Purwokerto (ANTARA) - Peningkatan literasi media dapat menjadi salah satu upaya mencegah penyebaran berita bohong atau hoaks dan ujaran kebencian, kata akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Edi Santoso.

"Tingkat literasi media yang rendah akan membuat masyarakat mudah percaya dengan apa yang mereka lihat atau apa yang mereka dengar," katanya di Purwokerto, Banyumas, Kamis.

Edi yang juga dosen Magister Ilmu Komunikasi Unsoed tersebut, mengatakan perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat guna peningkatan literasi media.

"Tujuannya untuk meningkatkan daya kritis masyarakat sehingga mereka tidak akan mudah percaya dengan suatu informasi yang belum jelas sumbernya dan juga belum jelas kebenarannya," katanya.

Dia menjelaskan makin dekat dengan pelaksanaan pemilu, kontestasi politik makin keras, sehingga dikhawatirkan kampanye negatif atau bahkan kampanye hitam akan bermunculan.

"Yang dikhawatirkan adalah makin menguatnya isu identitas. Politik identitas dapat menjadi cermin rendahnya level demokrasi kita. Karena orang dinilai bukan dari kapasitasnya, tetapi identitasnya. Di sinilah, ujaran kebencian makin menemukan bentuknya," katanya.

Dia menjelaskan saat ini internet menjadikan ujaran kebencian makin meluas dan menggejala.

"Ada beberapa alasan. Pertama, internet memfasilitasi anonimitas. Orang bisa menyembunyikan identitasnya secara mudah di internet. Dengan identitas palsu, orang akan merasa aman dan nyaman untuk menyebarkan informasi apapun, termasuk juga ujaran kebencian," katanya.

Kedua, teknologi internet memudahkan penyebaran informasi secara simultan dan menyebar dengan mudah dan cepat ke segala penjuru dunia.

"Misalkan saja pada saat ini berbagai gosip cepat menyebar dan menjadi 'trending topic'," katanya.

Gejala tersebut kata dia, dikhawatirkan akan membawa dampak yang lebih serius pada masyarakat dengan tingkat literasi medianya rendah.

"Karena itu penting untuk mengoptimalkan edukasi kepada masyarakat dalam meningkatkan literasi media," katanya.


Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024