Semarang (ANTARA) - Pakar keamanan siber Doktor Pratama Persadha memandang perlu ada dorongan dari pemerintah untuk melahirkan aplikasi media sosial, aplikasi chat, dan surat elektronik (email) lokal buatan anak bangsa yang benar-benar layak pakai.
"Terbukti Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia berhasil menjadi pemain penting di dalam negeri," kata Pratama yang juga Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (Communication and Information System Security Research Center/CISSReC) kepada ANTARA di Semarang, Jumat pagi.
Ia mengemukakan hal itu terkait dengan pengguna Facebook dan Instagram di Tanah Air yang mengalami permasalahan dalam pengiriman konten ke platform. Begitu pula, WhatsApp yang juga mengalami permasalahan yang sama.
"Jika kita perhatikan di Twitter, tagar #instagramdown masih menduduki 'trending topic'. Hal ini tentu karena banyak yang mengeluhkan gangguan yang dialami. Tidak jarang beberapa di antaranya membuat meme dan lelucon terkait dengan kejadian ini," katanya.
Menurut laman Downdetector beberapa problem yang dialami oleh pengguna Instagram, kata Pratama, adalah masalah news feed (39 persen), log in (35 persen), dan masalah website (24 persen). Adapun masalah yang dialami pengguna Facebook adalah log in (34 persen), news feed (33 persen), dan total blackout (31 persen).
Facebook melalui akun Twitter resminya mengungkapkan bahwa kelumpuhan yang terjadi pada situsnya bukan disebabkan oleh serangan peretas (hacker) atau DDoS (Distributed Denial of Service), melainkan karena pihaknya sedang mengalami gangguan internal.
Pratama yang juga dosen Etnografi Dunia Maya pada Program Studi S-2 Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu, mengatakan bahwa Facebook dan Instagram sudah mengetahui masalah tersebut dan mengatakan sedang memperbaiki segera problem tumbangnya layanan mereka.
Menurut dia, sebenarnya kejadian seperti ini bukanlah hal yang pertama kali dialami oleh Facebook. Pada 2008, Facebook juga mengalami permasalahan serupa. Namun, penyebab permasalahan tersebut belum diketahui hingga saat ini.
Pada 2010, platform mengalami pemadaman selama 2,5 jam. Pada 2015, perubahan pada konfigurasi platform juga menyebabkan pemadaman Facebook dan Instagram selama 50 menit. Selain itu, pada November 2018 pengguna Facebook di berbagai belahan dunia juga mengeluhkan tidak bisa mengakses Facebook seperti biasanya.
Selain Facebook, lanjut Pratama, sehari sebelumnya pengguna layanan Gmail dan Google Drive di beberapa negara juga sempat tidak bisa mengakses layanan tersebut. Masalah itu tak terkecuali juga terjadi di Indonesia.
Masalah yang paling banyak dialami oleh para pengguna Gmail adalah kesulitan melampirkan (attach) atau mengakses file. Selain itu, pengguna juga tidak dapat mengakses dan menyimpan surat elektronik (surel) draf, termasuk mengirim surel.
Masalah yang paling banyak dialami pengguna Google Drive adalah kesulitan mengunggah ataupun mengunduh file. Google mengonfirmasi bahwa kini pihaknya tengah melakukan investigasi dan belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait dengan permasalahan tersebut.
"Terbukti Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia berhasil menjadi pemain penting di dalam negeri," kata Pratama yang juga Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (Communication and Information System Security Research Center/CISSReC) kepada ANTARA di Semarang, Jumat pagi.
Ia mengemukakan hal itu terkait dengan pengguna Facebook dan Instagram di Tanah Air yang mengalami permasalahan dalam pengiriman konten ke platform. Begitu pula, WhatsApp yang juga mengalami permasalahan yang sama.
"Jika kita perhatikan di Twitter, tagar #instagramdown masih menduduki 'trending topic'. Hal ini tentu karena banyak yang mengeluhkan gangguan yang dialami. Tidak jarang beberapa di antaranya membuat meme dan lelucon terkait dengan kejadian ini," katanya.
Menurut laman Downdetector beberapa problem yang dialami oleh pengguna Instagram, kata Pratama, adalah masalah news feed (39 persen), log in (35 persen), dan masalah website (24 persen). Adapun masalah yang dialami pengguna Facebook adalah log in (34 persen), news feed (33 persen), dan total blackout (31 persen).
Facebook melalui akun Twitter resminya mengungkapkan bahwa kelumpuhan yang terjadi pada situsnya bukan disebabkan oleh serangan peretas (hacker) atau DDoS (Distributed Denial of Service), melainkan karena pihaknya sedang mengalami gangguan internal.
Pratama yang juga dosen Etnografi Dunia Maya pada Program Studi S-2 Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu, mengatakan bahwa Facebook dan Instagram sudah mengetahui masalah tersebut dan mengatakan sedang memperbaiki segera problem tumbangnya layanan mereka.
Menurut dia, sebenarnya kejadian seperti ini bukanlah hal yang pertama kali dialami oleh Facebook. Pada 2008, Facebook juga mengalami permasalahan serupa. Namun, penyebab permasalahan tersebut belum diketahui hingga saat ini.
Pada 2010, platform mengalami pemadaman selama 2,5 jam. Pada 2015, perubahan pada konfigurasi platform juga menyebabkan pemadaman Facebook dan Instagram selama 50 menit. Selain itu, pada November 2018 pengguna Facebook di berbagai belahan dunia juga mengeluhkan tidak bisa mengakses Facebook seperti biasanya.
Selain Facebook, lanjut Pratama, sehari sebelumnya pengguna layanan Gmail dan Google Drive di beberapa negara juga sempat tidak bisa mengakses layanan tersebut. Masalah itu tak terkecuali juga terjadi di Indonesia.
Masalah yang paling banyak dialami oleh para pengguna Gmail adalah kesulitan melampirkan (attach) atau mengakses file. Selain itu, pengguna juga tidak dapat mengakses dan menyimpan surat elektronik (surel) draf, termasuk mengirim surel.
Masalah yang paling banyak dialami pengguna Google Drive adalah kesulitan mengunggah ataupun mengunduh file. Google mengonfirmasi bahwa kini pihaknya tengah melakukan investigasi dan belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait dengan permasalahan tersebut.