Purbalingga (Antaranews Jateng) - Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, melalui Dinas Pertanian setempat terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan alat pertanian modern demi meningkatkan produktivitas tanaman padi.
"Kami dengan didukung Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah berinisiatif penyelenggarakan pelatihan ini. Harapan alat dan mesin pertanian (bantuan pemerintah) yang ada di Purbalingga sebanyak 55 unit bisa optimal," kata Koordinator Brigade Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) Kabupaten Purbalingga Gunanto di Purbalingga, Kamis.
Gunanto mengatakan hal itu kepada Antara di sela kegiatan Sosialisasi Pengenalan Alat Mesin Pascapanen di Desa Gambarsari, Kecamatan Kemangkon, yang diikuti perwakilan dari berbagai kelompok tani se-Kabupaten Purbalingga khususnya penerima bantuan alsintan.
Menurut dia, kelompok tani di Kabupaten Purbalingga telah menerima bantuan alsintan berupa mesin pemanen padi (combine harvester) dari pemerintah sejak tahun 2016 dan hingga saat ini jumlahnya telah mencapai 55 unit.
Ia mengakui jika hingga saat ini masih banyak kelompok tani yang belum maksimal dalam memanfaatkan alsintan modern tersebut karena adanya beberapa kendala, antara lain kondisi tanahnya yang terlalu gembur lapisan lumpurnya.
Selain itu, kata dia, petakan sawahnya terlalu sempit dan berbentuk terasering serta akses jalan menuju sawah yang sulit sehingga mesin pemanen padi tersebut susah dibawa ke lokasi.
"Oleh karena itu, kami menyelenggarakan pelatihan penggunakan `combine harvester` ini," tegasnya.
Ia mengharapkan dengan adanya pelatihan tersebut, keberadaan mesin pemanen padi yang jumlahnya mencapai 55 unit itu bisa optimal untuk meningkatkan hasil karena secara teori, "combine harvester" dapat mengurangi penyusutan hasil panen dan petani dimudahkan saat memanen padi.
Bahkan, kata dia, percepatan tanam bisa dicapai dengan asumsi satu unit "combine harvester" dapat memanen padi seluas 1 hektare dalam sehari jika pemanfaatannya dioptimalkan.
Terkait dengan optimalisasi pemanfaatan mesin pemanen padi, Gunanto mengatakan jika petani terkendala dengan kondisi sawah seperti petakannya sempit atau berbentuk terasering, "combine harvester" tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alat perontok padi.
"Mesin `combine harvester` ini bisa dimanfaatkan sebagai `power thresher` (perontok padi) tanpa harus turun ke sawah. Jadi, petani bisa memotong padi secara manual, kemudian dirontokkan menggunakan `combine harvester` ini," kata dia yang juga Kepala Seksi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman.
Sementara itu, Penanggung Jawab Optimalisasi Alsintan Kementerian Pertanian Wilayah Purbalingga Apri Handono memberikan apresiasi terhadap kegiatan pelatihan tersebut memberi manfaat bagi petani karena bisa saling bertukar pengalaman sehingga kesalahan-kesalahan di lapangan bisa diminimalisasi.
Selain untuk meningkatkan produktivitas dan percepatan tanam, kata dia, penggunaan alsintan tersebut juga dalam rangka menuju pertanian modern.
"Hal itu tentunya dengan memerhatikan teknologi-teknologi yang telah diterapkan, contohnya jajar legowo," kata dia yang juga Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Jawa Timur.
"Kami dengan didukung Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah berinisiatif penyelenggarakan pelatihan ini. Harapan alat dan mesin pertanian (bantuan pemerintah) yang ada di Purbalingga sebanyak 55 unit bisa optimal," kata Koordinator Brigade Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) Kabupaten Purbalingga Gunanto di Purbalingga, Kamis.
Gunanto mengatakan hal itu kepada Antara di sela kegiatan Sosialisasi Pengenalan Alat Mesin Pascapanen di Desa Gambarsari, Kecamatan Kemangkon, yang diikuti perwakilan dari berbagai kelompok tani se-Kabupaten Purbalingga khususnya penerima bantuan alsintan.
Menurut dia, kelompok tani di Kabupaten Purbalingga telah menerima bantuan alsintan berupa mesin pemanen padi (combine harvester) dari pemerintah sejak tahun 2016 dan hingga saat ini jumlahnya telah mencapai 55 unit.
Ia mengakui jika hingga saat ini masih banyak kelompok tani yang belum maksimal dalam memanfaatkan alsintan modern tersebut karena adanya beberapa kendala, antara lain kondisi tanahnya yang terlalu gembur lapisan lumpurnya.
Selain itu, kata dia, petakan sawahnya terlalu sempit dan berbentuk terasering serta akses jalan menuju sawah yang sulit sehingga mesin pemanen padi tersebut susah dibawa ke lokasi.
"Oleh karena itu, kami menyelenggarakan pelatihan penggunakan `combine harvester` ini," tegasnya.
Ia mengharapkan dengan adanya pelatihan tersebut, keberadaan mesin pemanen padi yang jumlahnya mencapai 55 unit itu bisa optimal untuk meningkatkan hasil karena secara teori, "combine harvester" dapat mengurangi penyusutan hasil panen dan petani dimudahkan saat memanen padi.
Bahkan, kata dia, percepatan tanam bisa dicapai dengan asumsi satu unit "combine harvester" dapat memanen padi seluas 1 hektare dalam sehari jika pemanfaatannya dioptimalkan.
Terkait dengan optimalisasi pemanfaatan mesin pemanen padi, Gunanto mengatakan jika petani terkendala dengan kondisi sawah seperti petakannya sempit atau berbentuk terasering, "combine harvester" tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alat perontok padi.
"Mesin `combine harvester` ini bisa dimanfaatkan sebagai `power thresher` (perontok padi) tanpa harus turun ke sawah. Jadi, petani bisa memotong padi secara manual, kemudian dirontokkan menggunakan `combine harvester` ini," kata dia yang juga Kepala Seksi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman.
Sementara itu, Penanggung Jawab Optimalisasi Alsintan Kementerian Pertanian Wilayah Purbalingga Apri Handono memberikan apresiasi terhadap kegiatan pelatihan tersebut memberi manfaat bagi petani karena bisa saling bertukar pengalaman sehingga kesalahan-kesalahan di lapangan bisa diminimalisasi.
Selain untuk meningkatkan produktivitas dan percepatan tanam, kata dia, penggunaan alsintan tersebut juga dalam rangka menuju pertanian modern.
"Hal itu tentunya dengan memerhatikan teknologi-teknologi yang telah diterapkan, contohnya jajar legowo," kata dia yang juga Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Jawa Timur.