Semarang (Antaranews Jateng) - Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebutkan setidaknya ada tiga kecamatan di kota ini yang memiliki potensi besar untuk pengembangan peternakan sapi.

"Ketiga kecamatan itu, yakni Kecamatan Mijen, Gunungpati, dan Ngaliyan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, usai penilaian Lomba Kelompok Tani Ternak Berprestasi Tingkat Jawa Tengah di Semarang, Jumat.

Ita mengaku bangga karena Kota Semarang yang termasuk kota metropolitan ternyata memiliki potensi besar untuk pengembangan peternakan sapi, selain daerah lain, seperti Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.

Menurut dia, pengembangan peternakan sapi di Kota Semarang diharapkan bisa menjadi penyangga pemenuhan kebutuhan daging sapi dan susu sehingga akan terus diupayakan agar semakin berkembang optimal.

"Kami akan berupaya agar bisa dikembangkan, minimal di `interline` Semarang sehingga kebutuhan daging sapi dan susu bisa terpenuhi. Padahal, Semarang ini kan kota metropolitan, tetapi ternak sapinya potensial," katanya.

Salah satu kelompok tani yang dinilai mandiri dan mampu berinovasi dalam pengembangan peternakan sapi, diakui Ita, yakni Kelompok Tani Rejeki Lumintu yang merupakan binaan Pemerintah Kota Semarang.

"Kelompok Tani Rejeki Lumintu ini sangat luar biasa. Mereka tak hanya menjadi peternak sapi, tetapi juga mengembangkan pupuk organik, mampu melakukan pengobatan sapi sendiri dengan membuat obat-obatan ternak," katanya.

Ia mengapresiasi inovasi Kelompok Tani Rejeki Lumintu yang mampu membuat obat cacing, obat influenza, dan obat keracunan bagi hewan ternak, termasuk mengembangkan produk beras dan berbagai tanaman lainnya.

Pemkot Semarang, kata dia, berencana mengembangkan potensi yang dimiliki kelompok tani itu dengan mengintegrasikan minapolitan di Kelurahan Sumurejo, Gunungpati, Semarang, agar bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.

"Kami berkeinginan mengembangkan potensi ini. Nanti, akan dibuat minapolitan. Jadi, bisa terintegrasi antara perikanan, pertanian, dan peternakan. Harapannya, bisa meningkatkan taraf hidup petani," kata Ita.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Rejeki Lumintu Nurdi mengatakan selama ini tidak hanya menghasilkan produk susu segar, melainkan juga daging dan tanaman organik yang dikembangkan oleh para petani.

"Ada 33 anggota kami dan 150 ekor sapi ternak. Tidak semuanya sapi perah, ada juga sapi pedaging. Sapi perah yang produktif ada 50 ekor sehingga setiap harinya kami bisa memproduksi 400 liter susu," katanya.

Kotoran dan urine dari sapi, kata dia, diolah juga untuk dimanfaatkan sebagai pupuk padat dan cair sehingga para petani bisa mengembangkan sektor pertanian organik ketika harga pupuk kimia melambung tinggi.

"Dulu, petani kami pakai pupuk urea, namun sekarang semuanya pakai pupuk organik. Pupuk urea kan harganya mahal, kalau teman-teman anggota pakai pupuk organik dari sapi kan tidak perlu beli," katanya.
 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024