Purwokerto (Antaranews Jateng) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Edi Santoso mengatakan perusahaan rintisan (startup) yang sudah memiliki valuasi nilai hingga satu miliar dolar AS atau dikenal dengan istilah unicorn berpeluang membawa sumber daya lokal ke pentas global.

"Membahas unicorn tidak hanya soal uang besar, tetapi juga peluang membawa sumber daya lokal ke pentas global," kata Edi yang merupakan disen Ilmu Komunikasi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed di Purwokerto, Kamis.

Kehadiran unicorn, kata dia, setidaknya memberikan motivasi bagi generasi milenial, bahwa ada peluang besar di balik gegap gempita dunia digital.

"Dari para unicorn itu, mereka bisa belajar bahwa kreativitas dan kegigihan adalah kunci kesuksesan, dan jika melihat kondisi ini maka semakin banyak unicorn bisa berdampak positif," katanya.

Dia menambahkan, kehadiran unicorn juga memberikan danpak signifikan bagi sektor riil.

"Kita bisa lihat juga, bagaimana gojek membuka kesempatan banyak lapangan kerja, Bukalapak dan Tokopedia menyediakan marketplace bagi banyak UMKM. Tentu itu semua menjelaskan bagaimana sektor riil terdampak signifikan dari hadirnya unicorn," katanya.

Sementara itu, dia menambahkan, masuknya pemodal asing, tentu tidak bisa dihindari pada era global saat ini. 

"Alur modal tak bisa dibatasi teritori negara. Di mana ada peluang, di situ modal mengalir namun memang butuh kajian lebih mendalam tentang dampak alur modal asing," katanya.

Sementara itu, dari tujuh "unicorn" yang berada di kawasan Asia Tenggara, empat berasal di Indonesia yaitu GoJek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak.

"Unicorn" bukan satu-satunya istilah untuk menunjukkan golongan sebuah perusahaan rintisan, karena kini juga dikenal "decacorn" dan "hectocorn".

"Decacorn" digunakan untuk menyebut perusahaan rintisan yang memiliki nilai valuasi 10 miliar dolar AS, sementara "hectocorn" sebesar 100 miliar dolar AS.


Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024