Semarang (Antaranews Jateng) - Dinas Kesehatan Kota Semarang mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai dampak kesehatan yang diakibatkan abu vulkanik Gunung Merapi yang terbawa sampai ke wilayah itu.

"Ada beberapa dampak kesehatan yang diakibatkan abu vulkanik," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Semarang Dokter Mada Gautama di Semarang, Jumat malam.

Letusan Gunung Merapi yang terjadi pada Jumat pagi, menyebabkan hujan abu yang menjangkau berbagai wilayah, termasuk Semarang yang terdampak abu vulkanik sejak siang hingga sore hari.

Menurut Mada, dampak kesehatan pertama yang harus diwaspadai adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang menyerang sistem pernafasan, dengan gejala seperti batuk dan tenggorokan kering.

"Langkah pencegahannya bagaimana? Pakai masker. Meskipun saya lihat tadi hujan abu yang terjadi di Semarang relatif tipis, sebaiknya tetap mengantisipasi dengan memakai masker," katanya.

Dampak kesehatan kedua yang patut diwaspadai dari abu vulkanik, kata dia, konjungtivitis, yakni peradangan pada selaput mata yang diindikasikan dengan gejala mata merah atau mata perih.

"Kalau mata sudah memerah, segera beri obat tetes mata. Kalau tambah parah, misalnya, perih, segera periksakan ke dokter atau layanan kesehatan agar segera tertangani," katanya.

Untuk mencegah konjungtivitis akibat abu vulkanik, kata dia, bisa dengan memakai kaca mata dan sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan yang terlalu sering untuk sementara waktu.

"Terutama, mereka yang sering menggunakan kendaraan roda dua untuk beraktivitas. Sebaiknya, pakai helm yang menutup wajah secara menyeluruh, itu lebih aman," jelasnya.

Selain itu, Mada mengatakan sebaiknya jangan terlalu sering bepergian sementara waktu atau kalau tidak penting sekali, terutama bagi anak-anak yang daya tahan tubuhnya belum optimal.

"Dampak kesehatan ketiga, ini bagi mereka yang punya riwayat sakit asma karena debu. Sebaiknya, kurangi bepergian atau aktivitas di luar ruangan selama masih ada dampak abu vulkanik," katanya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024