Temanggung (Antaranews Jateng) - Hasil panen tembakau di lereng Gunung Sumbing di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, turun sekitar 40 persen hingga 50 persen karena dalam pertumbuhannya kekurangan air.

Petani Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Sutopo di Temangggung, Minggu, mengatakan sejak tanam pada awal April 2018 hingga memasuki masa panen, tanaman tembakau hampir tidak pernah mendapat guyuran air hujan.

"Memang di beberapa wilayah di Kabupaten Temanggung, seperti di lereng Sindoro dan Prahu sempat diguyur hujan sehingga secara kuantitas hasil panennya lebih bagus, sedangkan di lereng Sumbing sama sekali tidak ada hujan sehingga tanaman tembakau tumbuh kerdil," katanya.

Ia menuturkan dalam kondisi normal tinggi tanaman tembakau bisa mencapai satu meter lebih, karena kekurangan air, tinggi tanaman tembakau saat ini kurang dari 50 centimeter.

Ia mengatakan secara kuantitas memang kurang bagus, namun secara kualitas tembakau tahun ini cukup bagus.

"Kalau cuaca mendukung, kondisi panas hingga akhir masa tanam kemungkinan besar akan muncul tembakau srintil yang harganya mahal," katanya.

Ia menyebutkan harga tembakau rajangan kering pada masa awal panen saat ini dihargai Rp70.000 hingga Rp80.000 per kilogram untuk grade C.

Petani Desa Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Santono mengatakan karena tidak ada hujan maka pada awal tanam petani harus menyiram air pada tanaman tembakau agar bisa tumbuh.

Ia menuturkan dalam kondisi normal satu batang tanaman tembakau memiliki 25 hingga 30 lembar daun, namun saat ini tanaman tembakau dengan tinggi antara 25 hingga 50 centimeter hanya memiliki sekitar 15 lembar daun.

"Kecilnya jumlah daun tersebut otomatis menurunkan hasil produksi sekitar 40 hingga 50 persen," katanya. 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024