Banjarnegara (Antaranews Jateng) - Kegiatan tahunan berupa "Dieng Culture Festival IX Tahun 2018" bakal memadukan budaya dan keindahan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, kata Ketua Kelompok Sadar Wisata "Dieng Pandawa" Alif Faozi.
"Oleh karena itu, kami mengusung tema `The Beauty of Culture` dalam DCF IX yang akan digelar pada tanggal 3-5 Agustus 2018," katanya di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu.
Pihaknya akan menggoreskan antara keindahan budaya itu sendiri serta ikon keindahan, seperti bunga dan sebagainya.
Ia mengatakan hal itu berkaitan erat dengan empat tujuan penyelenggaraan DCF yang digaungkan sejak awal, yakni pelestarian budaya, pemberdayaan masyarakat, promosi potensi, dan kegiatan sosial.
"Jadi, dalam kegiatan `Dieng Culture Festival` tidak akan lepas dari empat hal itu (tujuan penyelenggaraan, red.). Artinya, pemberdayaan masyarakat mulai saya aplikasikan untuk tema `The Beauty of Culture`, yakni dengan mengajak mereka untuk mengembangkan bunga kala lili (Calla lily/Zantedeschia aethiopica) dan bunga khas Dieng lainnya," kata Alif.
Menurut dia, bunga kala lili cocok dikembangkan di daerah sejuk seperti Dieng dan tanaman bunga itu memiliki potensi pasar yang bagus.
Bahkan, kata dia, beberapa warga Dieng yang telah mengembangkan tanaman bunga kala lili, banyak menerima pesanan dari berbagai daerah.
Lebih lanjut, dia mengatakan festival bunga akan menjadi salah satu kegiatan tambahan dalam pergelaran DCF IX yang acara utamanya berupa ritual pemotongan rambut gimbal.
"Kegiatan tambahan lainnya berupa festival tumpeng dan bersih Dieng. Festival bunga ini sangat melekat sekali dengan tema `The Beauty of Culture` karena mungkin nantinya akan banyak perlengkapan atau aksesori-aksesori kegiatan yang menggunakan bunga," katanya.
Terkait dengan lokasi penyelenggaraan DCF IX, Alif mengatakan pihaknya akan memindah lokasi kegiatan ke Lapangan Pandawa yang berada di sebelah barat kompleks Candi Arjuna.
"Biasanya kami gelar di sebelah timur candi, namun kali ini di sebelah barat candi," jelasnya.
Dia menjelaskan pemindahan lokasi kegiatan tersebut dilakukan karena berdasarkan pengalaman dua tahun terakhir, kapasitas lokasi sebelumnya sudah tidak mampu menampung pengunjung yang cenderung melonjak.
Selain itu, kondisi tanah di lokasi sebelumnya juga labil sehingga riskan untuk pemasangan beberapa peralatan.
Kendati demikian, dia memastikan pemindahan lokasi kegiatan tidak akan mengurangi esensi dari penyelenggaraan DCF IX karena pihaknya berupaya agar beberapa acara inti seperti jamasan anak berambut gimbal dan pemotongan rambut gimbal tetap diselenggarakan di area candi.
"Kami masih koordinasikan dengan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) karena di Candi Sembadra (kompleks Candi Arjuna, red.) sedang ada kegiatan rehabilitasi. Mungkin kami akan coba Candi Setyaki sebagai latar belakang jamasan maupun pencukurannya (pemotongan rambut gimbal, red.)," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan pengamatan, Candi Setyaki memiliki spot yang bagus dan sering digunakan oleh fotografer untuk mengabadikan "milky way" atau bima sakti (galaksi spiral) pada malam hari.
"Oleh karena itu, kami mengusung tema `The Beauty of Culture` dalam DCF IX yang akan digelar pada tanggal 3-5 Agustus 2018," katanya di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu.
Pihaknya akan menggoreskan antara keindahan budaya itu sendiri serta ikon keindahan, seperti bunga dan sebagainya.
Ia mengatakan hal itu berkaitan erat dengan empat tujuan penyelenggaraan DCF yang digaungkan sejak awal, yakni pelestarian budaya, pemberdayaan masyarakat, promosi potensi, dan kegiatan sosial.
"Jadi, dalam kegiatan `Dieng Culture Festival` tidak akan lepas dari empat hal itu (tujuan penyelenggaraan, red.). Artinya, pemberdayaan masyarakat mulai saya aplikasikan untuk tema `The Beauty of Culture`, yakni dengan mengajak mereka untuk mengembangkan bunga kala lili (Calla lily/Zantedeschia aethiopica) dan bunga khas Dieng lainnya," kata Alif.
Menurut dia, bunga kala lili cocok dikembangkan di daerah sejuk seperti Dieng dan tanaman bunga itu memiliki potensi pasar yang bagus.
Bahkan, kata dia, beberapa warga Dieng yang telah mengembangkan tanaman bunga kala lili, banyak menerima pesanan dari berbagai daerah.
Lebih lanjut, dia mengatakan festival bunga akan menjadi salah satu kegiatan tambahan dalam pergelaran DCF IX yang acara utamanya berupa ritual pemotongan rambut gimbal.
"Kegiatan tambahan lainnya berupa festival tumpeng dan bersih Dieng. Festival bunga ini sangat melekat sekali dengan tema `The Beauty of Culture` karena mungkin nantinya akan banyak perlengkapan atau aksesori-aksesori kegiatan yang menggunakan bunga," katanya.
Terkait dengan lokasi penyelenggaraan DCF IX, Alif mengatakan pihaknya akan memindah lokasi kegiatan ke Lapangan Pandawa yang berada di sebelah barat kompleks Candi Arjuna.
"Biasanya kami gelar di sebelah timur candi, namun kali ini di sebelah barat candi," jelasnya.
Dia menjelaskan pemindahan lokasi kegiatan tersebut dilakukan karena berdasarkan pengalaman dua tahun terakhir, kapasitas lokasi sebelumnya sudah tidak mampu menampung pengunjung yang cenderung melonjak.
Selain itu, kondisi tanah di lokasi sebelumnya juga labil sehingga riskan untuk pemasangan beberapa peralatan.
Kendati demikian, dia memastikan pemindahan lokasi kegiatan tidak akan mengurangi esensi dari penyelenggaraan DCF IX karena pihaknya berupaya agar beberapa acara inti seperti jamasan anak berambut gimbal dan pemotongan rambut gimbal tetap diselenggarakan di area candi.
"Kami masih koordinasikan dengan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) karena di Candi Sembadra (kompleks Candi Arjuna, red.) sedang ada kegiatan rehabilitasi. Mungkin kami akan coba Candi Setyaki sebagai latar belakang jamasan maupun pencukurannya (pemotongan rambut gimbal, red.)," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan pengamatan, Candi Setyaki memiliki spot yang bagus dan sering digunakan oleh fotografer untuk mengabadikan "milky way" atau bima sakti (galaksi spiral) pada malam hari.