Semarang (Antaranews Jateng) - Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Jawa Tengah menyayangkan tindakan represif Rektor Universitas Negeri Semarang terhadap mahasiswanya yang ingin menyampaikan aspirasi.

"Kami mengecam keras tindakan represif kepada mahasiswa dengan alasan apapun," kata Ketua KAMMI Jateng Khanif Nasukha, sebagaimana pernyataan tertulis yang diterima Antara, di Semarang, Jumat.

Pernyataan itu disampaikannya terkait insiden saat unjuk rasa mahasiswa Unnes menolak uang pangkal yang dilakukan di depan Rektorat Unnes, Kamis (7/6) yang berujung tindakan represif birokrasi Unnes.

Pada pukul 17.00 WIB, kata dia, berada di luar gedung menyurakan untuk bertemu langsung dengan Rektor, tetapi tidak juga kunjung ditemui, hingga akhirnya mahasiswa melihat Rektor keluar gedung.

Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman ternyata tidak menemui mahasiswa, melainkan langsung masuk mobil, sehingga mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasinya langsung menghadang mobil yang ditumpangi Rektor.

"Tetapi, mahasiswa yang menghadang diseret dan ditendang oleh petugas keamanan. Bahkan, ada mahasiswi terkena sikut di bagian dada dan ditarik kerudungnya hingga muntah-muntah dan pingsan," katanya.

Ada juga peserta aksi, kata dia, dipukuli dan diinjak-injak oleh petugas demi menyingkirkan massa aksi agar mobil yang ditumpangi Rektor Unnes bisa melewati kerumuman massa peserta aksi tersebut.

"Kejadian ini sangat disayangkan. Sikap Rektor sebagai pemimpin institusi pendidikan tinggi yang tidak mau menemui mahasiswa untuk audiensi, tetapi malah melakukan aksi represif terhadap mahasiswa," katanya.

Ia meminta Menteri Ristek Dikti memberikan tindakan tegas terhadap Rektor Unnes yang melakukan tindakan represif dan menyakiti mahasiswanya sendiri, padahal para mahasiswa hanya ingin bertemu dan menyampikan aspirasi.

"Apalagi, tindakan represif itu terjadi di dalam kampus. Seharusnya, Rektor Unnes dan jajarannya mengedepankan dialog dan audiensi agar kejadian represif seperti ini tidak terjadi," kata Khanif.

Sementara itu, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman menghargai sikap sejumlah mahasiswa yang tidak sepakat dengan kebijakannya, namun harus disampaikan dengan santun, saling menghormati, dan tidak memaksa.

Bahkan, ketika itu beberapa mahasiswa sampai menggedor mobil dan meminta rektor untuk turun, tetapi Fathur menolaknya karena menilai cara yang dilakukan tidak akademis dan cenderung memaksakan kehendak.

"Mahasiswa itu melakukan aksi untuk menuntut penghapusan uang pangkal. Aspirasi mahasiswa sudah kami akomodasi. Beberapa kali, ketua BEM, baik universitas maupun fakultas ketemu saya," katanya.

Sebelum kericuhan itu, Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes itu, mengatakan ketua BEM juga sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan dirinya untuk membahas mengenai uang pangkal.

"Tetapi, maunya mahasiswa ketemu rektor di panggung (aksi, red.). Ya, ini kan sedang Bulan Puasa. Saya menghargai aksi mahasiswa karena mereka sedang belajar untuk menyampaikan aspirasi," katanya. 
 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024