Kudus (Antaranews Jateng) - Mantan atlet bulu tangkis Harijanto Arbi yang maju menjadi calon anggota legislatif mengaku ketika terpilih menjadi anggota DPR RI dirinya bertekad ingin memajukan olahraga nasional serta mendorong terjaminnya kesejahteraan atlet nasional di Tanah Air.
"Selama ini banyak atlet nasional yang berprestasi, justru anak-anaknya tidak mengikuti jejak orang tuanya. Tentu saja hal itu menjadi salah satu indikasi bahwa jaminan kesejahteraan pasca pensiun dari dunia olahraga belum mendapatkan perhatian maksimal," kata Harijanto yang ditemui saat menghadiri acara operasi bibir sumbing yang digelar dalam program Bakti Harijanto Arbi di Rumah Sakit Aisyiyah Kudus, Sabtu.
Harijanto Arbi yang maju menjadi Caleg DPR RI Daerah pemilihan (Dapil) Jateng 2 (Kudus, Jepara, Demak) mengakui pemerintahan era sekarang memang sudah menunjukkan perhatiannya, terutama terhadap atlet-atlet berprestasi melalui pemberian bonus.
Bahkan, kata dia, sejumlah kepala daerah juga memberikan jaminan diterima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di daerah setempat.
Untuk memastikan atlet nasional mendapatkan jaminan kesejahteraan atau diterima kerja, kata dia, perlu diperkuat dengan payung hukum, sehingga siapapun pemimpin berikutnya tidak akan ada perubahan soal kebijakan tersebut.
"Hal itu, sejalan dengan cita-cita saya ketika nantinya dipercaya masyarakat menjadi anggota dewan tentu akan memperjuangkan hal itu," ujarnya.
Sebagai Caleg Dapil 2 Jateng, Harijanto Arbi mengakui harus bersaing ketat dengan nama-nama lain yang juga cukup terkenal.
Ia mengaku tetap optimistis untuk bisa mendulang suara maksimal agar bisa terpilih sebagai anggota DPR RI.
Sejak beberapa tahun terakhir, Harijanto Arbi yang mendapat julukan smash 100 watt itu memang aktif menyapa masyarakat lewat berbagai kegiatan.
Salah satunya, kegiatan operasi bibir sumbing gratis dalam rangka Bakti Harijanto Arbi di RS Aisyiyah Kudus hari ini (27/10) hasil kerja sama dengna Yayasan Permata Sari, Yuzu dan RS Aisyiyah.
Jumlah peserta tercatat ada 50 pasien bibir sumbing dan pendaftarnya mayoritas anak-anak dari keluarga tidak mampu.
Harijanto yang merupakan caleg PSI mengatakan bibir sumbing yang diderita anak-anak cukup berdampak dalam pergaulan sehari-hari karena sering menjadi objek ejekan.
Untuk itu, ia berharap program operasi sumbing bibir dan langit-langit ini ikut membantu anak-anak penderita guna menatap masa depan yang lebih baik.
Direktur RS Aisyiyah Kudus Hilal Ariadi mengatakan pasien operasi ada yang berasal dari Kudus, Tegal, Pati dan Pemalang.
Penyebab terjadi sumbing bibir dan langit-langit, kata dia, salah satunya karena rendahnya tingkat gizi ibu yang mengandung di trimester kehamilan pertama.
"Bibir sumbing ibarat gunung es, dari permukaan tidak tampak tetapi jumlah penderitanya cukup banyak. Dan ironisnya, mayoritas penderitanya dari keluarga tidak mampu," tandasnya.
Adapun syarat mengikuti operasi bibir sumbing, minimal berusia tiga bulan dengan berat badan lima kilogram serta hemoglobin 10 dan usia maksimal operasi bibir sumbing 60 tahun.
Sementara sumbing langit-langit minimal usia 18 bulan dengan hemoglobin 10 dan maksimal berusia 12 tahun.
Dari 50 pasien yang mendaftar, tercatat hanya 32 pasien yang memenuhi syarat. Sedangkan peserta yang belum lolos dapat kembali mendaftar pada kegiatan berikutnya.
"Selama ini banyak atlet nasional yang berprestasi, justru anak-anaknya tidak mengikuti jejak orang tuanya. Tentu saja hal itu menjadi salah satu indikasi bahwa jaminan kesejahteraan pasca pensiun dari dunia olahraga belum mendapatkan perhatian maksimal," kata Harijanto yang ditemui saat menghadiri acara operasi bibir sumbing yang digelar dalam program Bakti Harijanto Arbi di Rumah Sakit Aisyiyah Kudus, Sabtu.
Harijanto Arbi yang maju menjadi Caleg DPR RI Daerah pemilihan (Dapil) Jateng 2 (Kudus, Jepara, Demak) mengakui pemerintahan era sekarang memang sudah menunjukkan perhatiannya, terutama terhadap atlet-atlet berprestasi melalui pemberian bonus.
Bahkan, kata dia, sejumlah kepala daerah juga memberikan jaminan diterima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di daerah setempat.
Untuk memastikan atlet nasional mendapatkan jaminan kesejahteraan atau diterima kerja, kata dia, perlu diperkuat dengan payung hukum, sehingga siapapun pemimpin berikutnya tidak akan ada perubahan soal kebijakan tersebut.
"Hal itu, sejalan dengan cita-cita saya ketika nantinya dipercaya masyarakat menjadi anggota dewan tentu akan memperjuangkan hal itu," ujarnya.
Sebagai Caleg Dapil 2 Jateng, Harijanto Arbi mengakui harus bersaing ketat dengan nama-nama lain yang juga cukup terkenal.
Ia mengaku tetap optimistis untuk bisa mendulang suara maksimal agar bisa terpilih sebagai anggota DPR RI.
Sejak beberapa tahun terakhir, Harijanto Arbi yang mendapat julukan smash 100 watt itu memang aktif menyapa masyarakat lewat berbagai kegiatan.
Salah satunya, kegiatan operasi bibir sumbing gratis dalam rangka Bakti Harijanto Arbi di RS Aisyiyah Kudus hari ini (27/10) hasil kerja sama dengna Yayasan Permata Sari, Yuzu dan RS Aisyiyah.
Jumlah peserta tercatat ada 50 pasien bibir sumbing dan pendaftarnya mayoritas anak-anak dari keluarga tidak mampu.
Harijanto yang merupakan caleg PSI mengatakan bibir sumbing yang diderita anak-anak cukup berdampak dalam pergaulan sehari-hari karena sering menjadi objek ejekan.
Untuk itu, ia berharap program operasi sumbing bibir dan langit-langit ini ikut membantu anak-anak penderita guna menatap masa depan yang lebih baik.
Direktur RS Aisyiyah Kudus Hilal Ariadi mengatakan pasien operasi ada yang berasal dari Kudus, Tegal, Pati dan Pemalang.
Penyebab terjadi sumbing bibir dan langit-langit, kata dia, salah satunya karena rendahnya tingkat gizi ibu yang mengandung di trimester kehamilan pertama.
"Bibir sumbing ibarat gunung es, dari permukaan tidak tampak tetapi jumlah penderitanya cukup banyak. Dan ironisnya, mayoritas penderitanya dari keluarga tidak mampu," tandasnya.
Adapun syarat mengikuti operasi bibir sumbing, minimal berusia tiga bulan dengan berat badan lima kilogram serta hemoglobin 10 dan usia maksimal operasi bibir sumbing 60 tahun.
Sementara sumbing langit-langit minimal usia 18 bulan dengan hemoglobin 10 dan maksimal berusia 12 tahun.
Dari 50 pasien yang mendaftar, tercatat hanya 32 pasien yang memenuhi syarat. Sedangkan peserta yang belum lolos dapat kembali mendaftar pada kegiatan berikutnya.