Klaten (Antaranews Jateng) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise, berharap Srikandi Sungai Indonesia di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang luar biasa peduli lingkungan menjadi percontohan daerah atau kabupaten lainnya di Tanah Air.

"Kami berharap Srikandi Sungai Klaten ini, yang ramah lingkungan, perempuan dan anak, dapat dicontoh daerah atau kabupaten lain di Indonesia," kata Yohana Yembise usai acara pengukuhan Srikandi Sungai dan peresmian Taman Sungai Kali Tengah di Desa Kali Tengah, Kecamatan Wedi Klaten, Kamis petang.

Menurut Yohana Yembise, bencana alam banjir dan tanah longsor contoh dampak karena sungai-sungai yang tidak dijaga, sehingga datang bencana menjadi masalah bagi masyarakat.

Ibu-ibu sebagai Srikandi Sungai Indonesia untuk memperhatikan dengan menjaga sungai-sungai yang ada di wilayah ini. Mereka memberdayakan ibu-ibu yang biasanya sering membuat sampah dibuang sembarangan di sungai.

"Mereka harus sadar dan melindungi anak-anak mereka agar jangan sampai ada bencana yang bisa menjadi korban. Banyak hal yang bisa diperbuat membuat lingkungan menjadi ramah di sepanjang sungai harus bersih dan ramah terhadap anak," kata Yohana.

Selain itu, kata dia, sepanjang sungai jangan ada tempat-tempat yang dibangun seperti toilet, yang akhirnya adanya muncul kejahatan seksual. Hal ini, yang harus dihindari dengan menjadi lingkungan sungai yang ramah perempuan, dan anak.

Yohana mengatakan perempuan selain menjadi kelompok yang paling rentan terkena kekerasan dan eksploitasi, juga rentan terkena dampak perubahan iklim.

Hal ini, menjadi salah satu pemicu terjadinya bencana alam di Indonesia di daerah rawan bencana. Dan faktanya saat terjadi bencana alam, jumlah perempuan yang bertahan lebih sedikit dibanding laki-laki.

Bahkan, lanjut dia, belum lagi penanganan pasca bencana yang tidak responsif gender pastinya akan berdampak terhadap perempuan. Kaum perempuan merupakan bagian dari agen perubahan yang secara efektif dapat melakukan upaya mitigasi perubahan iklim.?

Oleh karena itu, Kemen PPPA melalui Deputi Bidang Kesetaraan Gender bekerja sama dengan Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada (UGM) yang merupakan sekretariat Srikandi Sungai Indonesia (SSI) Pusat.

SSI merupakan sebuah forum perempuan penggiat pengelolaan lingkungan yang dilakukan secara partisipatif, inovatif, dan berkelanjutan.

Pengelolaan lingkungan disinyalir dapat menjadi salah satu upaya antisipasi dampak perubahan iklim.

"Kondisi lingkungan yang buruk akan menyulitkan masyarakat bebas dari kemiskinan dan keterbatasan akses di berbagai bidang. Dalam kondisi itu, perempuan akan menjadi kelompok yang paling dominan menanggung dampaknya, salah satunya dalam keterbatasan akses perempuan pada air bersih dan sanitasi," katanya.

Apalagi perempuan saat ini, kata dia, masih memiliki keterbatasan terutama dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan rumah tangga serta keterlibatan mereka dalam proses penentuan kebijakan air dan sanitasi, baik di lingkungan masyarakat maupun tingkat nasional.

SSI memiliki posisi strategis guna memfasilitasi perempuan dalam isu-isu strategis terkait adaptasi perubahan iklim melalui pengelolaan lingkungan.

Bupati Klaten, Sri Mulyani mengatakan untuk mewujudkan lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman memerlukan gerakan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

Dalam upaya antisipasi terhadap dampak perubahan iklim, dibutuhkan peran dari para penggiat lingkungan.

Srikandi Sungai Indonesia menjadi hal yang sangat membanggakan, sebuah pembuktian kaum perempuan bahwa mereka dapat memberikan kontribusinya dalam pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan terutama daerah aliran sungai.

Sebab, selain sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim, pemeliharaan daerah aliran sungai juga dapat mendukung pembangunan perekonomian, pembentukan sumber daya manusia berkualitas, dan percepatan kesetaraan gender bidang lingkungan, kata Sri Mulyani.
 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024