Kudus (Antaranews Jateng) - Harga jual kedelai impor di Kabupaten Kudus pada pekan ini mulai turun menjadi Rp7.300,00 per kilogram setelah sempat naik menjadi Rp7.400,00/kg meskipun nilai mata uang dolar Amerika Serikat saat ini kembali menguat terhadap mata uang rupiah.
 
     "Penurunan baru terjadi beberapa hari yang lalu menyusul menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Ketua Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma`ruf di Kudus, Jumat.

     Meskipun nilai tukar rupiah kembali melemah sebesar Rp15 ribu per dolar AS, harga jual kedelai impor justru saat ini tengah mengalami penurunan.

    Amar Ma`ruf  mengaku belum bisa memastikan apakah tren kenaikan beberapa waktu lalu akan terjadi lagi atau justru mengalami penurunan.

     Fluktuasi harga jual kedelai impor ini, menurut Amar Ma`ruf, tidak hanya memengaruhi pengrajin tahu dan tempe, termasuk Koperasi Tahu dan Tempe yang dikelolanya juga ikut terpengaruh.

     "Ketika stok kedelai dengan harga lama masih tersisa banyak, sedangkan harga justru turun tentunya bisa mengalami kerugian," kata Amar Ma`ruf.

     Oleh karena itu, ketersediaan stok di gudang harus disesuaikan dengan permintaan dan harga jual di pasaran agar tidak mengalami kerugian.

     Amar Ma`ruf menyebutkan  stok kedelai impor saat ini sebanyak 60 ton, sedangkan stok kedelai lokalnya hanya tersisa 8 ton dengan harga jual Rp7.250,00/kg.

     Permintaan kedelai impor cenderung fluktuatif karena sebelumnya sempat naik menjadi 17 ton/hari, kini turun kembali menjadi 15 ton/hari.

     Selain karena faktor harga jual kedelainya, cuaca panas seperti sekarang juga menjadi kendala bagi pengrajin tempe dalam membuat tempe yang berkualitas, termasuk tahu.
 
     Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus sebanyak 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo, dan Jati.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024