Solo (Antaranews Jateng) - Kepolisian Resor Boyolali, Jawa Tengah, menemukan kasus penggunaan elpiji bersubsidi salah sasaran pada pelaksanaan program monitoring selama tiga minggu beberapa waktu lalu.

"Sebanyak 1.060 tabung elpiji bersubsidi disalahgunakan oleh para pengusaha rumah makan di Kabupaten Boyolali," kata Kasat Sabhara Polres Boyolali AKP Edi Sukamto di Rumah Makan Rasa Mirasa Solo, Selasa.

Ia mengatakan, Tim Monitoring Elpiji 3 kg yaitu Polres Boyolali berkoordinasi dengan Pertamina dan Pemda setempat menemukan penyalahgunaan elpiji 3 kg bersubsidi tersebut di 219 lokasi usaha rumah makan dan industri pengolahan makanan di Kabupaten Boyolali.

Pada kesempatan yang sama, Sales Eksekutif Elpiji Rayon V PT Pertamina (Persero) Adeka Sangtraga mengatakan dari 219 lokasi tersebut jika diestimasi setiap bulan menghabiskan lebih dari 70 MT atau setara dengan 23.000 tabung elpiji 3 kg.

"Dengan estimasi jumlah yang cukup besar tersebut sangat tidak layak jika para pengusaha rumah makan dan pabrik pengolahan makanan tersebut menggunakan elpiji subsidi yang diperuntukkan bagi warga miskin dan usaha mikro," katanya.

Meski demikian, dikatakannya, Pertamina memfasilitasi penukaran elpiji subsidi dengan brightgas 5,5 kg.

"Dengan begitu, diharapkan makin banyak konsumen yang beralih menggunakan elpiji nonsubsidi," katanya.

Sementara itu, Manajer Unit Komunikasi dan CSR PT Pertamina (Persero) MOR IV Andar Titi Lestari terus mengimbau kepada warga dari golongan mampu untuk menggunakan elpiji nonsubsidi, baik itu brightgas 5,5 kg, elpiji 12 kg, dan 50 kg.

"Tim monitoring ini menjadi salah satu upaya kami untuk mengurangi penyalahgunaan elpiji bersubsidi tersebut di kalangan masyarakat dan pelaku usaha," katanya.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024