Purworejo (Antaranews Jateng) - Intensitas hujan pada Februari 2019 secara umum sudah mulai turun dibandingkan dengan Januari, kata Kepala Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah II Joko Siswanto.
"Pada puncak musim hujan di bulan Desember 2018 dan Januari 2019, curah hujan satu bulan di atas 200 mm dan pada bulan Februari 2019 ini curah hujan sekitar 150 hingga 200 mm," katanya di Purworejo, Senin, usai membuka Sekolah Lapang Iklim (SLI)-Sosialisasi Agroklimat bagi puluhan petani di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo.
Ia menuturkan prakiraan musim hujan untuk wilayah Jateng bagian utara sekitar Juni 2019 dan untuk Jateng bagian selatan Mei 2019.
Saat ini, angin masih dominan angin barat yang berpotensi untuk hujan, tipe hujan lebat tetapi tidak sesering Desember 2018 dan Januari 2019.
"Angin barat itu angin musim yang bertiup dari barat sifatnya basah, jadi dia berpotensi memudahkan munculnya awan-awan konvektif yang bisa menurunkan hujan. Kami membuat prakiraan cuaca itu tiga hari ke depan, tetapi setiap hari selalu di 'update', kalau iklim sudah bisa sampai enam bulan ke depan," katanya.
Di wilayah II, masih ada daerah yang intensitas hujannya tinggi, yaitu Sumatera.
"Di Sumatera itu datangnya hujan lebih dulu dan perginya belakangan karena masa udara basah itu banyak dari barat, termasuk angin baratan itu yang menyebabkan profil-profil cuaca dan hujan itu muncul di sana," katanya.
Di Sumatera, hujan masih relatif lumayan, angin barat ini datang dari barat, kecepatan tinggi, bisa memicu gelombang lebih tinggi dari normal.
"Curah hujan masih tinggi seperti di Bengkulu dan Jambi, walaupun intensitasnya tidak setinggi kemarin. Sumatera relatif masih tinggi, tetapi secara umum sudah turun," katanya.
Koordinator BMKG Jawa Tengah Tuban Wiyoso mengatakan untuk Jawa Teng curah hujan tinggi, terutama di wilayah pegunungan, mulai Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, hingga Brebes.
"Bagian hulu semua mulai dari Wonosobo, termasuk Purworejo masih tinggi, intensitasnya masih bisa 300 mm per bulan hingga bulan Maret 2018," katanya.
Mulai April-Mei 2019 secara berangsur-angsur berakhir musim hujan tetapi tidak seragam.
"Pada puncak musim hujan di bulan Desember 2018 dan Januari 2019, curah hujan satu bulan di atas 200 mm dan pada bulan Februari 2019 ini curah hujan sekitar 150 hingga 200 mm," katanya di Purworejo, Senin, usai membuka Sekolah Lapang Iklim (SLI)-Sosialisasi Agroklimat bagi puluhan petani di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo.
Ia menuturkan prakiraan musim hujan untuk wilayah Jateng bagian utara sekitar Juni 2019 dan untuk Jateng bagian selatan Mei 2019.
Saat ini, angin masih dominan angin barat yang berpotensi untuk hujan, tipe hujan lebat tetapi tidak sesering Desember 2018 dan Januari 2019.
"Angin barat itu angin musim yang bertiup dari barat sifatnya basah, jadi dia berpotensi memudahkan munculnya awan-awan konvektif yang bisa menurunkan hujan. Kami membuat prakiraan cuaca itu tiga hari ke depan, tetapi setiap hari selalu di 'update', kalau iklim sudah bisa sampai enam bulan ke depan," katanya.
Di wilayah II, masih ada daerah yang intensitas hujannya tinggi, yaitu Sumatera.
"Di Sumatera itu datangnya hujan lebih dulu dan perginya belakangan karena masa udara basah itu banyak dari barat, termasuk angin baratan itu yang menyebabkan profil-profil cuaca dan hujan itu muncul di sana," katanya.
Di Sumatera, hujan masih relatif lumayan, angin barat ini datang dari barat, kecepatan tinggi, bisa memicu gelombang lebih tinggi dari normal.
"Curah hujan masih tinggi seperti di Bengkulu dan Jambi, walaupun intensitasnya tidak setinggi kemarin. Sumatera relatif masih tinggi, tetapi secara umum sudah turun," katanya.
Koordinator BMKG Jawa Tengah Tuban Wiyoso mengatakan untuk Jawa Teng curah hujan tinggi, terutama di wilayah pegunungan, mulai Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, hingga Brebes.
"Bagian hulu semua mulai dari Wonosobo, termasuk Purworejo masih tinggi, intensitasnya masih bisa 300 mm per bulan hingga bulan Maret 2018," katanya.
Mulai April-Mei 2019 secara berangsur-angsur berakhir musim hujan tetapi tidak seragam.