Semarang (Antaranews Jateng) - Para santri di Provinsi Jawa Tengah didorong untuk bersikap kritis dan tetap memegang teguh akidah dalam menghadapi berbagai permasalahan sesuai dengan perkembangan zaman.

"Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi seperti sekarang, santri harus berpikir kritis melihat dunia luar, mampu menyaring berbagai informasi dan ilmu agama, serta tidak gagap teknologi. Terlebih pada era serba digital, santri milenial dituntut kreatif dalam menggali ilmu secara luas dan mendalam dengan tetap memegang kuat akidah," kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen di Semarang, Kamis.

Menurut Wagub yang akrab disapa Gus Yasin ini, fenomena santri sekarang tidak terlepas dari dinamika kehidupan, perkembangan zaman, dan kecepatan informasi dari berbagai media berbasis teknologi mutahir.

"Santri yang dulu identik dengan belajar dan tinggal di pesantren atau mondok, kini tidak sedikit santri yang menggali ilmu melalui media digital, 'browsing' internet dengan kajian dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan," ujarnya.

Gus Yasin menyebutkan tidak ada yang mampu membendung apalagi menghindari kemajuan teknologi dan kecepatan informasi di era digitalisasi.

"Karenanya pada masa sekarang, santri milenial tidak hanya belajar dan berdakwah di lingkungan pesantren atau sekolah, tetapi bisa juga secara virtual, melalui teknologi 'streaming' atau konten yang disiarkan langsung melalui media internet," kata politikus Partai Persatuan Pembangunan itu.

Sisi positif era milenial, lanjut Gus Yasin, santri milenial lebih mudah menyebarkan informasi atau berbagi ilmu agama kepada masyarakat luas, dimanapun dan kapanpun tanpa harus bertatap muka langsung dengan audiens.

"Sedangkan sisi negatif, santri yang belum melek teknologi belum dapat mendalami ilmu yang disampaikan sehingga tidak sedikit santri yang belum paham ilmu agama secara mendalam atau hanya tahu permukaan tanpa belajar lebih lanjut hingga kerap keliru memahaminya," ujarnya.

Gus Yasin mengungkapkan dirinya merencanakan program santri virtual untuk mereka yang ingin mendalami agama, tapi tidak memiliki ruang dan waktu, seperti para aparatur sipil negara, karyawan, swasta, dan lainnya.

"Dalam program tersebut, konten diajarkan secara 'online', ditentukan waktunya, kitab yang akan digunakan, selanjutnya ditentukan pula kapan akan dilakukan ujian secara langsung atau tatap muka, namun ajaran ayo mondok tetap harus didukung," katanya.

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Immanuel Citra Senjaya
Copyright © ANTARA 2024