Kudus (Antaranews Jateng) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Loekmono Hadi Kudus, Jawa Tengah meluncurkan aplikasi "Si Pena Hati" atau sistem pelayanan hemodialisa terintegrasi sebagai pengingat pasien gagal ginjal untuk rutin melakukan kontrol maupun minum obat, Sabtu.
Direktur RSUD Loekmono Hadi Kudus Abdul Azis Achyar di Kudus, Sabtu, mengatakan ide pembentukan aplikasi "Si Pena Hati" berasal dari Kasi Pelayanan Rawat Inap Desi Wijiowati dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pasien hemodialisa yang terintegrasi.
Semua pasien, kata dia, nantinya mendapatkan manfaatnya, mulai dari pemberitahuan kapan harus kontrol kembali, minum obat yang diberikan oleh dokter yang merawat, hingga kapan harus melakukan hemodialisa melalui layanan pesan singkat.
Dengan adanya aplikasi tersebut, dia berharap, secara medis pasien bisa tertangani secara baik sehingga bisa memperpanjang harapan hidup.
Ia mengungkapkan pasien gagal ginjal merupakan pasien yang sedang menjalani ujian penyakit sehingga membutuhkan perhatian banyak pihak. Mereka juga memiliki komunitas care, love and be healthy kidney (CLBK).
"Antarsesama penderita tentunya akan saling berinteraksi dan saling mendukung satu sama lain agar masing-masing penderita tetap termotivasi untuk menjalani kehidupan dengan baik," ujarnya.
Kasi Pelayanan Rawat Inap Desi Wijiowati menambahkan aplikasi "Si Pena Hati" juga memiliki fitur untuk mengingatkan penderita melakukan pertemuan dengan sesama penderita.
Selain itu, kata dia, ada pula fitur pengingat terhadap pasien untuk menghadiri kegiatan senam ginjal maupun motivasi kepada pasien untuk terus hidup sehat melalui layanan pesan singkat.
Asisten I Sekretaris Daerah Pemkab Kudus Ali Rifai yang hadir mewakili Bupati Kudus M. Tamzil, mengingatkan pasien agar peduli terhadap kesehatan tubuhnya, sehingga ketika ada keluhan ringan tetap harus diperhatikan.
Jumlah penyakit gagal ginjal di Kabupaten Kudus, kata dia, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Hal itu, lanjut dia, bisa dilihat dari jumlah pasien gagal ginjal rawat jalan dan angka kunjungan pasien ke unit hemodialisa.
"Demikian halnya pasien rawat inap dan kematian akibat penyakit gagal ginjal juga mengalami peningkatan," ujarnya.
Inovasi dari RSUD Kudus itu, kata dia, patut diapresiasi dalam rangka optimalisasi pelayanan kepada masyarakat di bidang kesehatan.
Direktur RSUD Loekmono Hadi Kudus Abdul Azis Achyar di Kudus, Sabtu, mengatakan ide pembentukan aplikasi "Si Pena Hati" berasal dari Kasi Pelayanan Rawat Inap Desi Wijiowati dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pasien hemodialisa yang terintegrasi.
Semua pasien, kata dia, nantinya mendapatkan manfaatnya, mulai dari pemberitahuan kapan harus kontrol kembali, minum obat yang diberikan oleh dokter yang merawat, hingga kapan harus melakukan hemodialisa melalui layanan pesan singkat.
Dengan adanya aplikasi tersebut, dia berharap, secara medis pasien bisa tertangani secara baik sehingga bisa memperpanjang harapan hidup.
Ia mengungkapkan pasien gagal ginjal merupakan pasien yang sedang menjalani ujian penyakit sehingga membutuhkan perhatian banyak pihak. Mereka juga memiliki komunitas care, love and be healthy kidney (CLBK).
"Antarsesama penderita tentunya akan saling berinteraksi dan saling mendukung satu sama lain agar masing-masing penderita tetap termotivasi untuk menjalani kehidupan dengan baik," ujarnya.
Kasi Pelayanan Rawat Inap Desi Wijiowati menambahkan aplikasi "Si Pena Hati" juga memiliki fitur untuk mengingatkan penderita melakukan pertemuan dengan sesama penderita.
Selain itu, kata dia, ada pula fitur pengingat terhadap pasien untuk menghadiri kegiatan senam ginjal maupun motivasi kepada pasien untuk terus hidup sehat melalui layanan pesan singkat.
Asisten I Sekretaris Daerah Pemkab Kudus Ali Rifai yang hadir mewakili Bupati Kudus M. Tamzil, mengingatkan pasien agar peduli terhadap kesehatan tubuhnya, sehingga ketika ada keluhan ringan tetap harus diperhatikan.
Jumlah penyakit gagal ginjal di Kabupaten Kudus, kata dia, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Hal itu, lanjut dia, bisa dilihat dari jumlah pasien gagal ginjal rawat jalan dan angka kunjungan pasien ke unit hemodialisa.
"Demikian halnya pasien rawat inap dan kematian akibat penyakit gagal ginjal juga mengalami peningkatan," ujarnya.
Inovasi dari RSUD Kudus itu, kata dia, patut diapresiasi dalam rangka optimalisasi pelayanan kepada masyarakat di bidang kesehatan.