Kudus (Antaranews Jateng) - Tanaman padi seluas 139 hektare di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengalami puso akibat terendam banjir dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Catur Sulistyanto di Kudus, Selasa, berdasarkan data per hari ini (20/2) lahan seluas 139 hektare tanaman padi yang puso tersebar di empat desa yang tersebar di dua kecamatan.
Keempat desa tersebut, yakni Desa Karangrowo (Kecamatan Undaan) serta Bulungrangkring, Bulungkulon dan Gondoharum (Kecamatan Jekulo).
Lahan puso, kata dia, terbanyak di Kecamatan Jekulo seluas 114 hektare, meliputi Desa Bulungcangkring seluas 56 hektare, Bulungkulon seluas 47 hektare dan Gondoharum seluas 11 hektare.
Sementara di Kecamatan Undaan, kata dia, tanaman padi yang puso hanya di Desa Karangrowo seluas 25 hektare.
Untuk usia tanaman, kata dia, bervariasi antara usia 60 hari hingga usia 85 hari.
"Tingkat ketahanan tanaman padi terhadap banjir juga berbeda-beda, karena usia tanaman yang masih muda biasanya bisa bertahan sepekan lebih, namun ketika usianya sudah tua biasanya tidak bisa bertahan lama," ujarnya.
Nilai kerugian untuk tanaman padi yang puso akibat banjir, jika produktivitas per hektarenya mencapai 6 ton gabah kering panen, maka potensi kerugiannya berkisar Rp3,5 miliar.
Untuk areal persawahan yang terendam banjir, lanjut dia, hingga Selasa (20/2) tercatat seluas 743 hektare.
Ratusan hektare lahan sawah yang terendam banjir tersebut, tersebar di lima kecamatan.
Di antaranya, di Kecamatan Jati, Undaan, Mejobo, Jekulo, Kaliwungu dengan luas lahan bervariasi.
Dari kelima kecamatan tersebut, lahan sawah yang paling luas di Kecamatan Mejobo seluas 272 hektare yang tersebar di delapan desa.
Kedelapan desa tersebut, yakni Desa Kesambi, Jojo, Mejobo, Payaman, Jepang, Temulus, Kirig dan Gulang.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Catur Sulistyanto di Kudus, Selasa, berdasarkan data per hari ini (20/2) lahan seluas 139 hektare tanaman padi yang puso tersebar di empat desa yang tersebar di dua kecamatan.
Keempat desa tersebut, yakni Desa Karangrowo (Kecamatan Undaan) serta Bulungrangkring, Bulungkulon dan Gondoharum (Kecamatan Jekulo).
Lahan puso, kata dia, terbanyak di Kecamatan Jekulo seluas 114 hektare, meliputi Desa Bulungcangkring seluas 56 hektare, Bulungkulon seluas 47 hektare dan Gondoharum seluas 11 hektare.
Sementara di Kecamatan Undaan, kata dia, tanaman padi yang puso hanya di Desa Karangrowo seluas 25 hektare.
Untuk usia tanaman, kata dia, bervariasi antara usia 60 hari hingga usia 85 hari.
"Tingkat ketahanan tanaman padi terhadap banjir juga berbeda-beda, karena usia tanaman yang masih muda biasanya bisa bertahan sepekan lebih, namun ketika usianya sudah tua biasanya tidak bisa bertahan lama," ujarnya.
Nilai kerugian untuk tanaman padi yang puso akibat banjir, jika produktivitas per hektarenya mencapai 6 ton gabah kering panen, maka potensi kerugiannya berkisar Rp3,5 miliar.
Untuk areal persawahan yang terendam banjir, lanjut dia, hingga Selasa (20/2) tercatat seluas 743 hektare.
Ratusan hektare lahan sawah yang terendam banjir tersebut, tersebar di lima kecamatan.
Di antaranya, di Kecamatan Jati, Undaan, Mejobo, Jekulo, Kaliwungu dengan luas lahan bervariasi.
Dari kelima kecamatan tersebut, lahan sawah yang paling luas di Kecamatan Mejobo seluas 272 hektare yang tersebar di delapan desa.
Kedelapan desa tersebut, yakni Desa Kesambi, Jojo, Mejobo, Payaman, Jepang, Temulus, Kirig dan Gulang.
Baca juga: Kekeringan, Tanaman Padi Terancam Puso di Kudus Meluas
Sementara di Kecamatan Jati luas lahan yang terendam seluas 172 hektare yang tersebar di enam desa, yakni Desa Tanjung Karang, Jetis Kapuan, Loram Wetan, Pasuruan Kidul, Jati Wetan, dan Loram Kulon.
Untuk Kecamatan Jekulo luas lahannya sekitar 163 hektare yang tersebar di Desa Bulungcangkring, Bulungkulon, dan Gondoharum, sedangkan Kecamatan Undaan hanya Desa Karangrowo dengan luas 107 hektare.
Di Kecamatan Kaliwungu areal sawah yang terendam banjir seluas 29 hektare yang tersebar di Desa Setrokalangan, Garungkidul, Prambatan Lor, dan Banget.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman dan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Arin Nikmah menambahkan, bahwa lahan tanaman padi yang dinyatakan puso setelah terendam selama sepekan lebih, sedangkan lahan tanaman padi yang statusnya terendam banjir baru terjadi selama beberapa hari.
Camat Mejobo Harso Widodo membenarkan, di Kecamatan Mejobo memang tercatat ada sekitar 272 hektare tanaman padi yang terendam banjir.
Dari lahan seluas itu, kata dia, tercatat ada sekitar 36 hektare tanaman padi milik petani di Desa Payaman yang diasuransikan lewat program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
"Sekitar 19 hektare lahan di antaranya puso dan sudah diajukan klaim," ujarnya.
Ia mencatat dari ratusan hektare tanaman padi yang tersebar di delapan desa yang terdampak banjir, baru di Desa Payaman yang mengikuti program AUTP.
Sementara di Kecamatan Jati luas lahan yang terendam seluas 172 hektare yang tersebar di enam desa, yakni Desa Tanjung Karang, Jetis Kapuan, Loram Wetan, Pasuruan Kidul, Jati Wetan, dan Loram Kulon.
Untuk Kecamatan Jekulo luas lahannya sekitar 163 hektare yang tersebar di Desa Bulungcangkring, Bulungkulon, dan Gondoharum, sedangkan Kecamatan Undaan hanya Desa Karangrowo dengan luas 107 hektare.
Di Kecamatan Kaliwungu areal sawah yang terendam banjir seluas 29 hektare yang tersebar di Desa Setrokalangan, Garungkidul, Prambatan Lor, dan Banget.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman dan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Arin Nikmah menambahkan, bahwa lahan tanaman padi yang dinyatakan puso setelah terendam selama sepekan lebih, sedangkan lahan tanaman padi yang statusnya terendam banjir baru terjadi selama beberapa hari.
Camat Mejobo Harso Widodo membenarkan, di Kecamatan Mejobo memang tercatat ada sekitar 272 hektare tanaman padi yang terendam banjir.
Dari lahan seluas itu, kata dia, tercatat ada sekitar 36 hektare tanaman padi milik petani di Desa Payaman yang diasuransikan lewat program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
"Sekitar 19 hektare lahan di antaranya puso dan sudah diajukan klaim," ujarnya.
Ia mencatat dari ratusan hektare tanaman padi yang tersebar di delapan desa yang terdampak banjir, baru di Desa Payaman yang mengikuti program AUTP.