Purwokerto (Antaranews Jateng) - Kepala Kepolisian Resor Banyumas Ajun Komisaris Besar Polisi Bambang Yudhantara Salamun memastikan tidak ada kasus penculikan yang terjadi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dalam beberapa waktu terakhir.

"Hari ini, kami menggelar konferensi pers untuk menanggapi isu yang beredar di masyarakat terkait dengan berita penculikan anak. Memang agak lambat karena kami harus melakukan penyelidikan secara intensif untuk benar-benar bisa menentukan kejadian ini benar ada atau tidak," katanya di Markas Polres Banyumas, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.

Ia mengakui isu penculikan yang merebak di masyarakat dalam beberapa waktu terakhir dan cukup membuat keresahan sehingga pihaknya harus benar-benar meyakinkan ada atau tidaknya kasus tersebut.

Menurut dia, kasus penculikan tersebut sebenarnya belum terjadi dan hanya dugaan sehingga pihaknya membutuhkan waktu untuk mendapatkan fakta riilnya dari keterangan saksi-saksi dan olah tempat kejadian perkara (TKP) serta dari pengakuan terduga korban.

"Ada tiga kejadian, ada tiga TKP yang diberikan kesaksian oleh terduga korban di mana semuanya adalah anak-anak di bawah umur," katanya.

Kapolres mengatakan TKP pertama di sekitar Desa Panembangan, Kecamatan Cilongok, dengan terduga korban berinisial SI (9) yang merupakan siswa kelas tiga sekolah dasar.

Sementara TKP kedua di Desa Karangnanas, Kecamatan Sokaraja, dengan terduga korban berinisial KN (11) yang merupakan siswa kelas 5 SD, sedangkan TKP ketiga di Grumbul Kutowinangun, Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, dengan terduga korban bernisial RP (9) dan BA (9).

"Secara kebetulan, dugaan kasus penculikan itu terjadi pada hari yang sama, yakni Sabtu (13/10). TKP pertama terjadi pada pukul 06.30 WIB, TKP kedua pukul 11.30 WIB, dan TKP ketiga pukul 15.00 WIB," katanya.

Ia mengatakan setelah dilakukan penyelidikan secara intensif dan bekerja sama dengan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (PPT-PKBGA) Kabupaten Banyumas yang diketuai Dr. Tri Wuryaningsih dapat disimpulkan kasus dugaan penculikan di tiga TKP tersebut tidak benar.

"Jadi informasi yang disampaikan bahwasanya ada upaya penculikan, bahwa ada orang-orang yang melakukan atau mengincar anak-anak kita untuk diculik itu berita bohong, berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan," tegasnya.

Ia mengatakan hal itu diketahui dari hasil penyelidikan dan interogasi terhadap anak-anak yang mengaku sebagai terduga korban.

Dari hasil penyelidikan di TKP pertama diketahui bahwa ada seorang pengendara sepeda motor yang nyaris jatuh saat melintas di gang  empit dan tangannya secara spontan memegang SI untuk menjaga keseimbangan, namun kejadian tersebut dikabarkan sebagai upaya penculikan.

Sementara di TKP kedua diketahui bahwa anak yang menjadi korban itu membuat cerita seolah-olah ada upaya penculikan tersebut karena yang bersangkutan mencari perhatian lantaran ibunya telah delapan tahun bekerja di luar negeri, sedangkan ayahnya bekerja di Jakarta.

Kasus dugaan penculikan di TKP ketiga juga diketahui tidak benar karena dua anak yang terduga menjadi korban itu takut pulang ke rumah setelah lama bermain dan mereka ditemukan tertidur di kandang ayam dekat rumahnya.

"Isu yang beredar ini berdampak pada aksi persekusi terhadap dua orang yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Mereka diamankan oleh warga karena tindak tanduknya mencurigakan dan selanjutnya diserahkan ke polisi," kata Kapolres.

Gangguan jiwa
Akan tetapi setelah pihaknya berkoordinasi dengan rumah sakit jiwa, kata dia, kedua orang tersebut diketahui mengalami gangguan jiwa.

Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat untuk menyikapi secara bijaksana terhadap setiap informasi yang diperoleh melalui media sosial.

Sementara itu, Ketua PPT-PKBGA Kabupaten Banyumas Dr. Tri Wuryaningsih mengatakan dari tiga kasus tersebut, kasus yang terjadi di Desa Karangnanas cukup menarik perhatian karena terduga korban diketahui belum pernah bertemu dengan ibunya yang bekerja di luar negeri.

Bahkan, kata dia, ibu dan anak itu belum pernah berkomunikasi melalui telepon namun terduga korban mengatakan bahwa ibunya sangat menyayanginya.

"Anak itu mengaku bertemu dengan ibunya dalam mimpi. Tim psikolog sempat wawancara dengan anak itu, namun keterangan yang diberikan selalu berubah-ubah, sehingga kami simpulkan bahwa anak ini mengarang cerita tentang upaya penculikan itu," katanya. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024