan lihat tahun rakitan mobil, apakah sesuai dengan kilometernya atau tidak," katanya.
Walau bukan modus baru, memundurkan odometer nyatanya masih marak terjadi di Jakarta dan sejumlah kota besar lainnya. Kondisi itu terjadi di tengah persaingan penjualan mobil bekas konvesional dengan online.
"Seingat saya, sejak kemunculan pasar mobil bekas online, dagangan kami semakin turun. Karena konsumen memilih bertransaksi langsung dengan pemilik kendaraan via online," ujarnya.
Baca juga: Cara menggunakan "head unit" Android agar awet
Baca juga: Tips pasang perangkat audio
Baca juga: Bagaimana cara identifikasi mobil bekas terendam banjir?
Baca juga: Tips membeli mobil bekas bagi pemula
Marketing Anov Auto Car, Redy M Rifai (26) mengungkap sejumlah trik oknum pedagang yang merekayasa catatan kilometer kendaraan bekas agar catatan jarak tempuh mobil terlihat lebih sedikit, demi memikat konsumen yang kurang teliti.
"Modusnya mengubah angka kilometer di dashboard kendaraan untuk disesuaikan dengan catatan akhir buku record kendaraan dari terakhir kali pemiliknya keluar dari bengkel resmi," katanya di Jakarta, Kamis.
Contohnya, saat angka riil kilometer perjalanan mobil mencapai 100ribu lebih, pelaku bisa mencurangi dengan menggeser angka ke kilometer terendah sesuai catatan buku servis.
Hal itu bisa digarap pelaku kejahatan dengan mencukil segel kilometer yang tertanam di bagian belakang stir kendaraan untuk memundurkan angka odometer sesuai catatan bengkel resmi.
"Biasanya dilebihkan sedikit dari catatan buku bengkel resmi, berkisar 5-10 kilometer," katanya.
Belakangan modusnya kian canggih, seiring teknologi mobil dengan tampilan odometer yang digital.
Ada juga pelaku yang menawarkan untuk mengurangi catatan kilometer pada odometer. Harga yang dipatok untuk odometer digital pun beragam, mulai Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta tergantung besaran angka yang akan ditampilkan.
Ada pula pelaku yang mematok harga per angka kendaraan odometer konvensional seharga Rp75 ribu hingga Rp100 ribu per sekali putaran angka.
Praktik seperti ini bisa dinyatakan sebagai tindak kriminal karena berpotensi membahayakan konsumen saat tengah berkendara. Tindak kejahatan itu sebenarnya bisa dijerat dengan Undang-Undang Konsemen ataupun dengan KUHP pasal penipuan.
Ratusan pedagang mobil bekas pada sentra terbesar se-Asia Tenggara itu telah bersepakat untuk menghindari kecurangan tersebut.
"Sanksinya jelas, pedagang curang akan didepak keluar dari WTC Mangga Dua karena sudah mencoreng nama baik sentra ini," kata Redy.
Konsumen sebenarnya dapat mendeteksi secara dini praktik tersebut dengan bersikap lebih peka pada kondisi fisik kendaraan, termasuk mesin.
"Cek dulu kondisi mesin, bannya apakah sudah gundul atau belum, apakah ada goresan pada odometer atau tidak dan lihat tahun rakitan mobil, apakah sesuai dengan kilometernya atau tidak," katanya.
Walau bukan modus baru, memundurkan odometer nyatanya masih marak terjadi di Jakarta dan sejumlah kota besar lainnya. Kondisi itu terjadi di tengah persaingan penjualan mobil bekas konvesional dengan online.
"Seingat saya, sejak kemunculan pasar mobil bekas online, dagangan kami semakin turun. Karena konsumen memilih bertransaksi langsung dengan pemilik kendaraan via online," ujarnya.
Baca juga: Cara menggunakan "head unit" Android agar awet
Baca juga: Tips pasang perangkat audio
Baca juga: Bagaimana cara identifikasi mobil bekas terendam banjir?
Baca juga: Tips membeli mobil bekas bagi pemula