Semarang - Sekolah Dasar (SD) Islam Cahaya Ilmu Semarang bersiap melaksanakan proses akreditasi seiring dengan diluluskannya angkatan pertama sekolah itu pada tahun ini.
     Kepala SD Islam Cahaya Ilmu Semarang Umi Latifah menyebutkan seluruh instrumen akreditasi sudah diisi melalui Data Isian Akreditasi (DIA) Sekolah/Madrasah secara "online".
     "Kebetulan, pengisian instrumen akreditasi ini sekarang sudah 'online'. Jadi, memudahkan," katanya, di sela prosesi wisuda dan pelepasan anak didik angkatan I SDI Cahaya Ilmu Semarang, Sabtu (9/6).
     Umi menjelaskan instrumen akreditasi terdiri atas delapan standar pendidikan nasional (SNP), seperti standar isi, standar proses, standar pengelolaan, hingga standar kompetensi lulusan.
     Meski baru berdiri enam tahun lalu, sekolah yang berlokasi di Jalan Kyai Abdul Manan, RT 06/RW 04 Pedurungan, Semarang, itu, telah banyak meraih prestasi yang dicetak anak-anak didiknya.
     "Banyak sekali prestasi yang diraih anak-anak, baik yang bersifat akademis seperti OSN, maupun non-akademis, seperti taekwondo, lomba adzan, dan tahfidz," ungkapnya.
     Aspek non-akademis diperkuat dengan beragam ekstrakurikuler, yakni taekwondo, futsal, seni lukis/gambar, angklung, rebana, dan bahasa Inggris.
     Selama ini, kata dia, SDI Cahaya Ilmu Semarang menekankan pada pendidikan yang ramah anak, terutama untuk siswa kelas I yang merupakan masa peralihan dari taman kanak-kanak (TK).
     Umi mengingatkan, anak-anak yang baru saja lulus dari TK tidak bisa langsung diajarkan pembelajaran formal, sebab biasanya mereka masih terbawa suasana bermain semasa belajar di TK.
     Bahkan, Umi pun mensyaratkan khusus untuk guru kelas I SD wajib pernah magang sebelumnya di TK agar pembelajaran yang diberikan di sekolah bisa sinkron pada masa peralihan.
     "Kami juga menyediakan pojok-pojok bermain untuk anak-anak di kelas I. Jadi, kami tidak memaksa mereka belajar. Tetapi, bisa belajar sambil bermain secara kreatif tentunya," ungkapnya.
     Konsep ramah anak pun diterapkan pada aspek non-akademis, seperti pembelajaran mengaji dengan menggandeng Ummi Foundation di Surabaya untuk menerapkan metode Ummi untuk belajar membaca Alquran.
     Metode Ummi, dirasanya lebih pas diterapkan di sekolah itu setelah melakukan studi banding ke berbagai sekolah dan pengalaman dalam menerapkan metode sebelumnya di sekolah tersebut.
     "Kelebihannya, lebih ramah anak dan menyenangkan. Pagi tadi, kami gelar Khotmil Quran dan Imtihan untuk pembelajaran membaca Alquran. Ini puncaknya, baik untuk hafalan maupun tartil," jelasnya.
     Untuk kegiatan Khotmil Quran dan Imtihan, kata dia, diikuti 75 siswa yang sudah dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat Ummi, sebab para hadirin dan orang tua pun bisa mengetesnya.
     Meski demikian, SDI Cahaya Ilmu Semarang tetap menekankan kepedulian siswa terhadap kebudayaan daerah, salah satunya dikemas dalam wisuda angkatan I dengan pergelaran budaya daerah.
     Sesuai dengan tema kelulusan angkatan I ini, yakni 'Aku Cinta Budaya Indonesia', lanjut dia, para siswa menampilkan geguritan, tari Semarang, dan tembang-tembang Jawa.
     "Jadi, kebudayaan daerah tidak hanya ditampilkan dalam simbol, seperti pakaian adat. Tetapi, dibudayakan kepada para siswa dengan menampilkan banyak kearifan lokal daerah," pungkasnya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Zuhdiar Laeis
Copyright © ANTARA 2024