Banyumas (Antaranews Jateng) - Warga Desa Sokawera, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah bersama Yayasan Argowilis merintis destinasi wisata berbasis agroforestri dan budaya di lereng Gunung Slamet sebelah barat.
"Wisata ini dibangun berdasarkan kegiatan keswadayaan, mulai dari pembuatan jalan sampai dengan beberapa sarana wisata yang ada saat ini. Semuanya dikerjakan secara swadaya masyarakat dan kerja bakti, kurang lebih telah berjalan sekitar empat bulan," kata Direktur Argowilis Muhammad Toha di Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Sabtu sore.
Ia mengharapkan destinasi wisata berupa wanawisata atau agroforestri berbasis budaya dan kearifan lokal tersebut dapat diluncurkan pada Juni 2018.
Terkait dengan upaya merintis destinasi wisata tersebut, pihaknya bersama sekitar 800 warga Desa Sokawera pada Sabtu (21/4) siang hingga sore hari menggelar kegiatan Nusantara Menanam Jilid III dan festival adat "Grebeg Gunungan Gula".
Dalam kegiatan itu, kata dia, masyarakat diajak untuk menanam bibit pohon di lereng barat Gunung Slamet yang bakal dijadikan lokasi wisata.
"Tanaman yang ditanam saat ini adalah tanaman yang memiliki nilai ekologis dan secara ekonomis juga menguntungkan. Saat ini sudah tertanam bibit pohon petai sebanyak 1.300 batang dan 8.000 batang bibit jengkol," katanya.
Menurut dia, tanaman petai dan jengkol cocok ditanam pada lahan yang ada di Desa Sokawera.
"Harapannya, hutannya lestari, masyarakatnya secara ekonomis meningkat, dan nantinya di hutan itu mungkin lima hektare tanaman petai, lima hektare tanaman jengkol, lima hektare tanaman pisang, dan seterusnya," kata Toha.
Dia mengharapkan kegiatan menanam itu juga dapat mengurangi dampak longsor karena lereng Gunung Slamet bagian barat termasuk kawasan hutan yang kemiringannya ekstrem sehingga perlu banyak tanaman agar lahannya tidak rawan longsor.
Terkait dengan "Grebeg Gunungan Gula", dia mengatakan kegiatan tersebut merupakan wujud dari doa masyarakat Desa Sokawera.
Dia mengatakan gunungan tersebut terdiri atas sayuran di bagian bawah yang memiliki makna harapan masyarakat Sokawera agar lingkungannya subur dan makmur.
Di bagian atas gunungan terdapat tumpukan gula kelapa yang memiliki makna berupa kehidupan masyarakat Sokawera semanis gula kelapa yang dihasilkan daerah itu.
Dalam kesempatan terpisah, Camat Cilongok Lukman Nazarudin mengapresiasi kegiatan yang digelar warga Desa Sokawera bersama Yayasan Argowilis karena memiliki nilai positif terhadap kelestarian lingkungan.
"Daerah ini juga akan menjadi tempat wisata yang dilengkapi dengan lahan untuk berkemah," katanya.
Menurut dia, destinasi wisata yang sedang dirintis oleh masyarakat di Desa Sokawera menjadi sesuatu yang bagus karena akan dipadukan dengan kearifan budaya setempat.
"Wisata ini dibangun berdasarkan kegiatan keswadayaan, mulai dari pembuatan jalan sampai dengan beberapa sarana wisata yang ada saat ini. Semuanya dikerjakan secara swadaya masyarakat dan kerja bakti, kurang lebih telah berjalan sekitar empat bulan," kata Direktur Argowilis Muhammad Toha di Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Sabtu sore.
Ia mengharapkan destinasi wisata berupa wanawisata atau agroforestri berbasis budaya dan kearifan lokal tersebut dapat diluncurkan pada Juni 2018.
Terkait dengan upaya merintis destinasi wisata tersebut, pihaknya bersama sekitar 800 warga Desa Sokawera pada Sabtu (21/4) siang hingga sore hari menggelar kegiatan Nusantara Menanam Jilid III dan festival adat "Grebeg Gunungan Gula".
Dalam kegiatan itu, kata dia, masyarakat diajak untuk menanam bibit pohon di lereng barat Gunung Slamet yang bakal dijadikan lokasi wisata.
"Tanaman yang ditanam saat ini adalah tanaman yang memiliki nilai ekologis dan secara ekonomis juga menguntungkan. Saat ini sudah tertanam bibit pohon petai sebanyak 1.300 batang dan 8.000 batang bibit jengkol," katanya.
Menurut dia, tanaman petai dan jengkol cocok ditanam pada lahan yang ada di Desa Sokawera.
"Harapannya, hutannya lestari, masyarakatnya secara ekonomis meningkat, dan nantinya di hutan itu mungkin lima hektare tanaman petai, lima hektare tanaman jengkol, lima hektare tanaman pisang, dan seterusnya," kata Toha.
Dia mengharapkan kegiatan menanam itu juga dapat mengurangi dampak longsor karena lereng Gunung Slamet bagian barat termasuk kawasan hutan yang kemiringannya ekstrem sehingga perlu banyak tanaman agar lahannya tidak rawan longsor.
Terkait dengan "Grebeg Gunungan Gula", dia mengatakan kegiatan tersebut merupakan wujud dari doa masyarakat Desa Sokawera.
Dia mengatakan gunungan tersebut terdiri atas sayuran di bagian bawah yang memiliki makna harapan masyarakat Sokawera agar lingkungannya subur dan makmur.
Di bagian atas gunungan terdapat tumpukan gula kelapa yang memiliki makna berupa kehidupan masyarakat Sokawera semanis gula kelapa yang dihasilkan daerah itu.
Dalam kesempatan terpisah, Camat Cilongok Lukman Nazarudin mengapresiasi kegiatan yang digelar warga Desa Sokawera bersama Yayasan Argowilis karena memiliki nilai positif terhadap kelestarian lingkungan.
"Daerah ini juga akan menjadi tempat wisata yang dilengkapi dengan lahan untuk berkemah," katanya.
Menurut dia, destinasi wisata yang sedang dirintis oleh masyarakat di Desa Sokawera menjadi sesuatu yang bagus karena akan dipadukan dengan kearifan budaya setempat.