Solo (Antaranews Jateng) - Delegasi seniman asal Kota Solo sebagai maskot pertunjukan, Melati Suryodarmo, yang berkolaborasi dengan Semarak Candra Kirana menampilan antara musik dan gerakan tari yang mampu menggelorakan semangat ribuan pengunjung dalam pembukaan Solo International Performing Art" (SIPA) 2018 di Benteng Vastenburg Surakarta, Kamis malam.

Melati Suryodarmo yang berkolaborasi dengan sanggar Semarak Candra Kirana menghadirkan pertunjukan pembuka yang megah dan mewah membuat ribuan pengunjung bersemangat mengikuti alunan musik yang menghentak seakan-akan panggung SIPA menjadi hidup.

Kualitas Melati Suryodarmo yang berkelas dunia dipadu dengan koreografi anak-anak sanggar yang kolosal, indah nan menawan. 

Penyatuan banyak keindahan di panggung yang megah dan spektakuler menjadi penanda upacara pembukaan sekaligus menandai dimulainya pergelaran maha karya seni pertunjukan SIPA 2018 ke-10 di Solo.

Menurut Melati Suryodarmo, dirinya terpilih sebagai Maskot SIPA merupakan suatu kehormatan, dan menjadi pengalamannya yang pertama secara kolosal dengan melibatkan banyak pemain dari sanggar-sanggar lokal di Solo.

"Paduan alunan musik dengan gerak agar terlihat meriah dalam pembukaan. Dukungan anak-anak sanggar dari mahasiswa ISI sangat luar biasa. Nada-nada cukup universal performa saya dengan banyak penari anak muda sanggar lokal masima," kata Melati usai pertunjukan.

Pada gelaran SIPA kedua menampilkan delegasi dari Belanda yakni Liene Roebana Dance Company yang menampilkan musik gamelan Jawa dengan karyanya "Gonjang Ganjing" atau di dunia yang kacau ini, kehidupan penuh dengan kebingungan. Hidup penuh kesalahpahaman, tetapi dengan semangat yang baik pasti akan harapan.

Liene Roebana Dance Compeny asal Belanda dengan belasan penari mengolah gerak tubuh dengan mengikuti alunan musik dengan memukul alat gamelan gong secara massal yang padu serta gerakan tubuh para penari yang kelihatan indah dan menarik ditonton.

SIPA kemudian dilanjutkan penampilan delegasi asal Kabupaten Belu Atambua Nusa Tenggara Timur, yakni Suling Bambu Darai Lamakne. Pada penampilan grup asal NTT ini, membawakan lagu-lagu nasional Sorak Sorak Bergembira.

Kelompok Suling bambu Darai Lamakne menampilkan tarian gembira bersorak sorai dengan raut wajah penari dan bahasa tubuh yang ceria, beryukur menikmati kemerdekaan.

SIPA kemudian dimeriahkan dengan penampilan Studio Taksu Solo dengan karya "Free of The Bridle", yang disusun dari sebuah metafora perjalanan tubuh yang bermigrasi mengembara, mengemban tugas untuk melihat, berfikir, menghargai keberadaan ruang kecil lain yang dengan sengaja atau tidak selalu ada dalam satu ruangan besar secara bersamaan.

SIPA juga menyuguhkan penampilan delegasi asal Taiwan Chinese Youth Goodwill Association dengan karyanya "Flowing Formason Flavor", sebagai program budaya untuk memperkaya keberagaman yang berorintasi seni pertunjukan, pementasan pertama yang mendedikasikan seni pertunjukan tradisional China.

Pada tarian Flowing Formason Flavor tersebut penari menampilkan kombinasi aksi-aksi indah dalam tarian klasik dan rakyat, serta diakhiri dengan gerakan akrobatik yang terampil dan menghibur para penonton.

Pertunjukan SIPA hari pertama diakhiri aksi Gilang Ramadhan (Jakarta) bersama Smiet asal Palu. Gilang dengan spirit Salonde, sedangkan Smiet mengangkat suku Kaili Gimba atau alat tetabuhan dalam ritual adat Balia.

Gilang yang mahir memainkan drum, sedangkan Smiet dengan alat tiup khas adat Kaili yang digunakan dalam ritual pengobatan tradisional Balia, dipadukan teknik vokal Kaili dalam nyanyian pegunungan dan teknik volal suku-suku di pedalaman Sulawesi Tengah, terdengar indah dan menarik.

Menurut Gilang Ramadhan, tampil bersama Smiet yang piawai memainkan alat musik tradisional dari Sulawesi membuat pertunjukkan SIPA menjadi indah.

"Saya memadukan ritem-ritem dari Palu untuk menghibur para penonton SIPA di Solo," kata Gilang.  


            

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024