Cilacap (Antaranews Jateng) - PT Kereta Api Indonesia (Persero) mempertahankan keaslian bangunan Stasiun Cilacap yang telah tercatat sebagai salah satu benda cagar budaya di Kabupaten Cilacap, kata Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi 5 Purwokerto Supriyanto.
 
"Untuk bangunan-bangunan di PT KAI yang masuk cagar budaya atau 'heritage', kami dari manajemen PT KAI berusaha untuk tetap mempertahankan keaslian dari bangunan tersebut," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Kamis.
 
Oleh karena itu, kata dia, setiap kali dilakukan perawatan atau penambahan bangunan seminimal mungkin tidak mengubah bentuk maupun membongkarnya selama tidak mengganggu operasional perjalanan kereta api.

Ia mengakui ada beberapa stasiun di wilayah PT KAI Daop 5 Purwokerto yang terkena dampak pembangunan jalur rel ganda terpaksa dilakukan pembongkaran setelah mendapat izin khusus.

"Tetapi untuk stasiun yang tidak terkena dampak jalur rel ganda, kami tetap berusaha mempertahankannya karena hampir semua bangunan di PT KAI termasuk bangunan cagar budaya seperti di Cilacap, Kroya, dan Purworejo," katanya.

 Lebih lanjut, Supriyanto mengatakan PT KAI (Persero) telah membentuk Unit Preservation and Architecture untuk mengelola bangunan-bangunan yang masuk dalam kategori benda cagar budaya.
 
Selain itu, kata dia, pihaknya juga berkomunikasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka konservasi bangunan-bangunan bersejarah tersebut.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Stasiun Cilacap Dimas Permadi mengatakan renovasi terhadap salah satu bangunan bersejarah di wilayah PT KAI Daop 5 Purwokerto itu terakhir dilakukan pada akhir tahun 2016 berupa perbaikan emplasemen dan pengecatan.
 
"Warna cat dinding stasiun ini dikembalikan seperti aslinya, yakni kombinasi putih dan abu-abu. Seluruh pintu utama di Stasiun Cilacap masih asli dan terbuat dari kayu jati, kecuali pintu Ruang Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) yang terbuat dari besi," katanya.

Terkait dengan Ruang PPKA Stasiun Cilacap, dia mengakui jika hal itu berbeda dengan stasiun-stasiun lainnya karena pintu dan jendelanya terbuat dari besi.

 "Konon, hal itu sengaja dibuat agar tahan peluru. Selain itu, ruangan-ruangan di Stasiun Cilacap juga besar-besar dan di sini juga terdapat sebuah menara yang diperkirakan digunakan sebagai tempat untuk mengintai," katanya.
 
Ia mengatakan selain mempertahankan keaslian bentuk bangunannya, sistem persinyalan di Stasiun Cilacap yang dilakukan secara manual juga tetap dipertahankan oleh PT KAI (Persero).

Menurut dia, kekokohan bangunan Stasiun Cilacap juga teruji ketika beberapa terjadi gempa dengan kekuatan besar yang mengguncang Cilacap.

"Ketika terjadi gempa besar, bangunan ini masih tetap kokoh, sedangkan bangunan baru di sekitar stasiun ada yang mengalami retak-retak," katanya.

Berdasarkan data yang disajikan laman https://heritage.kai.id, Stasiun Cilacap pada awalnya dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai fasilitas pengangkutan hasil bumi dari kegiatan tanam paksa di daerah Wonosobo, Purworejo, dan sekitarnya ke Pelabuhan Cilacap untuk selanjutnya dibawa ke luar Pulau Jawa hingga ke Eropa. 
 
Bangunan stasiun Cilacap yang didirikan pertama kali telah rusak, kemudian dibangunlah bangunan stasiun yang baru pada tahun 1943 yang dapat dilihat sampai sekarang. Bangunan stasiun yang baru dibangun kembali oleh arsitek Thomas Nix. 

Sementara dalam laman https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/stasiun-cilacap/ disebutkan bahwa rusaknya bangunan pertama Stasiun Cilacap terjadi pada tanggal 4 Maret 1942 saat Cilacap dibom oleh pesawat udara Angkatan Laut Jepang. Bahkan, sebuah kereta api yang baru tiba di Stasiun Cilacap dari Cirebon juga dibom, yang mengakibatkan lebih dari 150 orang meninggal dunia.
 
Arsitektur bangunan Stasiun Cilacap yang pertama bergaya neo-klasik Empire seperti stasiun-stasiun perusahaan kereta api negara Staatspoorwegen (SS) yang lain di masa itu, yakni pintu masuk dan aula utama dengan langit-langit tinggi berada tepat di tingah-tengah, diapit ruang tunggu dan ruang-ruang lain di kiri dan kanannya serta peron dinaungi atap dengan kuda-kuda Polonceau dari besi. 
  Kepala Stasiun Cilacap Dimas Permadi menunjukkan jendela yang terbuat dari besi di Ruang PPKA, Stasiun Cilacap, Kamis (27-9-2018). Konon pintu dan jendela besi itu sengaja dipasang pada masa penjajahan agar tidak tertembus peluru. (Foto: Sumarwoto)

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024