Boyolali (Antaranews Jateng) - Puluhan ribu ekor ikan yang dibudidayakan peternak ikan keramba di Waduk Kedung Ombo (WKO) Dukuh Bulu Serang, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, selama sepekan ini mati mendadak sehingga peternak rugi sekitar Rp2 miliar.

Sebanyak 50 peternak ikan keramba di Dukuh Bulu Serang, Desa Wonoharjo, mengalami kerugian akibat ikannya mati mendadak sebagai dampak pergantian cuaca, kata Kepada Desa Wonoharjo Gunadi di Boyolali, Jumat.

Menurut Gunadi, ikan mati mendadak terjadi diduga akibat pergantian cuaca dari musim hujan ke kemarau saat ini.  Kejadian di desanya itu sejak Senin (2/7) hingga Jumat ini masih sedikit sisa ikan yang mati dan diambil oleh para peternak.

Bahkan, sebagian peternak juga memanen ikannya lebih dini untuk menghindari kematian lebih banyak lagi akibat cuaca tersebut.

"Kami memperkirakan ikan yang masih hidup dari yang dikelola 50 peternak ikan keramba di Desa Wonoharjo itu mencapai sekitar 100 ton," kata Gunadi.

Oleh karena itu, peternak ikan di WKO sebagian mengatasi dengan menggeser kerambanya ke tempat yang airnya lebih jernih dan masih banyak kandungan oksigennya.

"Ikan banyak yang lemas karena air di bawah keramba keruh dan kekuaranagn oksigen sehingga banyak ikan yang masih baik dari dalam keramba maupun dari luar atau ikan bebas," katanya.

Menurut dia, dengan banyaka peternak ikan di WKO Boyolali yang gagal panen, dampaknya produksi menurun. Jika pada hari biasa produksi ikan baik jenis ikan emas maupun nila rata-rata mencapai tiga ton per hari. Namun saat ini menurun hingga satu ton per hari.

Bahkan, kata dia, dengan berkurangnya produksi ikan air tawar tersebut juga menyebabkan harga di tingkat peternak naik hingga Rp5.000/kg. Harga ikan air tawar di tingkat peternak biasanya hanya sekitar Rp24 ribu hingga Rp25 ribu/kg kini menjadi Rp30 ribu/kg.

Sucipto, peternak ikan keramba Dukuh Bulu Serang Boyolali, mengatakan sudah tidak lagi beternak ikan keramba karena kesulitan modal. Ikan banyak yang mati atau gagal panen sehingga sekarang tidak ada modal lagi  untuk mengembangkan ikan nila.

Sucipto menjelaskan banyak ikan mati di WKO diduga dampak musim kemarau panjang yang menyebabkan keluarnya zat amoniak dari dasar waduk ke permukaan sehingga meracuni ikan-ikan baik di dalam keramba maupun di luar.

"Air waduk warnanya berubah menjadi keruh, hal ini membuat ikan-ikan mati. Hal ini tidak hanya terjadi di wilayah Boyolali, tetapi ikan keramba di Sragen yang masih satu waduk," kata Sucipto.

Oleh karena itu, banyak peternak ikan segera memanen ikan kerambanya untuk mengurangi kerugian akibat musim kemarau saat ini. 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024