Cilacap (Antaranews Jateng) - Santri Pondok Pesantren El-Bayan, Majenang, Kabupaten Cilacap, khususnya yang mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Komputama, diperkenalkan dengan dunia jurnalistik oleh pengurus Yayasan El-Bayan.
     
Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2018 yang digelar di Aula STMIK Komputama Majenang, Sabtu itu, menghadirkan sejumlah awak media lokal, regional, maupun nasional yang bertugas di wilayah eks-Keresidenan Banyumas.
     
Dalam kegiatan tersebut, para jurnalis media cetak, daring (online), radio, dan televisi menceritakan pengalaman mereka saat menjalankan tugas peliputan, termasuk berbagi ilmu tentang cara membuat berita yang menarik, khususnya untuk media kampus.
     
Salah seorang santriwati yang juga mahasiswi STMIK Komputama, Kharisma, mengaku senang mendapatkan pengetahuan tentang dunia jurnalistik.
     
"Kegiatan ini sangat bagus karena dapat menambah wawasan kami tentang jurnalistik," katanya.
     
Saat ditemui di sela kegiatan, Ketua Umum Yayasan El-Bayan Fathul Aminudin Aziz, mengatakan mayoritas mahasiswa STMIK Komputama santri, sedangkan kegiatan yang bertajuk "Kongkow Bareng Jurnalis" itu, diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional.
     
"Tujuannya agar mereka lebih mengenal jurnalistik itu seperti apa. Di samping itu, barangkali pengalaman-pengalaman dari teman-teman jurnalis juga bisa diambil hikmahnya oleh para santri," kata Pejabat Sementara Ketua STMIK Komputama itu.
     
Ia mengakui sebagian besar mahasiswa STMIK Komputama berasal dari keluarga tidak mampu sehingga pengalaman-pengalaman yang diceritakan para jurnalis dapat menjadi penyemangat bagi mereka.
     
Bahkan, kata dia, sekitar 50 persen dari jumlah mahasiswa STMIK Komputama yang mencapai 156 orang itu dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah dan cukup membayar jaket almamater.
     
"Terutama dari Banser, ada sekitar 70 orang yang mendapat beasiswa sampai selesai, 'free', hanya bayar jaket saja. Kami sudah menghitung jumlah beasiswa sampai selesai kuliah itu mencapai kisaran Rp4 miliar. Yang 'tahfidz' (hafal Al Quran, red.) dan yatim piatu juga mendapat beasiswa, sehingga total hampir 80 orang yang mendapat beasiswa," jelasnya.
     
Terkait dengan berdirinya STMIK Komputama, Aziz mengatakan hal itu didasari oleh keinginan Pondok Pesantren El-Bayan untuk mendekatkan fasilitas pendidikan tinggi ke desa-desa atau daerah pegunungan.
     
Menurut dia, hal itu disebabkan banyak anak-anak desa dan pegunungan yang tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi karena keterbatasan akomodasi.
     
"Jadi, mereka tidak bisa berkuliah bukan karena tidak punya uang tetapi karena keterbatasan akomodasi. Oleh karena itu kami dari pesantren mencoba mendekatkan kampus ke masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar," katanya dia yang juga Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto itu.
     
Kendati demikian, dia mengakui upaya Pondok Pesantren El-Bayan, khususnya Yayasan El-Bayan, untuk mendirikan STMIK Komputama harus menempuh jalan karena proses perizinannya membutuhkan waktu sekitar 15 tahun dan baru menerima mahasiswa pada Tahun Akademik 2018/2019.
     
Selama proses tersebut, pihaknya juga mendirikan Sekolah  Menengah Kejuruan (SMK) Komputama di beberapa daerah.
 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024