Jakarta (Antaranews Jateng) – Menurut Kepala Divisi Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc, Ibu berperan penting dalam menentukan panganan aman dan sehat bagi anak yang dimulai sejak anak dalam kandungan.
“Ibu adalah first educator yang utama dan pertama bagi anak-anak. Sehingga, kontak pertama anak terhadap kebutuhan zat gizi dimulai sejak dirinya berada dalam kandungan ibu, termasuk transmisi sosial dan emosinya. Apa yang dikonsumsi ibu akan dikonsumsi pula oleh anak,” ungkap Dr. Dwi dalam acara “Menu Aman Pilihan Ibu, Inspirasi Hidup Sehat Keluarga” di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Tiga tahap menjaga keamanan pangan dari kontaminasi bakteri
Ia mengatakan bahwa anak akan melihat pola, kebiasaan, serta tata cara makan ibu dan akan mencontohnya.
“Sehingga, makanan yang disajikan setiap hari itu sebaiknya beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Jadi, jangan mengikuti kemauan anak saja,” ujar Dr. Dwi.
Kendati demikian, sambungnya, orang tua tidak boleh menerapkan memaksa anak seolah-olah dirinya memiliki otoritas.
Sebaiknya, biarkan anak memiliki idenya sendiri untuk membuat pilihan makanannya sendiri sesuai kebutuhannya.
"Ibu dapat memberikan penjelasan yang masuk akal mengenai pilihan makan anak. Misalnya, saat anak menolak makan ikan dengan alasan berbau amis. Katakan kepadanya bahwa ikan itu kaya akan protein dan omega 3. Selanjutnya, ibu mencari tahu bagaimana mengolah ikan tanpa bau amis," ujarnya. (Editor : Alviansyah Pasaribu).
“Ibu adalah first educator yang utama dan pertama bagi anak-anak. Sehingga, kontak pertama anak terhadap kebutuhan zat gizi dimulai sejak dirinya berada dalam kandungan ibu, termasuk transmisi sosial dan emosinya. Apa yang dikonsumsi ibu akan dikonsumsi pula oleh anak,” ungkap Dr. Dwi dalam acara “Menu Aman Pilihan Ibu, Inspirasi Hidup Sehat Keluarga” di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Tiga tahap menjaga keamanan pangan dari kontaminasi bakteri
Ia mengatakan bahwa anak akan melihat pola, kebiasaan, serta tata cara makan ibu dan akan mencontohnya.
“Sehingga, makanan yang disajikan setiap hari itu sebaiknya beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Jadi, jangan mengikuti kemauan anak saja,” ujar Dr. Dwi.
Kendati demikian, sambungnya, orang tua tidak boleh menerapkan memaksa anak seolah-olah dirinya memiliki otoritas.
Sebaiknya, biarkan anak memiliki idenya sendiri untuk membuat pilihan makanannya sendiri sesuai kebutuhannya.
"Ibu dapat memberikan penjelasan yang masuk akal mengenai pilihan makan anak. Misalnya, saat anak menolak makan ikan dengan alasan berbau amis. Katakan kepadanya bahwa ikan itu kaya akan protein dan omega 3. Selanjutnya, ibu mencari tahu bagaimana mengolah ikan tanpa bau amis," ujarnya. (Editor : Alviansyah Pasaribu).