Wonosobo (Antaranews Jateng) - Sebanyak 5.000 pelajar menari lengger pada puncak peringatan Hari Jadi ke-193 Wonosobo di Alun-Alun Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Selasa.
Tarian rancak oleh pelajar SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Wonosobo tersebut memukau ribuan warga yang hadir di Alun-Alun Wonosobo, karena tarian kolosal itu tampil sangat menawan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo One Andang Wardoyo menuturkan kekompakan yang tersaji dalam lenger 5.000 penari itu sejalan dengan semangat yang diusung Pemkab Wonosobo pada Hari Jadi ke 193, yaitu "Guyub Rukun Mbangun Wonosobo".
Ia menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang telah terlibat di dalam pentas tari maupun seluruh rangkaian prosesi peringatan Hari Jadi ke-193 Wonosobo, karena tanpa peran banyak pihak mustahil semua bisa berjalan dengan sukses.
"Khusus untuk lengger 5.000 penari ini, kami sangat berterima kasih kepada sekolah-sekolah yang telah mengirimkan siswa dan gurunya serta seluruh elemen masyarakat yang turut berpartisipasi sehingga momentum sarat nilai sejarah ini dapat terlaksana," katanya.
Peran para pelajar yang merupakan generasi penerus, diakui Andang menjadi bagian dari upaya pihaknya menumbuhkan regenerasi seni dan budaya khas Wonosobo.
Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Publik, Dinas Kominfo kabupaten Wonosobo Bambang Sutejo mengatakan tarian lengger menjadi bagian tidak terpisahkan dari sejarah berdirinya Kabupaten Wonosobo.
Bambang yang juga pelaku dan pemerhati seni budaya Wonosobo menjelaskan bagaimana pada awal berdirinya Wonosobo, Raden Mohamad Ngarpah alias KRT Setjonegoro berjuang bersama para seniman dan seniwati pada masa itu.
"Tarian lengger ini menjadi salah satu media menyatukan semangat masyarakat pada masa perlawanan terhadap penjajah Belanda," katanya.
Inisiatif para pelaku seni untuk menjaga adanya generasi penerus tarian lengger, ditegaskan Bambang sangat layak mendapatkan apresiasi.
"Keterlibatan para pelajar ini menjadi bukti bahwa Kabupaten Wonosobo benar-benar serius menjaga nilai tradisi dan budaya khas, agar ke depan tidak luntur ditelan zaman," katanya.
Koreografer sekaligus pengajar seni dan budaya SMP Negeri 2 Selomerto, Mulyani mengakui meskipun tidak mudah menyatukan gerak dan langkah 5.000 penari, dia menilai pergelaran pada puncak peringatan HUT ke-193 Wonosobo berakhir sukses.
"Kami dari SMP Negeri 2 Selomerto mengirim sekitar 250 pelajar untuk pergelaran ini dan sangat bersyukur mereka mampu menjalankan peran mereka masing-masing dengan baik, meskipun banyak yang merupakan siswa-siswi baru," katanya.
Ia berharap ke depan Pemkab Wonosobo semakin memperluas ruang gerak seni dan budaya sehingga anak-anak muda selaku generasi penerus pembangunan tidak lupa pada sejarah serta kesenian khas mereka.
Tarian rancak oleh pelajar SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Wonosobo tersebut memukau ribuan warga yang hadir di Alun-Alun Wonosobo, karena tarian kolosal itu tampil sangat menawan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo One Andang Wardoyo menuturkan kekompakan yang tersaji dalam lenger 5.000 penari itu sejalan dengan semangat yang diusung Pemkab Wonosobo pada Hari Jadi ke 193, yaitu "Guyub Rukun Mbangun Wonosobo".
Ia menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang telah terlibat di dalam pentas tari maupun seluruh rangkaian prosesi peringatan Hari Jadi ke-193 Wonosobo, karena tanpa peran banyak pihak mustahil semua bisa berjalan dengan sukses.
"Khusus untuk lengger 5.000 penari ini, kami sangat berterima kasih kepada sekolah-sekolah yang telah mengirimkan siswa dan gurunya serta seluruh elemen masyarakat yang turut berpartisipasi sehingga momentum sarat nilai sejarah ini dapat terlaksana," katanya.
Peran para pelajar yang merupakan generasi penerus, diakui Andang menjadi bagian dari upaya pihaknya menumbuhkan regenerasi seni dan budaya khas Wonosobo.
Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Publik, Dinas Kominfo kabupaten Wonosobo Bambang Sutejo mengatakan tarian lengger menjadi bagian tidak terpisahkan dari sejarah berdirinya Kabupaten Wonosobo.
Bambang yang juga pelaku dan pemerhati seni budaya Wonosobo menjelaskan bagaimana pada awal berdirinya Wonosobo, Raden Mohamad Ngarpah alias KRT Setjonegoro berjuang bersama para seniman dan seniwati pada masa itu.
"Tarian lengger ini menjadi salah satu media menyatukan semangat masyarakat pada masa perlawanan terhadap penjajah Belanda," katanya.
Inisiatif para pelaku seni untuk menjaga adanya generasi penerus tarian lengger, ditegaskan Bambang sangat layak mendapatkan apresiasi.
"Keterlibatan para pelajar ini menjadi bukti bahwa Kabupaten Wonosobo benar-benar serius menjaga nilai tradisi dan budaya khas, agar ke depan tidak luntur ditelan zaman," katanya.
Koreografer sekaligus pengajar seni dan budaya SMP Negeri 2 Selomerto, Mulyani mengakui meskipun tidak mudah menyatukan gerak dan langkah 5.000 penari, dia menilai pergelaran pada puncak peringatan HUT ke-193 Wonosobo berakhir sukses.
"Kami dari SMP Negeri 2 Selomerto mengirim sekitar 250 pelajar untuk pergelaran ini dan sangat bersyukur mereka mampu menjalankan peran mereka masing-masing dengan baik, meskipun banyak yang merupakan siswa-siswi baru," katanya.
Ia berharap ke depan Pemkab Wonosobo semakin memperluas ruang gerak seni dan budaya sehingga anak-anak muda selaku generasi penerus pembangunan tidak lupa pada sejarah serta kesenian khas mereka.