Solo (ANTARA) - Penurunan harga sejumlah komoditas pokok memicu deflasi Surakarta pada bulan Februari 2019 sebesar 0,11 persen.

"Kondisi ini berbeda dengan bulan Januari 2019 yang mengalami inflasi sebesar 0,39 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta R Bagus Rahmat Susanto di Solo, Jumat.

Ia mengatakan salah satu yang memicu deflasi kali ini penurunan indeks harga, yaitu kelompok bahan makanan turun 0,48 persen, sandang 0,01 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun 0,96 persen.

"Sedangkan dari sisi komoditas yang mengalami penurunan harga atau tarif di antaranya tarif angkutan udara turun 15 persen, telur ayam ras turun 10 persen, cabai rawit turun 21 persen, dan daging ayam ras turun 3 persen," katanya.

Terkait dengan tarif angkutan udara, dikatakannya, kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga bensin dan solar memberikan pengaruh yang cukup tinggi terhadap indeks harga konsumen (IHK) sehingga mengalami deflasi.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Analisa Harga Perum Bulog Subdivre III Surakarta Doni Kuswardono mengatakan sejauh ini stok beras dalam kondisi aman.

"Harga juga masih di bawah harga eceran tertinggi (HET), yaitu Rp12.500/kg," katanya.

Sementara itu, realisasi laju inflasi tersebut tidak sama dengan prediksi Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu. 

Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta sekaligus Wakil Ketua TPID Surakarta Bandoe Widiarto sebelumnya memprediksi pada bulan Februari tetap terjadi inflasi namun rendah.

"Kalau deflasi sepertinya tidak mungkin karena tarif angkutan udara. Kemarin kami juga melihat ada komitmen pemerintah terkait avtur. Kalau permasalahan tarif ini bisa selesai maka inflasi bisa melandai," katanya.
 

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024