Boyolali (Antaranews Jateng) - Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali berharap pelaksanaan upacara ritual tradisi "Sedekah Gunung" yang digelar oleh masyarakat Lereng Gunung Merapi di Kecamatan Selo, setiap malam 1 Sura (kalender Jawa) dapat menarik wisatawan.

"Kami berharap upacara tradisi sedekah gunung tetap digelar, tetapi kami akan melakukan rapat koordinasi terlebih dahulu dengan elemen-lemen dan instansi terkait menyusul Gunung Merapi statunya waspada," kata Kepala Disporapar Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani, di Boyolali, Senin.

Masyarakat di Lereng Merapi selalu menggelar tradisi yang unik, yakni sedekah gunung dengan melarung kepala kerbau di puncak Gunung Merapi. Namun, upacara tahun ini, apakah dapat digelar atau tidak masih menunggu hasil rapat koordinasi instansi dan masyarakat setempat    

"Sedekah gunung khusus tahun ini, belum ada kepastian, mengingat kondisi Merapi waspada. Puncak Merapi masih terlarang untuk aktivitas manusia," kata Wiwis.

Wiwis mengatakan tradisi larungan kepala kerbau merupakan sebuah kearifan local yang dilakukan masyarakat secara turun temurun. Kepala kerbau dan perlengkapan lainnya dibawa kirab ke Joglo 1 Desa Lencoh untuk didoakan.

Menurut dia, kegiatan upacara ritual tersebut selalu dihadiri ribuan warga  yang mengikuti prosesi hingga selesai. Kepala kerbau kemudian dilarungkan di puncak Merapi. Tradisi ini, sebagai wujud syukur warga atas limpahan hasuil bumi dengan diberikan tanah yang subur.

"Masyarakat di lereng Merapi juga tidak berani meninggalkan tradisi itu. Kami akan usahakan tradisi  itu,  tetap dilaksanakan, karena salah satu potensi wisata Merapi," kata Wiwis.

Kepala Desa Lencoh Boyolali Sumardi mengatakan upacara ritual sedekah gunung sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat di lereng Merapi atas kesuburan tanah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga masyarakat di lereng Merapi hidup sejahtera.

"Upacara sedekah Gunung  dengan  kepala kerbau ini,  merupakan peninggalan nenek moyang yang turun temurun berkembang hingga sekarang. Namun, pelaksanaan upacara tradisi dikemas bentuk pariwisata untuk menarik wisatawan," Kata Sumardi.

 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024